Dengan semakin menyebarnya pandemi virus Corona di seluruh dunia, Khalifah Ahmadiyah, Hazrat Mirza Masroor Ahmad (ayyadahullahu ta’ala binashrihil ‘aziiz) menyampaikan nasihat-nasihat tentang tindakan pencegahan terhadap virus. Nasihat itu beliau sampaikan di Masjid Baitul Futuh, London, dalam Khotbah Jumat 6 Maret 2020.
Beliau menekankan untuk menjaga kebersihan diri, menjauhi keramaian, pengobatan homeopathy dan memperbanyak doa. Berikut kutipan lengkap nasihat-nasihat beliau:
“Sekarang saya akan menekankan beberapa hal berkenaan dengan wabah virus corona yang sedang melanda akhir-akhir ini. Sebagaimana telah diumumkan oleh pemerintah, kita semua hendaknya menempuh upaya-upaya pencegahan. Sejak awal saya sudah menyampaikan saran (obat homeopathy) kepada para pakar homeopathy (jemaat) yakni (resep) pertama sebagai tindak pencegahan dan (kedua) sebagai obat. Hendaknya hal itu diamalkan. Ini merupakan obat yang memungkinkan, karena tidak bisa kita katakan bahwa resep homeopathy yang diberikan 100% dapat menyembuhkan pasien korona. Virus ini merupakan virus yang belum diketahui, namun resep homeopathy ini resep yang paling memungkinkan dan mendekati diantara resep homeopathy lainnya. Resep tersebut telah diusulkan sesuai dengan jenis penyakitnya. Semoga Allah Ta’ala memberikan potensi penyembuh kedalam obat tersebut. Hendaknya dikonsumsi.
Akan tetapi, seiring dengan itu diperlukan juga langkah-langkah pencegahan seperti yang telah saya umumkan. Berkenaan dengan hal ini perlu juga supaya kita menghindari keramaian. Bagi para jamaah masjid pun hendaknya berhati-hati, jika mengidap demam walaupun ringan, tubuh pegal-pegal, bersin-bersin, flu dan lain-lain hendaknya jangan dulu datang ke masjid. Sebab, masjid pun memiliki hak (kewajiban yang harus ditunaikan) supaya tidak ada orang yang dapat memberikan dampak buruk bagi jamaah lainnya. Hendaknya berhati-hati untuk datang ke masjid bagi mereka yang memiliki penyakit menular apa saja khususnya saat ini. Ketika bersin atau pada hari-hari biasa pun hendaknya ketika bersin tutupi dengan tangan atau menggunakan sapu tangan.
Ada beberapa jamaah shalat yang mengeluhkan, “Ada sebagian jamaah yang bersin ketika berhadapan dengan kami, namun orang yang bersin itu tidak menutupinya dengan tangan atau sapu tangan. Sedemikian rupa kerasnya bersin sehingga terkadang cipratannya mengena ke orang lain.” Dalam hal ini jamaah yang ada di sebelahnya pun memiliki hak untuk dihargai, untuk itu setiap kita hendaknya memperhatikan hal ini. Saat ini khususnya seperti yang telah saya katakan perlu bagi kita untuk berhati-hati.
Pencegahan yang disampaikan oleh dokter saat ini adalah pastikan tangan dan wajah dalam keadaan bersih. Jika tangan dalam keadaan kotor, jangan sentuhkan ke wajah atau basuh tangan dengan sanitiser. Namun bagi kita sebagai muslim, jika melaksanakan shalat lima waktu dan melakukan wudhu secara rutin, membersihkan hidung dengan air yakni melakukan wudhu dengan baik, maka ini merupakan kebersihan berstandar tinggi yang dapat memenuhi kurangnya sanitiser karena saat ini yang kita dengar dari berita bahwa sanitiser telah hilang habis terjual di took-toko (kedai-kedai), orang-orang telah memborong segala sesuatu karena panik. Rak-rak di took-toko kosong dan khususnya barang barang yang dapat digunakan untuk tujuan ini. Alhasil, jika kita melakukan wudhu dengan baik, akan menjadi kebersihan jasmani dan setelah wudhu manusia melakukan shalat yang akan menjadi sarana untuk kebersihan ruhaninya.
Khususnya pada saat ini kita perlu berdoa sebanyak banyaknya, untuk itu kita harus menaruh perhatian khusus akan hal ini. Saya telah sampaikan perihal hak masjid, perlu saya sampaikan juga, khususnya pada musim dingin dan hari-hari biasa, bagi jamaah masjid yang mengenakan kaos kaki, kaos kaki hendaknya diganti setiap hari dan dicuci, jika keluar bau dari kaki atau kaos kaki, maka akan membuat menderita jamaah yang berada di sebelahnya atau jamaah shalat yang berada di belakangnya ketika sujud akan menderita karena baunya.
