DALAM kasus Ahmadiyah, Tuan Guru Subki Sasaki sempat dicap sebagai penganut Islam liberal. Pada 4 Februari 2006, jemaah Ahmadiyah diserbu dan diusir paksa dari Dusun Ketapang, Kelurahan Gegerung, Lombok Barat. Rumah jemaah Ahmadiyah dibakar dan dirusak sehingga mereka harus pergi dari tempat tinggalnya. Subki memutuskan membela dan melindungi penganut Ahmadiyah. “Secara akidah, saya berseberangan dan tidak sepakat dengan keyakinan mereka,” katanya, kepada Tempo, Juli 2013 lalu. Tapi penyerangan kepada yang berbeda, dalam pandangannya, tidak patut dilakukan.
Catatan sepak terjang Subki dalam membela keragaman terentang cukup panjang. Orang masih ingat, ketika Undang-Undang Pornografi masih berupa rancangan, Subki keras menolaknya. Menurut dia, aturan ini kental dengan warna Islam, sehingga berpotensi menyekat masyarakat Indonesia yang multietnis. Tak hanya itu, beleid tersebut juga bakal memasung kreativitas seniman.
Suara berbeda kembali dia tunjukkan dalam heboh pembangunan Pura Penataran Agung Rinjani, di Kecamatan Bayan, Lombok Barat. Saat itu sebagian besar ulama yang tergabung di Majelis Ulama Indonesia menolak pembangunan tempat peribadatan pemeluk Hindu tersebut. Waktu itu tersebar wacana bahwa tempat ini akan menjadi “pura terbesar di Asia Tenggara”. Padahal Lombok selama ini lekat dengan julukan “pulau seribu masjid”.
Subki tak keberatan atas pembangunan tempat ibadah itu. Menurut dia, keberadaan pura bisa dilihat dari aspek kultural, sosial, dan ekonomi. Maka, pembangunan pura akan membawa citra positif bagi Lombok. Kawasan ini akan dikenal dengan kerukunan umat beragamanya.
Hingga hari ini, Subki masih terus menghadapi kritik atas berbagai sepak terjangnya tersebut. Ketua Majelis Ulama Indonesia Nusa Tenggara Barat, Saiful Muslim, mengatakan Subki terlalu nyeleneh untuk ukuran ulama di Lombok. Saiful menuding Subki sedang membangun popularitas sebagai ulama muda dengan pandangan kontroversialnya itu. “Dia seharusnya memperhatikan etika ketika berbicara dengan tuan guru sepuh,” kata Saiful.
WAYAN AGUS PURNOMO
Sumber: Tempo.co (rilis: 20 Agustus 2013, 22.04 WIB; akses: 9 November 2013, 10.15 WIB)