Parung, (17-18/1/2020). Markas Jemaat Ahmadiyah Indonesia di Kampus Mubarak, Desa Pondok Udik, Kecamatan Kemang, Kabupaten Bogor, Jawa Barat kedatangan rombongan dari Forum Kerukunan Umat Beragama (FKUB) Jawa Tengah. Kunjungan difokuskan untuk membingkai kerukunan antaragama dan persaudaraan antarputra bangsa.
Saat itu rombongan FKUB Jateng tiba kurang lebih pukul 04.00 WIB di Markas JAI menggunakan bus pariwisata. Sebanyak 33 orang dari berbagai elemen yang tergabung dalam rombongan diantaranya dari agama Islam, Buddha, Hindu, Khonghucu, Kristen, kemudian para akademisi, dosen, dan lainnya datang untuk mengenal Ahmadiyah.
Para kaum ibu pun dijamu di Gedung Lajnah Imaillah Indonesia, Gedung Baitul Afiyat, yang letaknya tak jauh dari Masjid An Nashr. Setibanya di Guest House Gedung Baitul Afiyat, para tamu memasuki kamar masing-masing kemudian beramah-tamah dengan para pengurus Lajnah Imaillah sambil minum kopi dan makan snack. Suasana terasa sangat hangat dengan segala perbedaan.
Bertepatan dengan Jalsah Salanah (Pertemuan Taunan) Anggota Ahmadiyah Markaz dan Wilayah Jabar 2 para tamu dari FKUB pun mengikuti kegiatan Jalsah Salanah setelah berkunjung ke Studio MTA Indonesia dan sedikit diskusi mengenai MTA di Guest House Markaz JAI. Para tamu juga sempat berkunjung ke Perpustakan Nusrat Jahan di Gedung Baitul Afiyat, membaca beberapa buku dan sedikit berdiskusi selai menonton tayangan MTA di perpustakaan.
Keesokan harinya FKUB Jateng dengan Pengurus Besar JAI juga Pengurus Badan-badan berkumpul di ruang meeting Guest House untuk mengadakan dialog yang diawali dengan perkenalan kedua belah pihak kemudian pemaparan tentang kepengurusan struktral JAI dan masalah pengorbanan oleh Bapak Zaki dirangkai setelah itu berlangsung tanya jawab yang cukup lama dan panjang, walau itupun masih terasa kurang.
Ketua FKUB Jawa Tengah, Drs KH Taslim Sahlan MSi, yang memimpin rombongan oberservasi FKUB Jawa Tengah tersebut mengatakan tujuan observasi ini sangat penting untuk FKUB, karena FKUB tidak boleh bersikap hanya berdasarkan opini, tetapi harus bersikap berdasarkan fakta yang empirik.
“Setelah kami membaca literatur dan diskusi. Syahadat Muslim Ahmadiyah pun sama persis dengan muslim lainya,” katanya. Kedua, Kitab suci al-Quran yang digunakan sebagai landasan utama amaliyah Ahmadiyah juga sama dengan muslim pada umumnya. Tidak ada kitab suci lain selain Al Qur’an. Ketiga, Shalat yang dilaksanakan Ahmadiyah tidak ada yang menyimpang dengan shalat yang dilakukan oleh umat Islam pada umumnya. Keempat, ibadah haji yang ditunaikan oleh jemaat Ahmadiyah juga ke Makkah, bukan ke tempat lain,” katanya.
“Maka berdasarkan observasi cek fakta tersebut FKUB Jawa Tengah menyatakan bahwa saudara-saudara kami muslim Ahmadiyah adalah muslim yang taat. Tidak sesat, apalagi murtad,” katanya.
“Kesejahteraan menyangkut hajat umat manusia menjadi konsern luar biasa. Misalnya, kami menemukan komitmen kemanusiaan melalui donor darah, donor mata, sedekah. Bahkan saya melihat sendiri salah seorang jemaat mendonorkan matanya saat meninggal dunia,” katanya.
Lebih lanjut Taslim mengatakan, bahwa ia menemukan keunikan luar biasa pada organisasi Ahmadiyah yang belum ditemukan di organiasi Agama di tempat lain, yaitu bagaimana Ahmadiyah mengelola organisasi secara modern, transparan dan berbasis teknologi terkini. Menurutnya, Ahmadiyah memiliki sistem yang terstandarisasi dan terintegrasi di seluruh dunia, di mana saat ini Ahmadiyah sudah ada di 213 negara. Mereka mengelola potensi ummat. berbasis IT. Hal lain yang paling berkesan tentang Ahmadiyah adalah akhlaq dalam menghormati tamu. Baik tamu sesama Ahmadiyah sendiri maupun tamu non Ahmadiyah.
“Kami merasakan mendapat penghormatan luar biasa. Keramahan setiap jemaat begitu sangat membekas dalam diri kami,” katanya. Sementara itu, ada moto yang paling dirasakan luar biasa oleh dirinya, yaitu ‘Love for all Hatred For None’, mencintai semua tanpa batas dan tiada kebencian untuk siapapun.
“Kami merasakan, melihat dan mengalami berintetaksi dengan Jemaat Ahmadiyah bahwa ini tidak sekedar moto, jargon. Tapi amalan yang nyata. Lalu apa yang ditakutkan? Apa yang dicurigai? Saya kira aneh kalau hari ini masih ada yang “memcurigai” Saudara muslim Ahmadiyah,” kata Ketua FKUB Jateng itu.
Setelah diskusi, para tamu kaum perempuan menikmati hidangan Khas Pakistan di Gedung Baitul Afiyat ada Nasi Briani, Kari Ayam, Roti Cane tak lupa juga ada makanan khas Indonesia Sayur Asem, Tempe Goreng dan Samber Goreng.
Kontributor: Humas PPLI, ME.