By using this site, you agree to the Privacy Policy and Terms of Use.
Accept
Warta Ahmadiyah
Youtube
  • Beranda
  • Berita
    • Mancanegara
    • Nasional
    • Daerah
  • Organisasi
    • Ansharullah
    • Khuddam
    • Lajnah Imaillah
  • Kebangsaan
  • Keislaman
  • Sosial
  • Rabthah
  • Opini
  • Siaran Pers
Font ResizerAa
Warta AhmadiyahWarta Ahmadiyah
Pencarian
Follow US
  • Berita
  • Organisasi
  • Kebangsaan
  • Keislaman
  • Sosial
  • Rabthah
  • Opini
  • Siaran Pers
© WartaAhmadiyah
Sejarah

Hari Istiqlal, Ahmadiyah Menjadi Penyumbang Dana Pertama Pembangunan Masjid Istiqlal

Last updated: 22 Februari 2022 18:58
By Jihan 593 Views
Share
Jemaat Ahmadiyah menjadi salah satu penyumbang dana pertama pembangunan Masjid Istiqlal, Jakarta.
SHARE

Jakarta – Masjid Istiqlal merupakan masjid yang populer di Indonesia dan sudah sering dikunjungi tokoh-tokoh dunia, mulai dari Presiden Turki Recep Tayyip Erdogan, hingga Bill Clinton.

Masjid Istiqlal merupakan masjid terbesar di Asia Tenggara dan disimbolkan sebagai lambang toleransi beragama. Pasalnya, masjid berkapasitas mencapai 200 ribu orang ini berdekatan dengan Gereja Katedral, Jakarta. Pun dalam proses pembangunannya, masjid ini dirancang oleh seorang arsitek Kristen bernama Friedrich Silaban.

Secara singkat, pembangunan masjid ini dimulai atas izin Presiden Soekarno setelah Indonesia merdeka. Nama Istiqlal sendiri bermakna ‘merdeka’.

Dilansir dari berbagai sumber, berkisar antara tahun 1955, rumah ibadah untuk umat Islam juga masih sedikit, sehingga untuk merepresentasikan jumlah penganutnya, masjid ini dibangun berukuran sangat besar.

Penuh Perdebatan dan Kurang Anggaran

Selama proses perencanaan hingga mulai pembangunan, masjid ini sempat menuai kontroversi dan perdebatan.

Perdebatan pertama terjadi perihal lokasi. Saat itu, terdapat tiga lokasi yang menjadi pertimbangan. Tetapi, Soekarno bersikukuh masjid itu akan dibangun di area bekas Taman Wilhelmina.

Dulunya, areal tersebut merupakan benteng pertahanan Belanda ketika melawan Inggris. Begitu Indonesia merdeka dari Belanda, Soekarno ingin menunjukkan bahwa Indonesia berdaulat atas tanahnya sendiri. Secara eksplisit, Soekarno memaknai Taman Wilhelmina adalah simbol penjajahan, sehingga berdirinya Masjid Istiqlal dimaknai sebagai simbol kemerdekaan.

Kedua, perdebatan terjadi perihal arsitektur. Perdebatan ini mendasari Soekarno untuk membuat sayembara. Namun, Friedrich Silaban sebagai pemenang sayembara ini kembali menimbulkan kontroversi. Sebab, dia merupakan Kristen Protestan dan anak dari seorang pendeta.

Perdebatan ini berangsur-angsur mereda karena para tokoh dan ulama tidak mempermasalahkannya.

Terakhir, perdebatan kembali terjadi perihal anggaran. Pembangunan Masjid Istiqlal mulai dilakukan ketika Indonesia merdeka, sehingga Indonesia tidak memiliki cukup dana dan membuat pembangunan ini tertunda sementara.

Maka, para pengurus berinisiatif membuka donasi. Jadi, meskipun Istiqlal merupakan masjid negara, namun hampir 90 persen pembiayaan berasal dari swadaya masyarakat.

