SUNGGUH! Sebuah cara elegan membalas undangan kita dengan live report talkshow radio. Saat tiba memasuki acara selanjutnya, talkshow berlanjut dengan nara sumber Elga Sarapung (Interfidei), Julius Felicianus (Direktur Galangpress Group), Maulana Drs. Abdul Rozaq (PB Jemaat Ahmadiyah Indonesia), dan penulis (Ketua JAI Yogyakarta dan Ketua Pelaksana Nasional Tasyakur 100 tahun JAI).
JUMAT, 4 Oktober 2013 pukul 4 petang, Radio Petra FM Yogyakarta mengadakan talkshow radio dengan tema “Peace Symposium live report.”
Host talkshow, Martha Sasongko yang menjadi salah satu tamu VVIP Peace Symposium Singapore minggu lalu di mana ia merekam pidato Sayyidinā Amīru′l-Mu’minīn Ḥaḍrat Khalīfatu’l-Masīḥ V Mirzā Masrūr Aḥmad (Ḥuḍūr/Yang Mulia) ayyadahu′l-Lōhu ta‘ālā bi naṣrihi′l-‘azīz (atba.) selama simposium tersebut, kembali memperdengarkan rekaman pidato Yang Mulia dalam talkshow radio sebagai pembuka acara. Luar biasa!
Setelah itu, juga diperdengarkan hasil rekaman suara dari tokoh-tokoh lain yang hadir di simposium bersama Khalifah Aḥmadiyyah tersebut, di antaranya K.H. Imam Aziz (PBNU), Dr. Zuly Qodir (Muhammadiyah), Irwan Masduki (Alumni Mesir), dan Julius Felicianus (Galangpress).
Sungguh! Sebuah cara elegan membalas undangan kita dengan live report talkshow radio. Saat tiba memasuki acara selanjutnya, talk show berlanjut dengan narasumber Elga Sarapung (Interfidei), Julius Felicianus (Direktur Galangpress Group), Maulana Drs. Abdul Rozaq (PB Jemaat Ahmadiyah Indonesia), dan penulis (Ketua JAI Yogyakarta dan Ketua Pelaksana Nasional Tasyakur 100 tahun JAI).
Penulis, salah satu perwakilan JAI, berbicara yang berisikan misi jamaah Aḥmadiyyah yaitu mengkampanyekan perdamaian dunia adalah tugas mulia Khalifah yang harus didukung semua pihak. Dikemukakan bahwa dukungan pun tak henti-hentinya mengalir agar Indonesia bisa mengadakan “Peace Symposium Aḥmadiyyah”. Meskipun masih ada penolakan terhadap Aḥmadiyyah, kawan-kawan Aḥmadiyyah yakin bukan karena karakter Aḥmadiyyah yang “Love for all, Hatred for None”, tetapi karena alasan lain, bisa saja unsur politik. Selanjutnya, disampaikan bahwa kawan-kawan ini akan siap dan terus menyuarakan perdamaian bersama maupun tidak dengan Aḥmadiyyah, karena tanpa ini Indonesia akan hancur. Aḥmadiyyah mempunyai visi luhur dalam jangkauan dunia dengan terlihatnya Ḥuḍūr yang saat ini di Australia yang juga untuk menyampaikan kampanye damai.
Sementara Maulana Drs. Abdul Rozaq, ia menyinggung pesan mendiang Ḥaḍrat Khalīfatu’l-Masīḥ Masih IV roḥmatu′l-Lōhu ‘alaih (r.h.) kepada Almarhum Presiden Gus Dur saat kedatangan beliau tahun 2000 lalu. Beliau r.h. memberikan saran supaya Indonesia bisa selamat, yakni persatukan umat Islam damai, selamatkan anak muda dari Narkoba, berantas korupsi, dan jangan terima uang dari IMF.
Elga Sarapung menganjurkan dialog sebagai solusi bagi terbentuknya masyarakat yang toleran. Ia menyatakan Interfidei siap setiap saat menjalankan program-program dialog lintas iman. Ia mengemukakan isi pembahasan yang didialogkan adalah hal-hal yang berbeda sehingga bisa mencapai target “perbedaan itu indah”. “Aḥmadiyyah sudah memanfaatkan ruang dialog yang dibangun oleh Interfidei,” ujarnya.
Julius Felicianus berbicara pentingnya membangun kebersamaan meskipun dalam perbedaan. Mulai dari lingkup yang kecil dalam hidup bertetangga. “Tidak perlu takut berbeda karena berbeda itu keberkatan dan keindahan,” katanya.
Penulis merasakan seolah memiliki radio sendiri. Suara pesan Aḥmadiyyah direkam untuk caption radio, “Panitia Tasyakur 100 tahun Jemaat Ahmadiyah, ‘Cinta untuk Semua, Kebencian tidak bagi Siapapun’ mengantarkan Radio Petra membangun perdamaian atas dasar ‘cinta untuk semua’. Selamat mendengarkan Petra FM!” yang ditayangkan setiap saat caption acara.
Mubārak! Radio Petra FM sebagai media partner bagi Badan Penyelenggara Tasyakur 100 tahun Jemaat Ahmadiyah Indonesia. Aḥmadiyyah: Zindahbād…‼
Kontributor: Ir. H. Ahmad Saifudin Mutaqi M.T.
Editor: Iin Qurrotul Ain binti T. Hidayatullah
Sumber : arhlibrary.com