Ucapan belasungkawa atas kepergian Amir Nasional Jemaat Ahmadiyah Indonesia (JAI) Maulana Abdul Basit Syahid terus mengalir dari sejumlah tokoh.
Mantan Menteri Agama Lukman Hakim Saifuddin menyampaikan rasa duka citanya atas kepergian Maulana Abdul Basit.
“Saya dan tentu kita semua keluarga besar Ahmadiyah merasa bersedih, berduka karena ditinggal atas kepulangan almarhum almaghfurllah” ujar Lukman
Kiayi Lukman mengenang Maulana Abdul Basit sebagai sosok tokoh nasional yang menjunjung tinggi nilai-nilai kemanusiaan.
“Saya mengenang almarhum sebagai sosok tokoh nasional yang senantiasa menjunjung tinggi nilai-nilai kemanusiaan. Dimana pun beliau berada, selalu mengedepankan bagaimana kita semua tetap dan senantiasa menjaga harkat derajat martabat kemanusiaan kita, menjaga toleransi dan senantiasa membangun kemaslahatan bersama” ucapnya
Hal senada diungkap oleh Duta Besar Republik Indonesia untuk Tunisia, Zuhairi Misrawi
Zuhairi atau biasa disapa Gus mis, mengenang Maulana Abdul Basit sebagai sosok yang alim, sederhana dan tulus. Selain itu, sebelum berangkat ke Tunusia sebagai Duta Besar, ia menyempatkan bertemu almarhum dan meminta nasihatnya.
“Dari sosok Pak Amir, saya belajar kecintaan pada Rasulullah SAW dan keluarganya, para ulama, serta ketulusan dalam mengamalkan ajaran-ajaran mulia itu. Meskipun kita semua tahu, Ahmadiyah dicaci, dihina, dan diperlakukan secara diskriminatif, tapi Pak Amir selalu mengajarkan agar kita semua senantiasa tulus dalam mengabdi pada agama, bangsa, dan kemanusiaan,” kata Zuhairi dalam postingan di Facebooknya, Minggu (9/10)
“Saya menjadi saksi, Pak Amir adalah kekasih Tuhan. Sosok yang alim, sederhana, dan tulus. Saat ditunjuk Presiden Jokowi sebagai Duta Besar RI untuk Tunisia, saya kerap sowan ke Pak Amir meminta nasehat dan mohon doa agar bisa melaksanakan tugas negara dengan baik. Saya memandang sosok Pak Amir seperti para kiai NU yang tulus, sederhana, dan alim,” tambahnya.
Ia pun mengaku kaget dan bersedih kehilangan sosok almarhum yang meninggalkan teladan bagi bangsa. Zuhairi pun mendoakan almarhum mendapat tempat terbaik di sisi Allah SWT.
“Sungguh, saya sangat berduka sembari berdoa semoga almarhum dilapangkan alam kuburnya, dan ditempatkan di surga bersama orang-orang shaleh dan para kekasih Tuhan,” ujarnya
Selain Zuhairi, Ketua ANBTI, Nia Sjarifudin juga mengungkap kesedihannya kehilangan sosok Amir.
“Saya diberi kabar oleh Pak Ekky Ahmadi Bandung, sementara saya tengah berada di Denpasar, saya terhenyak dan perasaan yang sama saat meninggalnya Buya Syafi’i Ma’arif, Prof. Azyumardi Azra, dan kini Pak Amir. Kita telah kehilangan tokoh-tokoh yang selalu membawa rasa keagamaan dengan perasaan damai dan penuh kesamaan,” ujar Nia dalam kesempatan wawancara melalui pesan WhatsApp.
Nia mengenang Pak Amir sebagai sosok yang bertutur kata lembut. Sementara jaringan seringkali bersikap egaliter, blak-blakan dan terbuka saat berdiskusi.
“Gaya bicara Bapak Amir adalah sangat menyentuh hati, meskipun beliau berbicara dengan penuh kesopanan, namun nampak sekali kecintaan beliau kepada bangsa, seolah-olah terpancar dari beliau ‘Love for All Hatred for None’ – dan saya memberikan kesaksian bahwa beliau adalah orang yang sangat baik dan beliau adalah seorang pemimpin yang senantiasa berbicara dengan orang lain dengan penuh keimanan dan kasih sayang.” tuturnya
Ketua Pengurus Pusat Baitul Muslimin Indonesia (Bamusi), Yayan Sopyan mengenang Amir Nasional JAI sebagai tokoh nasional dan ulama yang kharismatik.
“Beliau merupakan tokoh nasional dan ulama kharismatik bagi warga Ahmadiyah. Kami sangat berduka dengan sangat mendalam, Maulana H. Abdul Basit sudah memimpin JAI selama 21 tahun. Sejarah kontribusi yang sangat Panjang. Gerakan keagamaan lain juga bisa belajar dari motto Ahmadiyah yaitu love for all hatred for none, dengan motto ini maka cinta kasih universal akan menyebar, sementara kebencian akan sirna. Sebab dasar agama memang cinta dan kasih sayang.” Ucapnya
Lebih lanjut, Setyawan Budy, Koordinator Persaudaraan Lintas Agama (PELITA) mengatakan Abdul Basith sebagai sosok yang ramah dan bijaksana.
“Beliau adalah sosok yang ramah dan bijaksana. Kewafatannya merupakan suatu kehilangan besar bagi siapapun yang pernah berjumpa atu berkenalan dengan beliau, semoga kita dimampukan untuk meneladani hal-hal baik dari beliau. Selamat jalan pak amir, doakanlah kami yang masih harus melanjutkan peziarahan di dunia ini” imbuhnya
Ketua Umum Solidaritas Kebangsaan RI, Pdt. Dody Lukas, S.Th, MM, mengatakan bahwa almarhum sosok yang sederhana, memiliki semangat dan jiwa nasionalis yang tinggi.
“Hal yang paling berkesan dari lubuk Hati saya yang paling dalam adalah beliau merupakan Pimpinan Tertinggi JAI se Indonesia, namun beliau menunjukkan sikap rendah hati, sederhana, murah senyum dan bersahabat karib dengan suku dan lintas agama, dan memiliki semangat dan jiwa nasionalis yang tinggi.” pungkasnya
Diberitakan sebelumnya, Amir Nasional Jemaat Ahmadiyah Nasional, menghembuskan nafas terakhir di Rumah Sakit Sentosa, Bogor pada Sabtu (8/10) pukul 15.10 WIB. Sebelumnya ia telah dirawat selama 40 hari.