Jalan terjal pembangunan Istiqlal yang penuh perdebatan akhirnya rampung pada 1978. Masjid yang diresmikan langsung oleh Presiden Soeharto ini menghabiskan dana pembangunan sebesar Rp7 miliar.

Jemaat Ahmadiyah Jakarta sebagai Penyumbang Pertama

Masyarakat yang berpartisipasi menyumbangkan dana untuk pembangunan Istiqlal berasal dari beragam latar belakang, termasuk di dalamnya etnis Tionghoa dan Jemaat Ahmadiyah Indonesia.

“Pada 24 Agustus 1961, Presiden Soekarno memulai pembangunan Masjid Istiqlal Jakarta, dengan ceremony penancapan tiang pancang. Presiden menyerukan masyarakat Indonesia untuk gotong royong dalam pembangunan tersebut. Seruan ini segera disambut oleh anggota Ahmadiyah dengan menyumbang sejumlah dana,” kata Sekretaris Isyaat (Informasi dan Publikasi) PB JAI, Ekky Sabandi, Selasa, 22 Februari 2022.

Diketahui, Pengurus Ahmadiyah Jakarta menjadi organisasi pertama yang menyumbangkan dana sebesar Rp. 5.600.

Hal tersebut dibuktikan dengan kwitansi pembayaran dari pengurus panitia Masjid Istiqlal tertanggal Agustus 1961.

Selain penuh sejarah, Masjid Istiqlal adalah saksi bisu Jemaat Ahmadiyah yang senantiasa selalu berkiprah untuk tanah air.

You Might Also Like

Pergub larangan Syiah-Ahmadiyah melanggar HAM

Adakan Donor Darah Massal, Ahmadiyah Medan dan Gereja Santo Paulus Jalin Kerjasama

The Wahid Institute luncurkan Laporan Tahunan Kebebasan Beragama 2013

ICRP Desak Menteri Agama Cabut Pernyataan Terkait Ahmadiyah

Inggris: Pemuda Ahmadiyah Laksanakan Pameran Alquran di University of Sheffield

TAGGED:ahmadiyahHari IstiqlalMasjid Istiqlal Jakarta
Previous Article Pemuda Ahmadiyah Harap Pemuda Katolik Kalbar di Bawah Kepemimpinan Angeline Akan Perkuat Toleransi
Next Article Hadir Dalam Diskusi Lintas Komunitas Menjadi Rutinitas Ahmadiyah Bogor
1 Comment
  • Farid Ridwan berkata:
    22 Februari 2022 pukul 20:16

    MasyaAllah..

    Balas

Tinggalkan Balasan Batalkan balasan

Alamat email Anda tidak akan dipublikasikan. Ruas yang wajib ditandai *

You Might Also Like

Nasional

‪Ahmadiyah Jamaah Empat Pilar

Redaksi 4 Min Read
Berita

Mubaligh Ahmadiyah Kalbar Nilai Musyawarah Adat Dewan Adat Dayak Junjung Tinggi Toleransi

Rafi Assamar 3 Min Read
IntoleransiNasionalPerspektif

Agama sebagai permainan politik: meningkatnya intoleransi di Indonesia

Redaksi 8 Min Read
Previous Next
Warta Ahmadiyah

Warta Ahmadiyah merupakan sumber resmi Jemaat Ahmadiyah Indonesia yang menyajikan ragam informasi seputar kegiatan dan pandangan Ahmadiyah mengenai berbagai hal.

Kategori

  • Berita
  • Organisasi
  • Kebangsaan
  • Keislaman
  • Sosial
  • Rabthah
  • Opini
  • Siaran Pers

Informasi

  • Redaksi
  • Kontak Kami
  • Kirim Berita

Copyright 2016 – 2023 @wartaahamdiyah.org All rights reserved

Welcome Back!

Sign in to your account

Username or Email Address
Password

Lost your password?