Sintang – Dalam semangat kebersamaan, perwakilan Muslim Ahmadiyah mengadakan silaturahmi di Sekretariat Paroki (Pastoran) Sungai Durian dan ditemui RD. Antonius Isnadi, Pastor Kepala Paroki Sungai Durian.
Pertemuan ini menjadi momentum penting untuk memperkuat toleransi serta membahas masa depan keberagaman di kabupaten Sintang di bawah kepemimpinan Bupati dan Wakil Bupati terpilih.
Silaturahmi ini bukan sekadar dialog antaragama, tetapi juga refleksi atas tantangan yang masih dihadapi dalam membangun masyarakat yang inklusif dan harmonis.
Mengungkap Realitas: Diskriminasi yang Masih Terjadi
Mln. Sajid Ahmad Sutikno membuka pembicaraan dengan menyoroti pengalaman pahit yang pernah dialami warga Ahmadiyah di Balaigana dan Sintang.
Mereka menghadapi diskriminasi, perusakan Masjid Miftahul Huda, hingga pembakaran rumah. Peristiwa ini menunjukkan bahwa tantangan besar dalam mewujudkan toleransi masih ada.
Ketua DPD Jemaat Ahmadiyah Sintang, Muhtar Hadi, menambahkan bahwa pemerintah harus lebih aktif dalam merangkul semua golongan, tanpa memandang mayoritas atau minoritas.
“Kaum minoritas beragama sering kali menjadi kelompok paling rentan terhadap diskriminasi. Padahal, keberagaman adalah kekayaan yang seharusnya dirawat bersama,” ujarnya.
Selain itu, pertemuan itu juga menyoroti masih banyak komunitas kepercayaan di Sintang, seperti Kaharingan dan lainnya yang belum mendapatkan ruang dalam Forum Kerukunan Umat Beragama (FKUB). Padahal, mereka juga bagian dari keberagaman yang harus dihargai dan dilindungi.
Toleransi yang Lebih dari Sekadar Slogan
RD. Antonius Isnadi menegaskan bahwa semua umat beragama harus diperlakukan setara. Ia juga menyoroti peran FKUB dalam menjaga harmoni, tetapi menekankan bahwa forum ini harus lebih inklusif dan merangkul semua komunitas tanpa terkecuali.
“Sering kali, konflik terjadi karena kurangnya dialog dan pemahaman. FKUB harus lebih aktif menciptakan ruang pertemuan bagi semua umat, tanpa membedakan mayoritas atau minoritas,” tegasnya.
Ia juga menekankan pentingnya program anjang sana lintas agama, di mana komunitas beragama dapat saling mengunjungi tempat ibadah satu sama lain, berbagi pengalaman, dan membangun rasa saling menghormati.
“Saat saya bertugas di Melawi, kami rutin melakukan kunjungan ke masjid, gereja, dan pesantren. Bahkan, ada pesantren yang bersilaturahmi ke gereja, begitu pula gereja Protestan ke Katolik. Ini menciptakan persaudaraan yang lebih erat,” kenangnya.
Mewujudkan Sintang Sebagai Contoh Toleransi
Muslim Ahmadiyah berharap kepemimpinan baru di Sintang membawa kebijakan yang lebih adil bagi semua warga, tanpa diskriminasi berdasarkan keyakinan. Selain itu, perlu ada inisiatif nyata dalam memperkuat dialog lintas agama agar keberagaman dapat dirayakan, bukan justru menjadi sumber konflik.
“Toleransi bukan hanya soal hidup berdampingan, tetapi juga bagaimana kita saling mendukung dan menghormati satu sama lain. Semua yang ada harus dihargai, karena perbedaan adalah kehendak Tuhan,” tutup RD. Antonius Isnadi.
Silaturahmi di Sekretariat Paroki (Pastoran) Sungai Durian ini menjadi langkah awal yang baik untuk membangun komunikasi yang lebih inklusif.
Dengan keterbukaan dan aksi nyata, Sintang berpotensi menjadi contoh daerah yang menjunjung tinggi keberagaman dan persatuan.
Diharapkan, pertemuan seperti ini terus berlangsung sebagai bagian dari upaya bersama dalam menciptakan masyarakat yang harmonis dan saling menghormati.
Kontributor: Sajid Ahmad Sutikno
Editor: Talhah Lukman A