Jakarta – Juru bicara jemaat Ahmadiyah Indonesia, Yendra Budiana, atas nama komunitas muslim Ahmadiyah menyampaikan duka yang mendalam atas wafatnya Prof Azyumardi Azra pada hari Minggu (18/9/2022)
“Di mata Komunitas Muslim Ahmadiyah, Azyumardi adalah cendikiawan muslim yang konsisten memperjuangkan sikap inklusif, kesetaraan pada seluruh kelompok. Sebagai bagian dari warga negara yang memiliki hak setara dalam kebebasan dan kemerdekaan beragama” Ujar Yendra.
Yendra menggambarkan Azyumardi sebagai sosok penting bagi Indonesia. Perjuangannya atas kesetaraan, persamaan hak, inklusifitas dalam kehidupan beragama, bermasyarakat dan bernegara untuk menghormati kebhinekaan dan keberagaman.
Prof. Azyumardi Azra dan Ahmadiyah
Ahmadiyah memiliki hubungan baik dengan Prof. Azyumardi Azra.
Yendra menyampaikan, Konsisten perjuangan Azyumardi pada kesetaraan terbukti pada saat Rektor Universitas Islam Negeri Syarif Hidayatullah, Azyumardi mengutuk keras pengrusakan Kampus Mubarak, Kantor Pusat Jemaat Ahmadiyah pada Jumat (15/7/2005).
Azyumardi meminta langsung MUI agar mengkaji ulang fatwa lawas terkait Ahmadiyah pada 1980. (21/7/2005)
Pada saat itu, tidak banyak tokoh nasional yang berani bersikap atas penyerangan tersebut.
Pada pertemuan tahun 2017 dalam acara Baitul Muslimin, Azyumardi meminta Ahmadiyah untuk banyak menuliskan pandangan-pandanganya tentang kebangsaan terutama terhadap pancasila, agar publik Indonesia paham tentang sistem khilafat Ahmadiyah.
“Hal yang sama disampaikan Azyumardi pada 2019 di Kedutaan Besar Amerika, Membahas bagaimana agar SKB 3 Mentri tentang Ahmadiyah bisa dicabut.” Tambah Yendra.
Azyumardi pada (15/12/2020) juga meminta Mentri Agama, Yaqut Cholil Qoumas mengafirmasi hak-hak warga negara bagi Ahmadiyah dan Syiah yang termarjinalkan.
Dalam paparannya di forum Professor Talk LIPI, menyebut “terutama bagi mereka yang memang sudah tersisih dan kemudian terjadi persekusi, itu perlu afirmasi” Kata Azyumardi (15/12/20)