Jakarta– Amir Nasional Jemaat Muslim Ahmadiyah Indonesia periode 2025–2028, Bapak Zaki Firdaus Syahid, ST, MT menegaskan bahwa media merupakan mitra strategis dalam membangun toleransi di masyarakat.
Pernyataan ini ia sampaikan saat berkunjung ke kantor Aliansi Jurnalis Independen (AJI) Indonesia di Jakarta, Kamis, 18 September 2025.
Pertemuan ini juga menjadi momentum perkenalan kepengurusan baru Jemaat Ahmadiyah Indonesia sekaligus memperkuat sinergi dengan komunitas jurnalis.
Baca juga: Lajnah Imaillah Kalbar Salurkan Bantuan ke Warga di Balaiharapan dan Entikong
Bapak Zaki Firdaus Syahid menyebut jika saat ini tugas media bukan hanya menyampaikan berita, namun juga menciptkan ruang publik yang damai.
“Media bukan hanya menyampaikan berita, tetapi juga berperan menciptakan ruang publik yang sehat dan damai,” katanya.
Amir Nasional menekankan bahwa kepengurusan baru ingin memperluas kerja sama dengan media, khususnya menjelang tasyakur 100 tahun Muslim Ahmadiyah di Indonesia.
Baca juga: Silaturahmi dengan Kodim 0908, Jemaat Ahmadiyah Bontang Paparkan Aksi Sosial
“Kami berharap publik bisa melihat Jemaat Ahmadiyah dari perspektif yang lebih positif,” ujar Bapak Zaki Firdaus Syahid.
Menurutnya, kerja sama dengan media tidak terbatas pada publikasi kegiatan, tetapi juga meliputi pertukaran gagasan, pengalaman, serta upaya melawan disinformasi.
“Ke depan, saya berharap JAI dan AJI bisa saling berbagi ilmu dan memperkuat kapasitas bersama,” ujarnya.
Baca juga: Ratusan Lajnah Imaillah Riau Ikuti Berbagai Lomba dalam Gelaran Porda
AJI Sambut Silaturahmi Amir Nasional Jemaat Ahmadiyah Indonesia

Sementara itu, Sekretaris Jenderal AJI Indonesia, Bayu Wardana menyampaikan apresiasi atas kunjungan pengurus Jemaat Ahmadiyah Indonesia.
Menurutnya, pertemuan ini semakin memperkuat silaturahmi yang sudah terjalin lama antara Ahmadiyah dengan awak media.
“Kami juga ingin banyak mendengar apa yang menjadi kepedulian dari teman-teman Ahmadiyah,” ujar Bayu.
Ia menekankan pentingnya media untuk mengedepankan perspektif hak asasi manusia dalam liputan, termasuk kebebasan beribadah dan berkeyakinan.
“Menarik dalam diskusi hari ini bahwa jurnalis dan media sudah tidak lagi perlu memakai perspektif kerukunan dalam liputan, tetapi bagaimana hak-hak umat itu harus dipenuhi. Ibadah adalah hak dasar termasuk hak asasi manusia yang harus dilindungi,” jelas Bayu.
Dirinya berharap, ke depan AJI dan Jemaat Ahmadiyah Indonesia dapat berkolaborasi memperkuat perspektif HAM dalam praktik jurnalistik.
“Kami pasti akan banyak bekerja sama, terutama untuk mengenalkan pendekatan bagaimana menulis dengan perspektif yang benar sesuai HAM,” pungkas Bayu. *
Editor: Talhah Lukman A