Di Lahore, Pakistan, terjadi persekusi terhadap seorang Ahmadi di Pakistan. Ia adalah seorang dokter Ahmadi, dilaporkan terjerat kasus hukum. Dokter itu bernama Masood Ahmad.
Ada indikasi kuat bahwa dalam kasus yang menyeret-nyeret namanya itu memiliki motif-motif tersembunyi. Pengacaranya, Ghulam Mustafa Chaudhry, mengatakan Dokter Ahmad dituduh bahwa ia melakukan dakwah dan memberikan buku-buku bermaterikan hujatan-hujatan terhadap para Nabi kepada seseorang yang bernama Maulana Muhammad Ehsan.
The Express Tribune Pakistan menerangkan, kasus Dokter Ahmad ada dalam laporan FIR (First Information Report) bernomor “Section 298/C” pada pos polisi Old Anarkali, Maulana Muhammad Ehsan menyatakan bahwa, ketika beberapa hari sebelumnya, ia dan beberapa kawannya mengunjungi klinik milik Dokter Ahmad.
Muhammad Ehsan mengatakan bahwa sang doktor mendakwahkan keyakinannya kepada Ehsan dan memberikan buku-buku yang berisikan penghinaan terhadap beberapa nabi. Ehsan menuduh bahwa Masood menablighi dia dengan tidak sah.
Pakistan menahan Masood Ahmad (72) karena “berpura-pura” muslim. Ahmad “dijebak” oleh orang-orang yang berpura-pura menjadi pasiennya. Mereka diam-diam merekam sang dokter sedang mengaji Alquran.
Masood Ahmad ditangkap di Lahore akhir bulan lalu setelah dua orang menyeretnya seraya mencekik leher dan memukulnya.
Masood Ahmadi menjalani sebagian besar pekerjaannya sebagai dokter di London. Ia kembali ke Pakistan pada 1982 untuk membuka klinik.
Hukum Pakistan mencap warga Ahmadi sebagai non muslim, bisa dipenjarakan tiga tahun apabila kedapatan “mengaku-ngaku muslim” atau “melukai perasaan umat islam”.
Dengan dipenjarakannya Masood Ahmad, ternyata tak menyurutkan pihaknya untuk tetap berikhtiar, melakukan upaya hukum.
Namun, saat itu berlangsung, hearingnya saja dihadiri mayoritas para Anti Ahmadi–disertai slogan-slogan dan yel-yel provokatif. Masood dan tim hukumnya sempat ketakutan.
Beberapa putranya yang berada di Australia dan Inggris mengatakan bahwa keluarga mereka mencurigai seseorang yang hendak merampas usaha Masood Ahmad.
“Saya sangat marah karena saya tak dapat berbuat apa pun dari sini,” ujar Abbad Ahmad (33), salah satu anak Masood Ahmad, pengemudi taksi di Glasgow.
“Seram rasanya bahwa orang-orang bersekongkol, berbuat zalim, terhadap orang yang Anda cintai.”
—
Sumber berita: The Express Tribune dan Daily Mail.