Dr Salam wafat pada tahun 1996 dan dimakamkan di Rabwah tanpa adanya penghargaan pemakaman dari pemerintah. Di batu nisan beliau ditulis ‘First Nobel Laureate’ tetapi kata ‘Muslim’ telah dihapus atas perintah pengadilan.
LAHORE – 20 tahun kewafatan Abdus Salam, seorang Pakistan pertama peraih Nobel, terlewati begitu saja tanpa sebutan berarti pada hari Senin. Satu-satunya acara yang di adakan hanya di almamater beliau, di Government College University (GCU) di Lahore, dan hal itupun terjadi dua hari kemudian.
Ilmuwan besar ini wafat pada 21 November 1996 di Oxford, Inggris, namun tidak ada satupun upacara yang diadakan untuk mengenang kewafatannya atau sebagai pujian atas kontribusinya pada bidang sains.
baca juga: [feed url=”http://warta-ahmadiyah.org/tag/lahore/feed/” number=”3″]
Meskipun pemerintah federal telah mendirikan Abdus Salam Chair di Government College University pada tahun 1999, para staf telah menunggu pengangkatan permanen saat itu. Mereka biasanya dipekerjakan dengan kontrak satu atau dua tahun.
Dr. G. Murtaza dinominasikan sebagai Profesor Salam pada tahun 2000. Terlepas dari asisten professor, dua orang petugas penelitian, dua orang rekan paska doktoral, satu orang asisten dan seorang pembantu yang bekerja di bagian tersebut.
Dr. Murtaza mengatakan pada The Express Tribune bahwa departemen tersebut telah merencanakan simposium Abdus Salam selama 3 hari, dari tanggal 21, 22 dan 23 November, namun acara tersebut diundur karena ada peringatan Chehlum Imam Husain (Peringatan 40 hari setelah peristiwa Karbala).
Tidak Ada Yang Mengenang Lagi
Selain GCU, tidak ada acara lain yang dibuat untuk mengenang kewafatan Abdus Salam. Juru bicara Universitas Punjab mengonfirmasi bahwa universitas tidak pernah mengadakan suatu pertemuan khusus untuk Dr. Abdus Salam.
Juru Bicara Jemaat Ahmadiyah meyakini bahwa sang ahli fisika tersebut sudah terdiskriminasi hanya karena keyakinan agamanya. Dr. Salam adalah anggota komunitas Ahmadiyah.
Juru Bicara, Saleemudin, mengatakan kepada Express Tribune bahwa, sebagai seorang Ahmadi, Dr. Salam harus melalui banyak diskriminasi, baik semasa hidupnya bahkan setelah beliau wafat. “Beliau adalah pahlawan bagi Pakistan. Namun, saya tidak pernah melihat foto beliau di pasang bersama dengan foto-foto pahlawan lain di hari-hari perayaan nasional.” Tambahnya.
Pengabaian Resmi
Rumah yang berukuran 400-kaki-persegi milik Dr. Salam yang hanya berisi dua kamar di Mohalla Dawood, Jhang Tehsil diresmikan sebagai salah satu monumen nasional pada tahun 1981. Dirumah inilah Dr. Abdus Salam lahir pada tahun 1926.
“Selama saya tingga di sini, tidak pernah ada upacara peringatan untuk Dr. Abdus Salam di rumah ini,” Jelas salah seorang tetangga bernama Nadeem. Sebuah papan penanda di luar rumah tertulis bahwa properti tersebut dilindungi di bawah Antiquities Act, tahun 1975.
Nadeem mengatakan bahwa di bagian luar tembok rumah tersebut ambruk beberapa waktu yang lalu dan diperbaiki oleh para tetangga sebelum akhirnya rumah yang sudah menjadi properti itu diambil alih oleh departemen arkeologi dan mengutus seorang penjaga lokasi tersebut.
Kunci rumah itu tetap dipegang seorang tetangga lainnya yang bernama Yasir, yang sesekali membukakan pintu bagi para pengunjung. Kabarnya, penjaga rumah hanya datang satu kali atau dua kali dalam sebulan. Rumah tersebut perlu banyak perbaikan, tapi sepertinya departemen arkeologi dan pemerintah tidak memiliki pemikiran ke arah sana.
Perjalanan menuju kesuksesan
Dr. Abdus Salam mendapatkan beasiswa ke Government College, University of Punjab dan menyelesaikan Magister Of Arts pada tahun 1946. Ia selanjutnya mendapatkan beasiswa dari St. John’s College, University of Cambridge di mana beliau unggul pada bidang matematika dan fisika.
Pada tahun 1950, Universitas Cambridge memberikan penghargaan kepada beliau atas kontribusi pra-doktor yang luar biasa dalam bidang fisika. Ia menyelesaikan PhD tentang fisika teoritis dan tesis beliau yang dipublikasikan pada tahun 1951, yang berisi kerja beliau yang fundamental pada bidang elektrodinamika quantum yang langsung menjadikannya mendapat reputasi internasional.
Korban diskriminasi
Dr. Abdus Salam kembali ke Pakistan dari Inggris pada tahun 1951 untuk mengajar matematika di Govement College, di Lahore. Pada tahun 1952, ia dipilih sebagai kepala departemen Matematika di Universitas Punjab. Ia meninggalkan Pakistan untuk pergi ke Eropa sebagai protes akan diskriminasi yang didukung oleh negara. Dan pada tahun 1979 beliau dianugerahi Hadiah Nobel atas penelitian inovatif beliau pada fisika teoretikal.
Ketika Dr Salam mengunjungi Pakistan pada bulan Desember tahun 1979, ia mengunjungi dan diterima di Lahore, Peshawar dan Islamabad oleh sekretaris militer sampai gubernur dan Presiden Ziaul Haq. Ketika para pengunjuk rasa dari partai berhaluan agama mengancam akan mengacaukan acara peringatan di Universitas Quaid-e-Azam di Islamabad, institusi terpaksa memindahkan acara ke Assembly Hall.
Hal yang sama, protes dari Islami Jamiat Talaba mengacaukan acara di Universitas Punjab, oleh karena itu almamater Dr Salam, Government Collage, Lahore memutuskan untuk tidak mengundang beliau.
Dr Salam wafat pada tahun 1996 dan dimakamkan di Rabwah tanpa adanya penghargaan pemakaman dari pemerintah. Di batu nisan beliau ditulis ‘First Nobel Laureate’ tetapi kata ‘Muslim’ telah dihapus atas perintah pengadilan.
Sumber : The Express Tribune
Alih Bahasa: Thaahirah Mubasysyirah
Editor: Mln. Khaeruddin Ahmad Jusmansyah