“Seminar ini sangat penting, mengingat ke depan para mubalig akan sering mengisi acara-acara seminar. Di masa Hadhrat Masih Mau’ud a.s., Khalifah I, Khalifah II, Khalifah III, acara semacam ini belum ada. Barulah di masa Khalifah IV dan khususnya Khalifah V, semakin sering Khalifah menyampaikan seminar di Parlemen dan tempat lainnya …”
(H. Sayuti Aziz Ahmad, Shd., Principal Jamiah Ahmadiyah Indonesia [JAMAI] Bogor)
BOGOR — Kalimat-kalimat bernada persuasif dan argumentatif dari Principal Jamiah Ahmadiyah Indonesia (JAMAI) Bogor itu seolah menghentak pemikiran mahasiswa mengenai pentingnya acara-acara semacam seminar yang diselenggarakan pada Rabu (23/3) pagi. Bertempat di ruang rapat Guesthouse Lantai III, Kampus Mubarak-Kemang, acara Seminar Hari Masih Mau’ud a.s. diselenggarakan.
Sdr. Ahmad Hassan, mahasiswa Darjah III yang adalah Juara I pada Lomba Tilawat Al-Qur’an Pekan Keilmuan Jamiah (PILJAM) yang diselenggarakan minggu lalu, bertugas menilawatkan ayat-ayat suci Al-Qur’an. Sedangkan Sdr. Khalid Walid Ahmad Khan bertugas melantunkan Nazm.
baca juga: [feed url=”http://warta-ahmadiyah.org/tag/jamiah-ahmadiyah-indonesia” number=”3″]
Berikutnya, moderator Sdr. Iman Mubarak Ahmad yang juga Muntazim Studium General KBM Jamiah mempersilakan Sdr. Andhika Akhir Putra untuk menyampaikan riwayat-hidup (biografi) Hadhrat Mirza Ghulam Ahmad, Imam Mahdi & Masih Mau’ud a.s.. Peristiwa kelahiran, masa muda hingga kewafatan beliau a.s. disampaikan secara runut dan gamblang.
Mln. Abdul Karim Mun’im tampil menyampaikan presentasi terkait buku “Siratul Abdaal”, terlebih dahulu dosen Bahasa Arab di Jamiah ini menerangkan metode penerjemahannya. “Untuk membantu penerjemahan buku (Siratul Abdaal) ini, saya menggunakan beberapa Kamus. Yang terutama adalah Kamus Lisanul ‘Arab. Ini adalah Kamus yang unik, karena untuk pencarian kata justru berpatokan pada huruf akhir,” ujarnya.
Mubalig Lokal yang pernah bertugas di Cianjur ini mengemukakan beberapa kasus dalam penerjemahan buku yang dibahas, termasuk idiom (muhawarah) dalam buku tersebut. Kata “dajjaal” misalnya. Yang dimaksud bukanlah sebagaimana yang biasa dipahami, melainkan untuk menyebut istilah lain yaitu “sepuhan emas”.
“Sebenarnya buku Siratul Abdaal ini tipis sekali, hanya 16 halaman. Namun demikian, musykil alfaadz alias kata-kata sulitnya lebih dari 200 buah, dan tentunya tidak mudah menerjemahkannya dari Arab ke Arab lagi baru ke dalam bahasa Indonesia. Bahkan, delapan tahun lalu ketika menterjemahkan buku ini, kosakata itu belum terpikirkan untuk diterjemahkan,” tambahnya
Sesi tanya-jawab lalu dibuka oleh moderator. Sebelum mahasiswa dipersilakan menyampaikan pertanyaan, Mln. Mochamad Soetrisna mengacungkan tangan lebih dahulu. Dosen Bahasa Inggris di Jamiah ini bermaksud memberikan komentar terkait metode penerjemahan dan kaitannya dengan bahasa penerima, yaitu bahasa Indonesia.
Berikutnya Mln. Rakeeman R.A.M. Jumaan menyampaikan pandangan, bahwa untuk memahami isi buku ‘Siratul Abdaal’, kita harus mengenal latar-belakang dan waktu ditulisnya buku tersebut. Begitu juga, wawasan mengenai dunia tasauf perlu diperdalam. “Ada 37 tingkatan wali menurut literatur Islam dan tingkatan keempat dikenal dengan istilah Abdal. Jumlahnya dalam satu masa hanya tujuh orang. Ada juga wali perempuan (waliyah) Abdal,” ujar dosen Ilmu Perbandingan Agama dan Tarikh-o-Sirat (Sejarah Islam & Jemaat) di Jamiah ini.
“Wahyu berbunyi “Shulaha al-‘Arab wa Abdaal al-Syaam” (Orang-orang Saleh dari Arab dan Abdaal dari Syiria) tercantum di dua tempat dalam Tadzkirah. Dalam penjelasannya dikatakan, bahwa itu tertuju kepada orang-orang beriman murid Hadhrat Masih Mau’ud a.s. yang berasal dari Syiria, Mesir bahkan Turki,” lanjut Naib Principal Jamiah Ahmadiyah Indonesia Bidang Akademik tersebut.
Beberapa mahasiswa kemudian mengajukan pertanyaan-pertanyaan yang dijawab oleh penerjemah secara normatif. Sebagian besar pertanyaan tersebut terkait dengan metode penerjemahan. Ada juga yang menanyakan istilah-istilah yang dipilih. Ini dimaklumi, karena mahasiswa darjah V saat ini sedang mengerjakan tugas penerjemahan buku-buku Hadhrat Masih Mau’ud a.s. sebagai bagian dari syarat kelulusan di Jamiah.
Tepat pukul 11.15 WIB acara diakhiri dengan doa dipimpin oleh Principal. Seluruh dosen dan mahasiswa kemudian meninggalkan ruangan seminar. Mereka bersyukur bisa mengkaji buku yang sangat penting itu, bahkan langsung dengan penerjemahnya.
Kontributor : Rakeeman R.A.M. Jumaan
Editor : Lisnawati Ahmad