By using this site, you agree to the Privacy Policy and Terms of Use.
Accept
Warta Ahmadiyah
  • Beranda
  • Berita
    • Mancanegara
    • Nasional
    • Daerah
  • Organisasi
    • Ansharullah
    • Khuddam
    • Lajnah Imaillah
  • Kebangsaan
  • Keislaman
  • Sosial
  • Rabthah
  • Opini
Reading: Siaran Pers, Rektor UIN Alaudin Makasar : Kontroversi Ahmadiyah sudah selesai, saatnya membangun kerjasama.
Warta AhmadiyahWarta Ahmadiyah
  • Berita
  • Organisasi
  • Kebangsaan
  • Keislaman
  • Sosial
  • Rabthah
  • Opini
Pencarian
  • Berita
    • Mancanegara
    • Nasional
    • Daerah
  • Organisasi
    • Ansharullah
    • Lajnah Imaillah
    • Khuddam
  • Kebangsaan
  • Keislaman
  • Sosial
  • Rabthah
  • Opini
© WartaAhmadiyah
Warta Ahmadiyah > Siaran Pers > Siaran Pers, Rektor UIN Alaudin Makasar : Kontroversi Ahmadiyah sudah selesai, saatnya membangun kerjasama.
Siaran Pers

Siaran Pers, Rektor UIN Alaudin Makasar : Kontroversi Ahmadiyah sudah selesai, saatnya membangun kerjasama.

Last updated: 2023/04/02 at 3:19 PM
Redaksi By Redaksi 7 Min Read
Share

Rektor UIN Alauddin Makassar Prof. Dr. Musafir Pababari MSi menegaskan bahwa perguruan tinggi bukan area untuk sesat dan menyesatkan. Kampus adalah area akademis-epistemologis, bukan kajian teologis doktriner.

Pernyataannya ini merespon pihak-pihak yang menuntut agar UIN Alauddin Makassar tidak menggelar seminar tentang Ahmadiyah di kampusnya. Sebaliknya, Rektor UIN Alauddin ini berpendapat penting membangun kerjasama dengan Jemaat Ahmadiyah Ahmadiyah (JAI) agar peran akademis dalam penelitian dan pengabdian kampus, dalam hal ini dosen dan mahasiswa, menjadi lebih berkembang.

“Seminar tentang Ahmadiyah ini untuk menambah wawasan, bukan untuk mengurusi keyakinan masing-masing,” ujarnya ketika membuka Seminar Nasional yang secara khusus mendiskusikan tentang Ahmadiyah dengan mengambil tema “Islam Agama Perdamaian: Merawat Kerukunan, Keragaman dan Persatuan” dalam rangka Milad ke-53 UIN Alauddin Makassar, Kamis (7/11) di Aula UIN Alauddin.

Tugas lembaga akademis, tambahnya, adalah bagaimana mengupayakan Islam sebagai rahmatan lilalamin yang dapat merawat kerukunan dan persatuan di tengah perbedaan paham keagamaan.

“Kontroversi tentang Ahmadiyah saya anggap sudah selesai,” tegasnya.

MUI bisa menjadi teladan perdamaian

Berlaku sebagai narasumber, Guru Besar UIN Alauddin Makassar Prof. Dr. Qasim Mathar menggarisbawahi bahwa teladan perdamaian lebih penting daripada seruan tentang perdamaian. Karena itu ia menantang Majelis Ulama Indonesia (MUI) agar menjadi rumah bagi seluruh paham Islam yang berbeda-beda, sehingga perdamaian dan persatuan dapat tercipta.

Qasim mengaku sudah bosan dengan fatwa atau seruan MUI. Saat ini fatwa-fatwa MUI pun menurutnya tidak berwibawa. Akibatnya, MUI banyak ditinggalkan umat.
Hal tersebut disampaikannya dalam Seminar Nasional yang secara khusus mendiskusikan tentang Ahmadiyah dengan mengambil tema “Islam Agama Perdamaian: Merawat Kerukunan, Keragaman dan Persatuan” dalam rangka Milad ke-53 UIN Alauddin Makassar, Kamis (7/11) di Aula UIN Alauddin.

