Surakarta – Perwakilan komunitas Omah Bhinneka, Pdt. Jarot Kristianto mengapresiasi Jemaat Ahmadiyah Solo yang seringkali menyediakan tempat dan jamuan untuk kegiatan lintas iman.
Hal itu disampaikan saat acara diskusi lintas iman yang bertajuk “Menggali nilai-nilai Kearifan Budaya Lokal Tanah Jawa dalam mendukung Solo Kota Toleransi”, di perpustakaan BRAY. Mahyastoeti, Sekretariat Ahmadiyah Solo pada Sabtu 1 April 2023.
Dosen Pasca Sarjana STT Berita Hidup itu juga menjelaskan bahwa komunitasnya senantiasa konsisten memberikan pencerahan kepada masyarakat di berbagai tempat dan kesempatan untuk menggaungkan toleransi.
“Diskusi dan perjumpaan berbagai komunitas seperti ini tujuannya untuk memberikan masukan dan kontribusi bagi bangsa dan negara untuk terus menyebarkan cinta kasih dan perdamaian,” tuturnya.
Sebelumnya, Perwakilan pengurus Ahmadiyah Solo Raya, Maryoto menegaskan bahwa pihaknya sangat terbuka kepada siapa pun. Tempat Ahmadiyah bisa dipakai untuk berbagai kegiatan yang positif, seperti diskusi kebangsaan, kegiatan sosial dan sebagainya.
“Monggo tempat kami dimanfaatkan untuk kegiatan-kegiatan yang mendukung program pemerintah seperti bakti sosial, diskusi kebangsaan dan sebagainya. Bangsa ini Perlu sekali ruang-ruang perjumpaan seperti ini agar kita semua bisa membangun kebersamaan. Semoga pertemuan seperti ini bisa menghasilkan terobosan yang bermanfaat untuk bangsa kita,” ungkapnya saat memberikan sambutan.
Lebih lanjut, Mubalig Ahmadiyah Solo Raya, Muhaimin Khairul Amin menjelaskan ciri khas Ahmadiyah dalam pergaulan dan gerakan kemanusiaan berpedoman pada slogannya, Love for all hatred for None (Cinta untuk semua tanpa ebencian kepada siapapun).
“Ahmadiyah aktif memberikan kontribusi untuk bangsa dalam bentuk aksi nyata dengan prinsip Love for all hatred for none. Contoh gerakan kemanusiaan yang baru dilakukan adalah membuat sumber air bersih di NTT tanpa memandang wilayah tersebut apakah dihuni oleh muslim Ahmadiyah ataupun tidak.”
“Setiap dua bulan sekali di Solo khususnya, para muslim Ahmadi mendonorkan darahnya untuk kemanusiaan, bahkan donor mata juga dilakukan oleh para anggotanya yang meninggal dunia. Di depan Masjid kami, kami membuat lapangan olahraga yang biasa dipakai oleh warga masyarakat dari kalangan manapun. Akan dibuat juga taman sederhana ramah anak yang juga bisa dipakai untuk kegiatan-kegiatan diskusi, sosial masyarakat dan sebagainya,” lanjut pria asal Majalengka itu.
Dalam diskusi tersebut membahas berbagai kearifan lokal suku Jawa. Diantaranya budaya Subo Suto yaitu sopan santun, toto kromo, unggah ungguh atau akhlak kearifan lokal di tanah jawa yang saat ini mulai diabaikan.
Hadir berbagai perwakilan agama dan kelompok, seperti Sekretaris Majelis Luhur Kepercayaan Indonesia (MLKI) Kota Surakarta, Jurnalis Inews, Komunitas Peace Camp yang jurnalis ibtimes.id, Penghayat Kepercayaan, Komunitas Putera Puteri Ibu Pertiwi, Ikatan Pelajar Muhammadiyah, hingga Karang Taruna Baluwarti.