TANGGAL merah Rabu, 25 Desember 2013, menjadi hari libur nasional yang bertepatan dengan hari raya Natal bagi umat Kristiani di Indonesia. Rabu (25/12) siang, menjadi momentum JAI di Jawa Tengah untuk memperlebar jaringan silaturahmi kepada umat Kristiani.
Sebuah linimasa @KotaSMG memberi twitt demikian:
“Uskup Agung Semarang Mgr Johannes Pujasumarta sumringah sekali menerima tamu2 di Keuskupan tadi pagi
“Slain Gub Jateng, hadir di Keuskupan Agung Smg, perwakilan Buddha, Hindu. Umat Islam ada NU, Muhammadiyah n Ahmadiyah. Indahnya..
“Jadi, selamat Natal kawan semua yg merayakan. Smoga kerukunan umat beragama terjalin senantiasa. Damai di hati, damai di semarang.. Amin”
Memang benar. Keuskupan Agung Semarang (KAS) sedang ramai saat itu. Uskup Mgr. Johannes Pujasumarta menerima banyak tamu. Kebetulan, termasuk pagi itu adalah Maulana Syaeful Uyun yang disertai para koleganya. Uskup menyambut kedatangan rombongan Maulana Uyun dengan hangat dan akrab. Maulana Uyun adalah salah satu muballigh wilayah Jemaat Ahmadiyah Indonesia di Jawa Tengah.
Saat rombongan Maulana Uyun datang, Uskup sedang menerima kunjungan Gubernur dan Wakil Gubernur Jateng, Ganjar-Heru. “Selamat datang! Mari, silahkan, silahkan! Terima kasih, kata Uskup, hangat sambil menyalami kami. Sekalian, kami pun bersalaman dengan Gubernur dan Wakil Gubernur.
“Saya, Syaeful dari Ahmadiyah, Pak Gub,” kata Uyun memperkenalkan diri.
Ternyata, Gubernur Ganjar masih ingat Uyun. “Iya, saya masih ingat,” katanya.
Gubernur dan Wakil Gubernur berada di Keuskupan Semarang memang sengaja untuk mengucapkan ‘selamat natal’ kepada Uskup Agung Semarang. Kedatangan Maulana Uyun yang dibarengi Amir Daerah Jawa Tengah Arief Syafi’i adalah memanfaatkan open house Uskup untuk bersilaturahmi di saat tanggal 25 Desember.
Setelah Gubernur dan Wagub pulang, giliran Uskup berbincang dengan rombongan Maulana Uyun.
“Bagaimana kabar?” tanya Ukup.
“Alhamdulillah. Dengan karunia Allah, kami baik-baik saja, Uskup,” jawab Maulana Uyun.
“Di Jateng, Ahmadiyah aman-aman saja, ‘kan?” tanya Uskup lagi.
“Alhamdulillah, dengan karunia Allah, aman Uskup,” Maulana Uyun kembali menjawab.
“Kalau Ahmadiyah ada yang menzalimi, kita lawan sama-sama,” kata Uskup–“Tapi, dengan cara yang cantik.”
“Terimakasih Uskup, sudah berkenan mau membantu kami,” jawab Maulana Uyun.
Uskup juga juga sempat bertanya, “Benarkah Wage Rudolf Supratman, pencipta lagu Indonesia Raya, Ahmadiyah?” tanyanya.
Maulana Uyun membenarkan, dan menyampaikan, “Makanya kalau Ahmadiyah mau dibubarkan, Ahmadiyah mau minta, cabut juga lagu kebangsaan Indonesdia Raya, karena hasil karya seorang Ahmadiyah.”
“Ya, punya kartu trup ya,” kata Uskup. Sesudah itu mereka berbincang santai.
Sambil minum dan makan kue-kue natal yang dihidangkan, rombongan Maulana Uyun memperkenalkan JAI, hubungan dengan lintas iman, hingga motto: Love for All, Hatred for None. “Itulah Islam yang kami yakini, kata Maulana Uyun kepada Uskup.
Dari Uskup juga memperkenalkan rencana kebijakan Katholik dalam rangka membangun perdamaian. “Januari, akan ada doa bersama tokoh-tokoh agama, dilanjut dengan kemah pemuda yang melibatkan semua elemen agama,” katanya.
Maulana Uyun menimpali, “Ahmadiyah diajak, Uskup. Insya Allah, kami hadir.”
Uskup mengiyakan.
Tamu kian banyak berdatangan. Rombongan Maulana Uyun pun pamit. “Uskup, terimakasih sudah menerima kami,” kata Maulana Uyun.
Sebelum ke KAS, rombongan Maulana Uyun sempat mampir dulu ke Romo Aloysius Budi Purnomo di Katedral Kebon Dalem, Semarang.(SYU)