Diperintahkan bahwa Rasulullah bersabda: Setelah memakan makanan yang menimbulkan bau seperti bawang putih, bawang merah dan yang lain-lain, hendaknya jangan ke masjid. Terkadang keluar dari mulut atau mengeluarkan bau dari mulut yang membuat jamaah lain menderita dan juga lingkungan masjid.14
Bahkan diperintahkan untuk mengenakan wewangian ketika masuk ke masjid, bahkan sedemikian rupa harus berhati hati sehingga Rasul bersabda janganlah melewati bagian dalam masjid ketika membawa daging mentah dimana ada orang yang tengah duduk.15 Jadi, kebersihan diri dan lingkungan yang perlu diperhatikan oleh seorang jamaah shalat, perlu baginya untuk menaruh perhatian akan hal itu.
Namun, artinya bukanlah sama sekali tidak datang ke masjid karena alasan tersebut. Ambillah fatwa dari diri sendiri setelah melihat keadaan lahiriah diri sendiri dan hendaknya ingat selalu bahwa Allah Ta’ala mengetahui keadaan hati. Maka dari itu, jika ada penyakit, yakinkanlah dengan mengunjungi dokter untuk mengetahui penyakit apa itu, namun lebih baik untuk tidak datang dulu ke Masjid satu atau dua hari. Begitu juga saat ini dikatakan untuk tidak berjabatan tangan dan ini pun sangat penting, karena tidak ada yang tahu bagaimana tangan seseorang. Meskipun dengan berjabatan tangan jalinan persaudaraan dan kecintaan semakin meningkat, namun saat ini, disebabkan oleh penyakit ini lebih baik kita hindari dulu berjabatan tangan.
Orang-orang duniawi yang sebelum ini sering mengkritik kita dengan mengatakan bahwa kita (kaum pria) tidak berjabatan tangan dengan wanita. Dalam hal ini telah terjadi kejadian yang menggelikan yaitu ada seorang menteri (Menteri Dalam Negeri) di Jerman yang menolak bersalaman dengan anggota dewan (seorang perempuan yaitu Kanselir Angela Merkel). Anggota parlemen di sini (Inggris) pun ada yang mengatakan, “Saat ini kita terhindar dari berjabatan tangan disebabkan oleh virus korona, dan itu adalah baik, karena berjabatan tangan bukanlah tradisi kita. Tradisi kita adalah memberikan hormat atau menurunkan topi dari kepala lalu menundukan badan.”
Sampai sampai ia (seorang anggota parlemen) pun berkata, “Kami berjabatan tangan dengan wanita bahkan berusaha untuk mendekap dan menciumnya padahal kita sendiri tidak tahu apakah wanita menyukai hal itu ataukah tidak, karena tanpa sebab kita melakukan perbuatan ini dengan paksa.”
Mereka tidak mau menaati firman Tuhan, namun wabah virus ini sekurang-kurangnya telah mengarahkan mereka pada hal tersebut. Semoga perhatian mereka pun tertuju kepada Tuhan. Mereka menentang perintah Tuhan. Ketika kita katakan dengan penuh kasih sayang bahwa kami dilarang untuk berjabatan tangan dengan lawan jenis lalu mereka melontarkan keberatan akan hal itu. Namun saat ini kita sering mendengar bahwa di kantor kantor departeman dan berbagai tempat, mereka yang pada awalnya menolak mentah-mentah padahal kita telah jelaskan dengan lemah lembut bahwa ini merupakan ajaran Islam, namun saat ini disebabkan wabah virus corona mereka begitu berhati-hati sehingga yang mereka anggap akhlak pun sudah tidak dihargai lagi. Alhasil, dari sisi ini wabah ini telah membuat ishlah (perbaikan) mereka sampai batas tertentu.
Sebagaimana telah saya katakan, semoga ishlah (perbaikan) ini mengantar mereka kepada Allah ta’ala Allah Ta’ala mengetahui lebih baik, sampai mana wabah ini akan terus menyebar dan sampai batas mana, apa takdir Allah ta’ala? Namun jika wabah ini muncul disebabkan oleh murka Ilahi dan pada zaman ini kita saksikan berbagai jenis wabah, gempa bumi, badai dan bencana alam jauh lebih menigkat paska diutusnya Hadhrat Masih Mau’ud (as), maka untuk terhindar dari dampak buruk dari takdir Tuhan, perlu bagi kita untuk kembali kepada Allah Ta’ala.
Secara khusus para Ahmadi hendaknya menaruh perhatian terhadap doa-doa dan memperbaiki keadaan ruhani masing masing dan doakan juga dunia semoga Allah Ta’ala memberikan hidayah kepada dunia dan memberikan taufik agar alih alih terjerumus dalam duniaw i dan melupakan Allah ta’ala, semoga mereka menjadi orang-orang yang mengenal Tuhan yang menciptakannya.”