Solo- Universitas Islam Internasional Indonesia (UIII) bersama Peace Generation Solo menggelar acara perdamaian yang diberi nama ‘Youth Training for Peace’ di Media Center Jemaat Ahmadiyah Solo yang dihadiri oleh mahasiswa, pengurus karang taruna, dan pemuda-pemudi Ahmadiyah.
Diawali dengan seminar yang dipaparkan oleh dua narasumber, yakni Mubaligh Jemaat Solo, Mln. Muhaimin Khairul Amin Mbsy dan Koordinator Peace Gen sekaligus pengurus Aisyiyah, Ninin Karlina.
Materi yang disuguhkan sangatlah menarik dengan menjunjung tinggi perdamaian diantara segala macam keberagaman.
“Jemaat Ahmadiyah memiliki moto perdamaian yakni ‘Love for All, Hatred for None’ yang menjadi acuan bagi para Ahmadi untuk senantiasa mengedepankan kemanusiaan terhadap sesama manusia,” ucap Mln. Muhaimin, Minggu 11 Agustus 2024.
Ia menjelaskan bahwa Ahmadiyah tidaklah menutup diri, justru Ahmadiyah sangatlah terbuka kepada masyarakat sekitar, baik secara langsung maupun melalui media sosial.
Memasuki sesi tanya jawab, berbagai pertanyaan mulai muncul dari para mahasiswa yang bertanya seputar Ahmadiyah, guna untuk meluruskan isu-isu yang didapat dari berita yang beredar.
“Kerap kali kami mendapatkan kabar yang tidak benar, yang mengatakan bahwa kitab Ahmadiyah adalah tadzkirah, Ahmadiyah melunturkan kemuliaan Nabi Muhammad SAW, dan lain sebagainya. Padahal, hal itu tidaklah benar, kitab kami adalah Al-Quran dan kami justru sangat memuliakan Nabi Muhammad SAW,” pungkas Mln. Muhaimin.
Kepala Program Magister Studi Islam sekaligus Dosen UIII, Zezen Zaenal Mutaqin menyampaikan bahwa ketika ada kabar yang tidak baik terhadap suatu kelompok, maka solusi terbaik adalah dengan saling berkomunikasi secara langsung.
“Stigma terhadap kelompok minoritas seperti Ahmadiyah dan Syiah itu terjadi karena orang tak berjumpa secara langsung. Perjumpaan seperti ini yang kami akan fasilitasi, berjumpa untuk ngobrol. (hoaks) Ahmadiyah punya Al’Qur’an baru, nabi baru, itu terbukti kalau bertemu langsung, bukan hanya teori namun duduk bareng,” jelasnya.
Oleh karena itu, menurutnya, penting bagi setiap orang untuk mengutamakan komunikasi yang baik terhadap suatu kelompok dengan saling berjumpa dan berbincang-bincang bersama.
Selepas sesi seminar, panitia Peace Gen melangsungkan pelatihan yang dikemas dalam bentuk permainan sehingga, membuat para peserta lebih ‘refresh’ kembali.
Meski begitu,permainan tersebut tetap mengandung pesan positif seputar toleransi.Tentunya, hal itu meninggalkan amanat yang sangat berharga bagi para peserta.
Oleh karena itu, dengan diadakannya acara ini diharapkan dapat membawa kesan positif untuk saling menghargai segala perbedaan yang ada, berdamai terhadap keberagaman, menjunjung tinggi persatuan, dan juga kesatuan, serta membuka pikiran kita akan pentingnya toleransi dengan memperkaya diri akan rasa kemanusiaan. *
Kontributor: Yesiska Ikhsan Qadiani
Editor: Talhah Lukman A