INNAA li’l-Laahi wa innaa ilaihi raaji’uun. Telah berpulang ke rahmatullah, Doktor Yusef Abdul Lateef dari Shutesbury di usianya yang ke-93 tahun. Ia wafat pada Senin pagi, 23 Desember 2013. Saat pergi dengan penuh kedamaian di rumahnya, Massachusetts, ia sedang bersama dengan keluarganya yang terkasih.
Doktor Lateef adalah guru besar di bidang musik di lima perguruan tinggi dari 1987 hingga 2002. Ia dikenal baik atas dukungan dan pendampingannya bagi artis-artis pemula dan yang sudah bersinar.
Doktor Lateef merupakan penerima anugerah “the National Endowment for the Arts Award” sebagai ‘American Jazz Master’. Ia juga mendapat Grammy Award. Ia memulai karirnya sebagai komposer dan musisi jazz sejak 1940an. Ia sempat mengadakan tur disertai pertunjukan live hingga musim panas 2013 baru-baru ini.
“Saya meyakini bahwa setiap manusia memiliki kearifan,” kata Doktor Lateef di tahun 2000 saat ia diwawancarai untuk anugerah “the National Endowment for the Arts”.
“Setiap kebudayaan memiliki beberapa kearifan. Itulah sebabnya saya belajar dengan Saj Dev, seorang peniup flut India; itulah mengapa saya mempelajari musik Stockhausen; music pigmi tentang hutan hujan pun merupakan musik yang teramat kaya. Jadi, kearifan ada di luar sana. Dan, saya pun mempercayai, seseorang harus menuntut ilmu sejak ia masih di buaian hingga liang lahat. Dengan rasa keingintahuan tersebut, seseorang menemukan hal-hal yang tidak dipahami sebelumnya.
Sebagai seorang komposer, Doktor Lateef menggubah karya-karyanya untuk para pemain baik itu mulai dari untuk solois, untuk band, hingga untuk paduan suara. Karyanya telah dimainkan oleh orkestra simfoni di seluruh Amerika Serikat dan di Jerman. Pada 1987, Almarhum memenangkan Grammy Award dengan kategori ‘Best New Age Performance’ untuk rekaman “Yusef Lateef’s Little Symphony”. Di album ini, ia memainkan semua instrumen.
Biografinya “The Gentle Giant” oleh Herb Boyd, menggambarkan karakter Doktor Lateef sebagai orang yang bersuara lembut dan berhati welas asih. Doktor Yusef Lateef adalah Ahmadi, warga jamaah muslim Ahmadiyah, yang saleh sejak tahun 1948. Ia telah dua kali menunaikan ibadah haji ke Mekkah.
Doktor Lateef gigih di dalam meniti karir musiknya. Ia memiliki jalur musiknya sendiri. Ia adalah seorang pemain, komposer, dan pendidik. Di tahun 1985, ia tinggal di Nigeria sebagai seorang periset senior di dalam menjalani program fellowship pada ‘Ahmadu Bello University’. Begitu balik ke AS, ia mengajar di University of Massachusetts’.
Doktor Lateef meraih gelar sarjana dan master pendidikan musiknya dari ‘Manhattan School of Music’. Dan dari 1987 ke 2002, ia merupakan guru besar di ‘University of Massachusetts’ di Amherst di mana ia meraih gelar kedoktorannya di bidang pendidikan.
Doktor Lateef menyusul istrinya Sayeda Lateef yang sudah wafat sebelumnya. Isterinya pernah menjabat sebagai Sadr Pengurus Pusat Lajnah Imaillah Jamaah Ahmadiyah Amerika Serikat atau ketua umum dari organisasi perempuan Ahmadiyah AS.
“Doktor Lateef adalah seorang pendidik yang brilian dan terpelajar, musisi yang inovatif, dan seorang saudara muslim Ahmadi yang mukhlis,” kata Naib Amir Nasional Jamaah Muslim Ahmadiyah Amerika Serikat.
Pengkhidmatannya yang khas bagi kemanusiaan dan Islam telah lama dikenal dan manfaatnya bagi dunia akan terus mengalir jauh hingga ke masa depan. Kita mencintainya dan kita panjatkan doa tulus kita untuk Almarhum dan keluarganya yang sedang berduka. Segenap warga jamaah kami, baik muda maupun tua, benar-benar merasakan kehilangannya.”
Pada Kamis, 26 Desember 2013 pukul 17.15 waktu setempat, jenazah Lateef dishalatkan dan dikubur pada sebuah area pemakaman “the Douglass Funeral Home” yang beralamat di “87 N. Pleasant Street, Amherst, MA”.
Selamat jalan, Doktor Lateef!
(YusefLateef.com/Ahmadiyya.us/GazetteNet.com/Philly.com/AhmadiyyaTimes/DFP/LATimes/Variety/DMX/WA)
—
Gambar: DOKUMENTASI – Ahad, 2 September 2007, musisi jazz flutist Yusef Lateef mendiskusikan musiknya pada sesi Jazz Talk Tent di Hart Plaza yang merupakan bagian dari “Detroit International Jazz Festival” di Detroit. (AP Photo/ The Detroit News, Ricardo Thomas, dokumentasi)
Berita-berita terkait pilihan: