PERWAKILAN warga dan pengurus Ahmadiyah dari JAI di provinsi Jawa Tengah menghadiri Haul Gus Dur, Selasa (21 Januari 2014) lalu. Haul yang diadakan pukul 20.00 hingga 23.30 WIB, itu bertempat di pondok pesantren (ponpes) asuhan Kyai Muslim Miftahul Huda di Siwatu, kecamatan Watumalang, Wonosobo.
Haul Gus Dur dijadikan momentum untuk sebuah acara “Doa Lintas Agama dan Peresmian Perpustakaan Gus Dur” yang dihadiri ibu negara era Presiden Gus Dur: Ibu Dra. Sinta Nuriyah, M.Hum.. Ibu Sinta bertindak sebagai narasumber tunggal.
Selain Ibu Sinta, tampak hadir ratusan para tamu undangan dari lintas iman dan Gusdurians, antara lain: Wakil Ketua MPR RI Lukman Hakim Saifudin; para budayawan dari Yogyakarta seperti Romo Bimo dan lain-lain; Galang Pers Yogya, Jamaah Istighotsah Isroil, Jemaat Ahmadiyah Indonesia (JAI), Syiah (IJABI), NU, IPNU-IPPNU, GP Ansor, para ulama/kyai, para santri ponpes, PMII, BEM UNSIQ, Alif Rebo Wage (Aboge), penghayat Kepercayaan Kepada Tuhan Yang Maha Esa, Katolik, Kristen, Konghucu, Budha, Hindu, Tionghua, Sunda wiwitan, wartawan, aparat keamanan, dan para Gusdurians dan lain-lain.
Bupati yang seyogyanya hadir tidak dapat hadir karena masih dalam perjalanan dari Yogyakarta. Adapun dari JAI, hadir duapuluh lima orang antara lain Ketua DPD JAI Wonosobo Harwiyono dan wakilnya Kyai Sis Ahmad Afandi, para mubalih lokal seperti Maulana Sajid Ahmad Sutikno, Maulana Arik A. Fatih, juga Maulana Sulaiman Ahmad, pula mubalig wilayah Jateng-Tengah Maulana Nurhadi beserta para pengurus maupun anggota jemaat-jemaat lokal se-Wonosobo seperti dari Jawaran, Lengkong, Bendungan, Wonosari, dan Wonosobo.
Para khuddam atau pemuda Ahmadiyah Wonosobo dan Banjarnegara ikut hadir. Di antaranya adalah Warsidi, ketua atau qaid dari wilayah Majelis Khuddamul Ahmadiyah (MKAI) Jateng II (Jateng-Tengah). Perwakilan dari Muslim TV Ahmadiyya (MTA) biro Jateng-Tengah pun hadir.
Sebelum acara dimulai, terlebih dahulu diadakan istighotsah bersama oleh Jamaah Istighotsah Isroil dan bacaan tahlil dipimpin Gus Masyur Syihab. Gus Masyur adalah perintis Jamaah Istighotsah Isroil di Gresik. Ia aseli dari Wonosobo.
Acara selanjutnya adalah persembahan dari Forum Umat beriman (FUB) dan Gusdurians dipandu langsung oleh Haqqi Al-ansori, Ketua FUB Wonosobo. Haqqi menyebutkan bahwa perwakilan para undangan yang hadir adalah kalangan dari lintas agama, para gusdurian, para warga dari JAI, Syiah, dan lain-lain. Semuanya datang dari daerah Banjarnegara, Wonosobo, DI Yogyakarta, Ciganjur, dan lain-lain.
Kemudian, Ibu Sinta Nuriyah menyampaikan “Gagasan Pluralisme Gus Dur dan Membangun Indonesia Ke Depan”. Di awal presentasinya, Ibu Sinta mengatakan antara lain, “Malam ini saya sangat berbahagia dan terharu, karena saya bisa melihat Indonesia sesungguhnya, berbagai ragam komunitas, keyakinan, suku, agama, dan lapisan masyarakat berkumpul di ponpes ini.
“Inilah Indonesia, sangat majemuk atau plural, Indonesia terdiri dari berbagai suku dan agama: ada NU, Syiah, Ahmadiyah, Konghucu, katolik, dan lain-lain; serta ada suku Jawa, Tionghua, Sunda dan lin-lain di sini.
“Harusnya, ya, beginilah Indonesia, bisa bersatu dan rukun dalam satu wadah. Inilah perwujudan dari Bhinneka Tunggal Ikha. Kita dilahirkan di Indonesia adalah sudah sebagai bangsa yg pluralis, kita harus bisa hidup rukun damai, saling kasih mengasihi.
“Sekarang ini, Negara kita dalam kondisi carut-marut, tidak tahu negara ini ada pemimpinnya atau tdk (sambil tertawa). Negara ini diobrak-abrik seperti ini hingga carut-marut. Kita hampir tiap hari disuguhi tayangan televisi aksi kekerasan, kejahatan, kerusakan moral, juga ketidak-adilan–tersebar di mana-mana.
“Kita, malam ini, mengadakan Haul peringati seorang sosok Gus Dur. Tujuannya adalah ingatkan diri kita bahwa kita akan mati. Semua akan mati, baik kaya-miskin, jelek-cantik, dari macam-macam suku, macam-macam pengikut agama, dan keyakinan–semua akan mati.
“Dalam Haul ini, kita mengingat kembali tokoh yang dihormati. Apa sih yang sudah dilakukan selama hidupnya, kebaikan-kebaikan dan tauladannya? Apakah ia layak diperingati? Dan Haul ini bermaksud untuk beritahu generasi selanjutnya akan jasa-jasa, pemikiran, gagasan, tauladan dari tokoh agama, pahlawan, dan sebagainya.
“Selain itu, kita bisa untuk saling bersilaturahmi, saling bertanya jawab, untuk syiar Islam sndiri; yaitu, bahwa orang Islam itu tidak lupakan pendahulunya, selalu menghormati pendahulunya.
“Gus Dur sudah empat tahun tinggalkan kita. Secara fisik tidak ada di tengah kita. Tapi gagasan-dan lain-lain ada dalam diri kita. Atas nama kelurga Gus Dur, saya mengucapkan banyak terima kasih, hadir di sini ikut doakan beliau. (Ibu Sinta meneteskan air mata haru dan bahagia).
“Semakin lama Gus Dur tinggalkan kita, kita semakin membutuhkan sosok yang bisa berlaku seperti Gus Dur: membela kaum lemah, minoritas, dan lain-lain. Tapi, coba kita perhatikan, selain sosok Gus Dur seperti para elit di negara ini, mereka lebih sibuk sembunyikan aibnya daripada perjuangkan nasib rakyat.”
Selain itu, Ibu Sinta juga menyampaikan bahwa kekerasan, kezaliman terjadi di mana-mana, moral dan budi pekerti semakin langka, meluasnya kesenjangan sosial, ketidakadilan, dan pelanggaran hukum, anarkis kepada minoritas, semua kondisinya menjadi carut-marut, dan sebagainya. “Kita perlu sosok yang berani hancurkan kezaliman dan keserakahan.”
Kemudian, Ibu Sinta mengajak hadirin untuk teruskan dan rawat cita-cita dan perjuangan Gus Dur. Ibu Sinta mengajak untuk mewujudkan ajaran Islam yang rahmatan lil alamin. Sebelum mengakhiri sambutan atau presentasinya, Ibu Sinta mengajak hadirin bersama-sama baca syair munajad yang selalu Gus Dur amalkan: “Ilaahii lastu lil firdausi ahlaan…”
Acara berikutnya adalah Tanya Jawab dalam format talk show. Kemudian dilanjutkan dengan testimoni FUB mengenai pluralisme, toleransi, dan keharmonisan, juga gagasan pemikiran Gus Dur.
Testimoni pertama yaitu oleh perwakilan JAI, Maulana Sajid Ahmad Sutikno. Kemudian seorang pengusaha Wonosobo, lalu dari sesepuh IJABI Wonosobo M. Arman, dilanjutkan dari sesepuh Konghucu Hasan Akli, dan dari humas gereja Katholik Santa Paulus Wonosobo Drs. Leo, juga dari Kristen Pendeta Agung GKJ Aku Iki Pepadange Jagad, dan dari wakil Penghayat Kepercayaan Kepada Tuhan Yang Maha Esa, agama Sunda Wiwitan, serta testimoni oleh Wakil MPR RI Lukman Hakim Saifudin.
Ada acara selingan dalam haul ini. Ia adalah pembacaan puisi–yang sengaja disiapkan untuk acara tersebut–karya Mubalig JAI Banyuwangi Maulana Dinu Tahir Ahmad yaitu “K.H. Abdurrahman Wahid, Gus Dur Dalam Singkatan”. Puisi dibacakan oleh Fery Sarwono (JAI Banjarnegara-Bawang).
Ada puisi kedua dari perwakilan IPPNU Wonosobo yg diiringi suara gitar. Acara haul diakhiri dengan doa lintas agama oleh masing-masing perwakilan agama dari Islam, Kristen, Katholik, Konghucu, dan Penghayat Kepercayaan. Acara berakhir pukul 23.30, lalu dilanjutkan bersalaman serta makan bersama. Dalam kesempatan tersebut Galang Pers telah menyumbangkan 400 buah buku-buku seputar pemikiran Gus Dur ke Perpustakaan Gus Dur Ponpes Miftahul Huda.
Salam Damai dari Wonosobo!
SAS/DMX