Jakarta – Tiga perwakilan Jemaat Ahmadiyah hadir dalam peluncuran dan diskusi buku bertajuk Kontribusi Martin van Bruinessen dalam Pemikiran Aswaja di Indonesia.
Peluncuran dan diskusi buku ini berlangsung di Universitas Nahdlatul Ulama Indonesia (UNUSIA), Menteng, Jakarta Pusat, Jumat 8 Agustus 2025.
Ketigaanya adalah Alia Farhat (AMSAW Indonesia), Rafi Ahmad (AMSA Indonesia), dan Omar Tobias (PPMKAI).
Acara ini meluncurkan empat buku, salah satunya karya Dr. Ahmad Fariz Alnizar, M.Hum, berjudul Kekerasan Linguistik: Bagaimana Bahasa Mengeliminasi Kelompok Minoritas. Dalam diskusinya, Dr. Fariz menyoroti bagaimana bahasa dalam teks keagamaan, terutama fatwa Majelis Ulama Indonesia, dapat membentuk stigma, melegitimasi diskriminasi, bahkan memicu kekerasan terhadap kelompok minoritas seperti Ahmadiyah.
Ia mengurai bahwa istilah seperti ‘sesat’ atau ‘bahaya bagi ketertiban’ bukan sekadar pilihan kata, tetapi instrumen kekuasaan yang meminggirkan dan menghapus legitimasi suatu identitas.
Pandangannya mengingatkan bahwa kekerasan tidak selalu hadir dalam bentuk fisik, bahasa pun dapat menjadi alat penyingkiran yang efektif dan karena itu harus dikaji secara kritis dalam membangun masyarakat yang adil dan plural.
Baca juga: Lajnah Imailah Daerah Tasikmalaya Hadiiri FGD yang Digelar KPAD, Bahas Hak Anak
Selain Dr. Fariz, hadir pula pembicara lain yang memberikan perspektif beragam tentang kontribusi pemikiran Martin van Bruinessen. Prof. Martin van Bruinessen sendiri, sebagai tokoh yang banyak meneliti Islam di Indonesia, memberikan refleksi atas perjalanan intelektualnya dan pengaruhnya dalam studi Aswaja.
Dr. A Ginajar Sya’ban membahas relevansi historis pemikiran orientalis dalam memahami Islam Nusantara.
Sementara itu Dr. Ahmad Suaedy mengulas hubungan antara wacana Islam moderat dan dinamika politik kebudayaan di Indonesia.
Prof. Farish A Noor menambahkan perspektif lintas negara, membandingkan pengalaman Indonesia dengan negara mayoritas Muslim lain dalam mengelola keberagaman.
Diskusi yang dimoderatori oleh Dr. Siti Nabilah ini berlangsung hangat, menekankan pentingnya membangun narasi yang inklusif baik di tingkat akademik maupun di ruang publik. Peluncuran buku ini menjadi momentum untuk memperluas wacana Aswaja, menantang bentuk kekerasan fisik dan linguistik serta menguatkan komitmen terhadap keadilan sosial dan penghormatan atas keberagaman.
Rafi Ahmad, perwakilan AMSA yang turut hadir, membagikan kesannya:.
“Acara bedah buku hari ini sangat informatif dan inspiratif. Saya merasa termotivasi setelah mengetahui tentang perjuangan orang-orang muslim dalam menghadapi permasalahan-permasalahan yang terus berkembang,” ujarnya.
Buku-buku yang dibedah mengandung banyak informasi yang bermanfaat dan relevan dengan isu-isu terkini,” sambung Rafi.
Harapannya, kegiatan seperti ini dapat menjadi ruang dialog yang terus berlanjut, memperkuat kesadaran bersama akan pentingnya bahasa yang inklusif, serta mendorong terciptanya masyarakat yang lebih adil, toleran, dan menghargai keberagaman.
Kontributor: Alia Farhat
Editor: Talhah Lukman A