Pempimpin Jamaah Muslim Internasional, Hadhrat Mirza Masroor Ahmad aba pernah menerima pertanyaan dari salah seorang wanita mengenai mengapa Allah Ta’ala menyukai bilangan yang ganjil.
Menjawab pertanyaan tersebut, Hudhur, sapaan akrab beliau menulis dalam sebuah surat:
“Jawaban atas pertanyaan anda juga dinyatakan dalam sebuah hadits, yaitu karena Allah itu Esa (Satu) dan angka satu (1) adalah ganjil, maka Allah menyukai angka ganjil. Oleh karena itu, diriwayatkan oleh Hadhrat Abu Hurairah ra bahwa Nabi saw bersabda:
إِنَّ اللّٰه وِتْرٌ يُحِبُّ الْوِتْرَ
‘Sesungguhnya Allah itu Esa (witir/ganjil) dan Dia menyukai witir.’ (Sahih Muslim, Kitab az-zikri wa d-du’a’i wa t-tawbati wa l-‘istighfar, Bab fi ‘asma’i-llahi ta’ala wa fadli mun ‘ahsaha)
Kemudian Hadhrat Muslih Mau’ud ra juga menjelaskan tentang ini sebagai berikut:
‘Kami memperhatikan hal ini dalam hukum Allah, bahwa Dia menyukai hal-hal ganjil. Rasulullah saw selalu mengatakan bahwa Allah menyukai hal-hal yang ganjil. Dia Sendiri adalah Esa/Satu dan Dia menyukai hal-hal yang ganjil. Oleh karena itu, kita melihat kebijaksanaan ini di mana-mana. Namun, ini adalah topik yang terpisah dan luas yang tidak dapat dijelaskan saat ini. Jika tidak, faktanya adalah bahwa Allah Ta’ala telah menetapkan singularitas dalam semua hukum alam: Ia mendominasi setiap hukum-Nya. Kita juga belajar dari idiom-idiom Al-Quran dan Nabi saw bahwa angka tujuh secara khusus diasosiasikan dengan kesempurnaan. Oleh karena itu, disebutkan dalam Al-Quran bahwa Allah Ta’ala menciptakan dunia dalam tujuh hari. Demikian pula, ada tujuh periode perkembangan spiritual manusia. Kemudian, untuk langit juga, frasa سبع سموات (tujuh langit) muncul dalam Al-Quran, yang jumlahnya ganjil. Jadi, angka ganjil memiliki kearifan khusus di sisi Allah Ta’ala dan kami melihat penerapannya dalam semua hukum alam.’ (Harian Al Fazl, Qadian Darul Aman, 7 April 1939, hlm. 5)”
Kontribitor: Muhammad Talha
Subhanallah, Allah itu Ahad, Ahad, Ahad.