Bogor – Terlihat keseriusan 2 orang pemuda sedang menatap layar komputer di Khuddam Hall pada Rabu (27/7/2022). Mereka merupakan para khuddam, sebutan bagi pemuda Ahmadiyah, yang sedang mengerjakan pengeditan konten video.
Sejak Senin Bilal sudah berada di Kampus Mubarak. Sementara itu, Mashud, baru tiba pada Selasa. Mereka akan tinggal selama beberapa hari ke depan dalam rangka ikut terlibat dalam program waqfi arzi.
Waqfi arzi ataupun menjadi sukarelawan minimal selama 2 minggu guna ikut menyelesaikan tugas-tugas Jemaat Ahmadiyah merupakan sebuah gerakan yang dicanangkan oleh Khalifatul Masih III (rh) pada 12 Maret 1966. Pada awalnya gerakan tersebut hanya bertujuan untuk mempromosikan pembelajaran dan pengajaran Al Qur’an serta memberikan pengetahuan agama kepada para anggota Ahmadiyah di kota-kota kecil dan desa-desa terpencil di seluruh Pakistan.
Muhtamim Isya’at Pengurus Pusat Majelis Khuddamul Ahmadiyah Indonesia (PP MKAI), Muhammad Talha menyatakan bahwa kehadiran kedua Khuddam itu di Kampus Mubarak untuk mengedit beberapa konten video yang akan tayang di kanal youtube Khuddam Id dan menerjemahkan bahasa juga membuat layout majalah Thariq.
“Ada yang berasal dari Tangerang dan satu orang lagi Khuddam dari Batang, Jawa Tengah,” ujar Talha.
“Mereka welcome kok saat diajak terlibat membantu mengerjakan project ini” imbuhnya.
Lebih lanjut Talha mengatakan jika semangat para pemuda dalam melakukan pengkhidmatan seperti ini harus terus dijaga dan dirawat dengan baik. Salah satunya dengan memberikan gambaran yang jelas tentang pekerjaan ataupun tugas yang harus mereka kerjakan dan selesaikan.
“Jobdesc harus jelas,” tegas Talha.
“Agar mereka tidak bingung dan tahu apa yang harus dilakukan,” sambungnya.
Selain itu menurut Talha, hal utama yang tidak kalah penting adalah melakukan pemantauan dan mentoring bagi para waqfi arzi. Hal tersebut patut dilakukan agar tahapan pengerjaan proyek dapat terkontrol dengan baik sehingga dapat menyelesaikan pekerjaan sesuai dengan waktu yang telah disepakati.
Talha pun mengungkapkan jika dalam praktiknya terkendala dengan keterbatasan alat bagi para sukarelawan. Selain itu dikarenakan sebagai program musiman mengakibatkan sumber daya manusia yang dimiliki tersebut tidak bisa diberdayakan untuk program kerja yang sifatnya jangka panjang dan berkelanjutan.
“Karena program musiman sehingga sdm tidak bisa diberdayakan untuk program kerja yang sifatnya berkelanjutan,” ungkap Talha.
Salah seorang sukarelawan yang berasal dari Batang Jateng, Mashud Akhmad menuturkan bila merasa terpanggil untuk berkhidmat karena selama ini merasa belum berkontribusi secara maksimal. Selain itu untuk mengisi waktu luang liburan supaya bukan hanya dihabiskan dengan rebahan tetapi melakukan hal-hal yang positif. Ia merupakan seorang mahasiswa tingkat 2 fakultas bahasa dan seni jurusan sastra inggris di Universitas Negeri Semarang (Unnes).
“Mengisi waktu luang dalam liburan daripada cuman rebahan,” tutur Mashud.
“Memang butuh pengorbanan waktu, namun harus ikhlas menjalaninya,” lanjutnya.
Senada, Bilal Fariz Ahmad dari Tangerang Banten yang baru masuk di Fakultas Ilmu Komunikasi Akademi Telekomunikasi Bogor menyatakan ingin belajar berkhidmat sehingga dapat menambah wawasannya walaupun hanya sementara waktu.
“Ingin belajar mencoba berkhidmat walaupun hanya sementara,” ucap Bilal.
“Jangan sia-siakan kesempatan untuk berkhidmat,” tutupnya.