Bogor – Tampak anak-anak muda berpakaian putih hitam berjalan menuju ruangan kelas di Pusat Pendidikan (Pusdik) Mubarak Jemaat Ahmadiyah Indonesia (JAI) Kemang Bogor. Mereka berjalan menapaki aspal di komplek Kampus Mubarak sambil sesekali bercengkrama satu dengan lainnya pada Minggu (17/7/2022)
Anak-anak muda tersebut adalah para mahasiswa yang baru saja diterima masuk di Jamiah Ahmadiyah Indonesia pada Juli 2022. Minggu menjadi hari pertama perkuliahan bagi mereka sebagai mahasiswa Jamiah.
Salah seorang mahasiswa baru tahun ajaran 2022-2023, Fazlly Attaullah mengungkapkan bahwa pada awalnya ia bercita-cita untuk menjadi seorang insinyur atau ahli hukum baik jaksa maupun pengacara. Namun berkat adanya dorongan dan dukungan dari keluarga dan orang-orang yang ada disekitar pada akhirnya memutuskan untuk menjadi seorang mubaligh.
Fazlly berasal dari JAI Ciparay Kabupaten Cianjur. Ia merupakan putra dari pasangan Cucu Nurhayati dengan Basir Ahmad.
“Selain dari kemauan sendiri juga mendapat dorongan dari orang tua,,” ungkap Fazlly.
“Dan dari orang-orang di cabang Ciparay,” imbuhnya.
Lebih jauh, Fazlly berharap mampu menyelesaikan studinya dalam 7 tahun ke depan dengan lancar tanpa hambatan yang berarti sehingga bisa lulus tepat waktu. Ia pun berangan-angan ingin bisa pergi ke Rabwah untuk melanjutkan kuliah disana setelahnya lulus dari Jamiah Indonesia.
Diterimanya Fazlly di Jamiah Indonesia bukan hanya membuat bangga keluarga saja, bahkan menjadi kebanggaan bagi Ahmadiyah Ciparay. Hal itu dikarenakan ia merupakan orang pertama di keluarganya dan JAI Ciparay yang dinyatakan lulus masuk menjadi mahasiswa Jamiah.
Sementara itu dosen Bahasa Inggris di Jamiah Ahmadiyah Indonesia, Maulana Hafizurrahman saat ditemui di kantornya secara terpisah pada Senin (18/7/2022) menyatakan bahwa secara garis besar mahasiswa yang diterima selalu didominasi dari lulusan SMA Plus Al Wahid di Tasikmalaya dan SMA Arief Rahman Hakim (ARH) di Tangerang.
‘Jadi sejak adanya 2 sekolah ini, memang mayoritas yang masuk ke Jamiah itu dari sekolah ini,” ujar Maulana Hafiz.
“Kedua sekolah ini yang mengirim calon mahasiswa yang paling banyak,” lanjutnya.
Jumlah mahasiswa baru yang lolos masuk di Jamiah pada tahun 2022 ini sebanyak 20 orang dari total 29 orang pendaftar calon mahasiswa. Dari 20 orang yang lolos 9 mahasiswa baru di Jamiah merupakan anak-anak waqf enou. Mereka berasal dari berbagai daerah yang ada di seluruh Indonesia.
Menurut Maulana Hafiz, ke-9 mahasiswa yang gagal masuk Jamiah tersebut sebagian besar disebabkan tidak berhasil lolos melewati psikotes yang disebutnya menjadi faktor dominan dalam menentukan kelulusan. Satu hal yang tak kalah penting adalah bagaimana calon mahasiswa menguasai bacaan dan hafalan Al Qur’an.
“Hasil psikotes menjadi hal utama yang diperhatikan,” tutur Maulana Hafiz.
Selama proses penyaringan itu, para calon mahasiswa harus menjalani serangkaian tes. Mereka harus melewati proses tersebut mulai dari psikotes, tes baca dan hafalan Al Qur’an, tes tertulis, 2 kali interview, dan terakhir harus menjalani tes kesehatan.
‘Kita memakai para psikolog dari para Waqf e nou,” ucap Maulana Hafiz.
“Tes kesehatan melibatkan Klinik Wahid yang juga bekerjasama dengan Rumah Sakit Sentosa untuk rontgennya,” tambahnya.
Maulana Hafiz pun berpesan agar selama kuliah di Jamiah para mahasiswa harus mempunyai target pencapaian bagi dirinya masing-masing. Hal tersebut menurutnya lantas harus dibarengi dengan kerja keras dan diiringi dengan do’a kepada Allah Ta’ala.
“Di Jamiah itu kerja keras dan diiringi dengan do’a sehingga karunia akan turun,” kata
Maulana Hafiz.
“Harus ada target pencapaian,” tutupnya