CIANJUR- Ahmadiyah Cianjur ikuti kegiatan Sawala Bhineka Muda. Forum diskusi tersebut diinisiasi oleh mahasiswa Universitas Islam Negeri (UIN) Sunan Gunung Jati Bandung yang sedang menjalani program Kuliah Kerja Nyata (KKN). Kegiatan tersebut sebagai program kerja (proker) KKN dalam konteks toleransi dan perdamaian, berlangsung sejak tanggal 22-30 Agustus 2020.
Kegiatan yang dilaksanakan secara paralel di hari sabtu dan minggu (sebanyak 4 kali pertemuan) tersebut dihadiri oleh para pemuda antar agama yang berasal dari berbagai lembaga, di antaranya: Jaringan Kerja Antar Umat Beragama (JAKATARUB), Gereja Kristen Pasundan (GKP), GUSDURian Cianjur, Komunitas Berkah Cinta Sholawat, Umat Katholik Cianjur dan Muslim Ahmadiyah Cianjur.
Menurut Arfi Pandu Dinata, mahasiswa UIN Sunan Gunung Jati Bandung yang menjadi pemantik diskusi, forum tersebut bertujuan untuk membuka ruang perjumpaan bagi keragaman di Kabupaten Cianjur.
“Dari kegiatan ini, para pemuda diharapkan dapat terus berkomitmen menjadi agen perdamaian,” ujarnya.
Diskusi lintas agama yang dilaksanakan di Kedai Gusdurian Karang Tengah Cianjur tersebut dimulai selepas maghrib. Adapun rangkaian acara dalam forum diskusi di antaranya perkenalan antar perwakilan setiap umat yang hadir agar mengenal dan mengetahui mengenai identitas kepercayaan yang dianut. Kemudian, dilanjutkan dengan sesi menyampaikan keresahan tiap-tiap kepercayaan.
Pada sesi perkenalan menjadi awal yang menarik bagi setiap peserta. Sebab para peserta memaparkan kepercayaan tanpa ada rasa kekhawatiran.
Begitupula saat sesi menyampaikan keresahan yang dirasakan, khususnya di kabupaten Cianjur. Mereka menyampaikannya secara terbuka. Sehingga forum diskusi tersebut berjalan khidmat dan hangat.
Pada pertemuan kedua hingga keempat, forum tersebut membahas mengenai macam-macam toleransi, realitas yang terjadi akhir-akhir ini ataupun isu terkini dengan perspektif masing-masing namun tetap dalam komitmen toleransi.
Salah satu peserta diskusi, Nasir Ahmad, pemuda Muslim Ahmadiyah menyampaikan, “Intinya kita sama-sama membangun sifat solidaritas, persaudaraan dan berlomba-lomba dalam kebaikan agar harapan dan komitmen para pemuda yang harusnya menjadi agen perdamaian tersebut tidak mudah terkontaminasi oleh sesuatu yang berindikasi kebencian terhadap suatu agama”.
Lebih lanjut ia mengatakan bahwa dengan memaknai toleransi, individu akan memiliki rasa peduli yang sangat berarti yang juga dapat menepis apatisme.
Lalu, Arfi juga menegaskan, “Sesama umat beragama harus saling melindungi dan menjaga persaudaraan walau berbeda. Layaknya ‘Bhineka Tunggal Ika’ semboyan bangsa Indonesia, berbeda-beda tetapi tetap satu jua,” tambahnya.
Kontributor : Rifa Rihadatul Azmi/Manshurotunnisa
Editor : Hajar Ummu Fatikh