“Berhentilah berfatwa. MUI harus mulai masuk ke Syiah, Ahmadiyah atau berkumpul dengan berbagai paham Islam dalam satu rumah,” ujarnya mengajak MUI agar menjadi teladan bagi praktik Islam yang benar-benar mampu menciptakan kerukunan dan persatuan di tengah realitas Islam Indonesia yang beragam.

Dalam seminar yang terselenggara sebagai bentuk kerjasama Lembaga Penelitian dan Pengabdian Masyarakat (LP2M) UIN Alauddin Makassar dengan Jemaat Ahmadiyah Indonesia (JAI) ini, selain mengkritik MUI, Qasim Mathar juga menantang Sunni, Syiah dan Ahmadiyah yang merupakan tiga paham Islam terbesar di dunia agar mulai saling berjumpa untuk membicarakan perdamaian dan persatuan.

Baginya, Islam rahmatan lil-alamin yang menghadirkan perdamaian hanya dapat terwujud apabila orang-orang dan organisasi dalam Islam mengenyampingkan absolutisme teologinya dan tidak mengkultuskan para pemimpinnya masing-masing.

“Harapan pada Islam damai terjadi ketika absolutisme dan pensakralan kyai, ulama, imam (Syiah) dan huzur (Ahmadiyah) tidak terus dipertahankan,” tuturnya di hadapan 300-an akademisi dan publik yang menghadiri seminar nasional ini.

Prof DR Ahmad Sewang : Umat Islam harus lebih terbuka memandang Ahmadiyah

Sementara itu, narasumber berikutnya, Prof. Dr. Ahmad M. Sewang memprihatinkan sulitnya membangun ukhuwah Islamiyah (persatuan Islam) di tengah perbedaan mazhab ketimbang ukhuwah basyariyah (solidaritas kemanusiaan) dan ukhuwah wathaniyah (persatuan bangsa).
Sehingga, punggawa penting Ikatan Masjid-Mushalla Indonesia Muttahidah ini mendorong kalangan akademis UIN dan umat Islam secara umum supaya lebih terbuka dalam memandang Ahmadiyah yang berbeda dengan mazhab lainnya.

“Kita harus bisa berbeda dan membiasakan perbedaan. Kita tidak bisa hidup sendirian. Kita harus hidup bersama dalam perbedaan,” tegas Ahmad Sewang.

Seminar nasional ini rangkaian kerjasama Jemaat Ahmadiyah Indonesia (JAI) yang dibangun dengan beberapa kampus di Sulawesi. Hal tersebut ditempuh sebagai implementasi Tri Dharma Perguruan Tinggi, khususnya dalam Penelitian (literatur keagamaan) dan pengabdian kepada masyarakat.

Sehingga, pada Selasa (6/11) digelar “gala dinner” dan penandatanganan kerjasama (MoU) JAI Makassar dengan UIN Alauddin Makassar, STAIN Majene Sulbar, STKIP Pembangunan Indonesia Makassar dan Institut Parahikmah Indonesia (IPI) Makassar.

Ahmadiyah : WR Soepratman, Pahlawan Thomas Cup sampai Gempa Palu

Bagi Ahmadiyah sendiri meski kerap mendapat perlakuan tak adil oleh negara dan dianiaya oleh kelompok radikal namun papar Pengurus Besar JAI Mahmud Mubarik selalu konsisten berkontribusi dalam bidang intelektual serta kerja-kerja sosial dan kemasyarakatan terhadap bangsa ini sudah sejak masa Revolusi Kemerdekaan Indonesia. Maka tidaklah mengejutkan jika dalam buku Di Bawah Bendera Revolusi, Bung Karno sangat memuji tafsir al-Quran karya Ahmadiyah.

“WR. Supratman pencipta lagu Indonesia Raya adalah penganut Ahmadiyah,” kata Mahmud Mubarik.

Pada masa orde lama para penganut muslim Ahmadiyah seperti Olich Solichin, Tutang Djamaludin menjadi bagian dari pahlawan Thomas Cup yang pertama tahun 1958 dan 1964

Lalu melompat ke era paska Orde Baru, ada organisasi sayap Ahmadiyah,
Humanity First Indonesia (HFI), yang melakukan pelayanan sosial dan kesehatan. Yang paling mutakhir, sambungnya, HFI turut mendirikan posko-posko untuk melayani dan membantu para korban gempa Lombok dan Palu hingga saat ini.

