Jakarta – AMAN Indonesia, KAMI Damai, beserta perwakilan daerah Peace Leader Indonesia mengunjungi Badan Nasional Penanggulangan Terorisme (BNPT) di Jakarta Pusat pada Senin, (08/08/2022). Acara tersebut merupakan lanjutan dari agenda Forum Pemuda untuk Perdamaian dan Keamanan, yang bertajuk Youth4Peace : Partisipasi Bermakna Pemuda dalam Pencegahan Ekstremisme Berbasis Kekerasan di Indonesia pada 27 Januari 2022, yang diselenggarakan oleh AMAN Indonesia, bekerja sama dengan UN Women.
Dalam pertemuan tersebut dihadiri oleh Gufron AMAN Indonesia, Rhaka Katresna (KAMI Damai), Neny Agustina Adamuka (Fasilitator AMAN Indonesia), Redy Saputro (Koordinator Peace Leader Indonesia), serta beberapa perwakilan peace leader dari berbagai daerah diantaranya Gulam Mubarik Ahmad (Peace Leader Jember, Pemuda Ahmadiyah), Abdik Maulana (Peace Leader Indonesia), Etika Nurmaya (NGALAM Peace Leader), Ulya Aufiya (Peace Leader Jember), Yuyun Khairun Nisa (Peace Leader Jember), Heru Hermanto (Peace Leader Depok), Abdul Hakim (Peace Leader Bogor) dan Qanita Qamarunisa (Media Center Ahmadiyah).
Dan disambut baik oleh Deputi Bidang Kerjasama Internasional BNPT, Andhika Chrisnayudhanto, Direktur Kerjasama Bilateral dan Multilateral Badan Nasional Penanggulangan Terorisme (BNPT), Ahmad Zaim Al-Ikhlash Nasution, dan Sub Koordinator Kerjasama non Pemerintah Subdit Regional BNPT, Alfrida Heanity.
Dalam kesempatan tersebut, Neny selaku Fasilitator AMAN Indonesia menyampaikan hasil dari agenda Forum Pemuda untuk Perdamaian dan Keamanan salah satu diantaranya tentang sebab pentingnya keterlibatan pemuda dalam aksi ekstremisme yang mengarah pada tindakan kekerasan maupun terorisme baik melalui pendekatan emosional psikologis maupun yang lebih bersifat sosial-struktural.
“ada beberapa hal terkait kerentanan pemuda, potensi pemuda dan tantangan pemuda didalamnya, dari riset yang dilakukan oleh Pusat Pengkajian Islam dan Masyarakat (PPIM) UIN Jakarta (2017), menunjukkan bahwa 58,5% dari siswa dan mahasiswa yang menjadi responden dalam penelitian menunjukkan sikap radikal dan sangat radikal.” Ujar Neny
“ditemukan juga fakta mengejutkan, dibandingkan terhadap pemeluk agama lain (34,3%), siswa dan mahasiswa justru cenderung lebih intoleran bahkan sangat intoleran terhadap sesama Muslim yang berbeda aliran (51,1%). Hal ini juga selaras dengan persepsi mereka (86,55 %) yang setuju jika pemerintah melarang keberadaan kelompok-kelompok minoritas yang dianggap menyimpang dari ajaran Islam, jadi mereka memiliki rasa tidak menerima kepada kelompok yang berbeda” lanjutnya.
Hal serupa pun disampaikan oleh Deputi Bidang Kerjasama Internasional BNPT, Andhika Chrisnayudhanto bahwa pelibatan generasi muda sangat penting untuk menangkal penyebaran paham radikalisme, karena mereka merupakan kunci untuk menangkal ektrimisme khususnya di kalangan mereka sendiri karena generasi muda masih kerap menjadi kelompok rentan yang mudah dipengaruhi propaganda radikalisme serta terorisme.
Namun disamping itu, Redy selaku Koordinator Peace Leader Indonesia menyampaikan bahwa meski di satu sisi kaum muda termasuk kelompok rentan dalam kancah ekstremisme kekerasan, namun di sisi lain, kaum muda juga merupakan sumber daya potensial dan strategis dalam pembangunan keamanan dan perdamaian berkelanjutan.