Dalam Asian Games 2018 yang baru berakhir tidak ketinggalan para Ahmadiyah turut mensukseskan acara melalui gerakan Clean The City Asian Games yang merupakan bagian dari gerakan nasional kampanye kebersihan dan selalu di awali pada setiap tahun baru dengan melibatkan seluruh anggota komunitas Ahmadiyah di seluruh indonesia, membersihkan sampah perayaan tahun baru.

 

“Di Makassar Clean the City dilakukan dengan mengajak kelompok lintas-iman,” ujar pria yang akrab disapa Eki ini.

Rekor MURI Donor Mata Ahmadiyah

JAI juga menggelar donor darah yang dilakukan rutin tiga bulan sekali secara serentak dan sistematis di hampir seluruh cabang Ahmadiyah.
Sementara itu untuk mengatasi kebutuhan sekitar 3 juta orang yang mengalami kebutaan, Ahmadiyah menggalakan Gerakan Donor Mata untuk di donorkan pada Bank Mata Indonesia saat meninggal.

“Organisasi terbesar di dunia yang menyumbangkan mata adalah jemaat Ahmadiyah, oleh karena itu Ahmadiyah mendapat Rekor MURI atas hal ini ,” pungkasnya. []

You Might Also Like

Khalifah Ahmadiyah Lakukan Inspeksi Persiapan Jalsah Salanah UK 2023

Pemimpin Muslim Global Menyebut Perpecahan Antara Sesama Muslim Memungkinkan Penindasan Terhadap Kaum Muslim Lain dan Menyasar Islam

Siaran Pers: Tasyakur 115 Tahun Khilafat Islam Ahmadiyah, Satukan Indonesia Dalam Keberagaman

Siaran Pers: JAI Mengikuti Penetapan 1 Syawal Pemerintah, Serukan Idul Fitri dalam Kesederhanaan

SIARAN PERS: PENETAPAN AWAL RAMADAN & SERUAN AMALKAN AL-QUR’AN DI BULAN RAMADAN

By Redaksi
Follow:
MEDIA INFORMASI JEMAAT AHMADIYAH INDONESIA
Previous Article Ahmadiyah Makassar Mengadakan Acara Gala Dinner, Malam Keakraban Bersama Para Sahabat.
Next Article Ahmadiyah Medan Berpartisipasi Dalam Lokakarya Penggerak Perdamaian
Leave a comment

Tinggalkan Balasan Batalkan balasan

Alamat email Anda tidak akan dipublikasikan. Ruas yang wajib ditandai *

Lainnya

Fahira Nazwa Subandi dan Raden Ayesha Amtul

Ikut Kompetisi Sains Nasional 2023, Siswa SMA Plus Al Wahid Raih Medali Emas

17/09/2023
Ahmadiyah Tasikmalaya

Sosok yang Hormati Keberagaman, Mubaligh Ahmadiyah Tasikmalaya Ajak Masyarakat Teladani Gus Dur

05/09/2023
Warta Ahmadiyah

Perkuat Syiar Islam, Ahmadiyah Berbagi Literatur Keislaman Secara Gratis

02/10/2023
Perpustakaan Ar Rahmat Peninggilan Banten

Wariskan Nilai Pancasila Lewat Literasi: Jemaah Muslim Ahmadiyah Resmikan 8 Perpustakaan Digital, Terbuka untuk Umum

02/10/2023
Pekan nashirat garut

Pekan Nashirat Ahmadiyah se-Garut Diisi Mengaji hingga Cooking Class, Latih Kecerdasan Anak

28/09/2023
Show More
Warta Ahmadiyah

Warta Ahmadiyah merupakan sumber resmi Jemaat Ahmadiyah Indonesia yang menyajikan ragam informasi seputar kegiatan dan pandangan Ahmadiyah mengenai berbagai hal.

Kategori

  • Berita
  • Organisasi
  • Kebangsaan
  • Keislaman
  • Sosial
  • Rabthah
  • Opini
  • Siaran Pers

Informasi

  • Redaksi
  • Kontak Kami
  • Kirim Berita

Copyright 2016 – 2023 @wartaahamdiyah.org All rights reserved

Removed from reading list

Undo
Welcome Back!

Sign in to your account

Lost your password?