“Potensi besar kaum muda dalam pembangunan perdamaian telah diakui oleh dunia internasional dengan diadopsinya Resolusi 2250 tentang Pemuda, Perdamaian dan Keamanan/ Youth, Peace and Security (YPS) oleh Dewan Keamanan Perserikatan Bangsa-Bangsa (DK PBB) pada Desember 2015” ujar Redy
“Resolusi ini memberikan dorongan dan menjadi momentum bagi seluruh anggota PBB untuk mengakui dan memperkuat peran pemuda dalam bidang keamanan dan perdamaian dengan bertumpu pada lima pilar utama: Partisipasi, Perlindungan, Pencegahan, Kemitraan, serta Pemisahan (disengagement) dan Reintegrasi.” lanjutnya
Dalam konteks nasional, lima pilar dalam agenda Youth, Peace, and Security (YPS) atau Pemuda, Perdamaian, dan Keamanan sebenarnya secara implisit telah terakomodasi dalam Peraturan Presiden Republik Indonesia Nomor 7 tahun 2021 tentang Rancangan Aksi Nasional Pencegahan dan Penanggulangan Ekstremisme Berbasis Kekerasan yang Mengarah pada Terorisme (RAN PE) tahun 2020-2024.
Dalam semangat pelaksanaannya, RAN PE mendorong partisipasi dan sinergitas dari seluruh pihak, termasuk kelompok pemuda. Pemuda merupakan kelompok lain yang dirangkul sebagai subjek dalam proses peningkatan daya tahan terhadap ideologi dan tindakan ekstrimisme maupun aktor penggerak yang menjalankan kerja-kerja perdamaian.
Dalam tataran regulasi, agenda YPS memang telah selaras dengan rencana implementasi dari RAN PE. Namun, dalam implementasinya tentu memerlukan komitmen yang kuat dari berbagai pihak untuk benar-benar memberikan ruang secara adil bagi kaum muda bukan hanya dipandang sebagai penerima manfaat, tetapi sebagai aktor aktif yang memiliki agensi, kepemimpinan, dan gagasan kreatif dalam membangun perdamaian.
Maka dalam hal ini, berdasarkan kajian mendalam terhadap berbagai studi sebelumnya yang disampaikan dalam Forum Pemuda untuk Perdamaian dan Keamanan, AMAN Indonesia melihat perlunya mengintegrasikan agenda YPS ke dalam RAN PE dengan sejumlah rekomendasi yang ditujukan pada pemerintah, terutama Badan Nasional Penanggulangan Terorisme dan pihak terkait diantaranya
1. Mendorong dilakukannya kerjasama dan kolaborasi pemuda yang bekerja di bidang perdamaian dan kontra ekstremisme kekerasan, baik di tingkat lokal, nasional maupun internasional proses pembangunan perdamaian dan keamanan.
2. Memfasilitasi pemuda baik secara individu, kelompok, maupun lembaga/organisasi dalam berbagai inisiasi dan kerja-kerja pencegahan ekstremisme berupa pemberian pengakuan, kepercayaan serta dukungan finansial (pendanaan).
Andhika, mengatakan bahwa BNPT selaku koordinator Sekretariat Bersama dalam pelaksanaan aksi RAN PE, akan selalu memastikan dalam setiap perencanaan program-program yang terkait RAN PE dan akan terus mendorong forum-forum seperti yang digagas oleh AMAN Indonesia ini untuk menjadi ruang dialog dan juga pertukaran informasi antar aktivis pemuda terkait dengan pengembangan terkini agenda youth, peace and security dan Pencegahan Ekstremisme berbasis kekerasan di Indonesia.
Gulam Mubarik Ahmad, setuju dengan kegiatan BNPT yang mengajak pemuda dari berbagai kelompok entitas untuk ikut serta dalam rancangan kegiatan RAN PE sehingga usulan maupun harapan dari kelompok minoritas dapat bisa tersampaikan.
“orang orang yang menjadi extrimisme ini perlu dicegah karena berdampak negative pada masyarakat dan menurut saya hal ini dapat dicegah sejak dini supaya tidak muncul orang orang baru yang extrimisme dengan contoh perlu adanya sosialisasi ke sekolah sekolah ataupun mengadakan kegiatan kemah kebangsaan dengan pembawaan materi yang fun,menarik dan dapat diterima oleh anak anak sekolah.” ujar Gulam