Sintang – Dalam rangka menyambut bulan suci Ramadhan, Mubaligh Ahmadiyah Daerah Kalimantan Barat menyampaikan pandangan mendalam mengenai hakikat puasa menurut ajaran Hadhrat Mirza Ghulam Ahmad, Imam Mahdi dan Masih Mauud a.s., Pendiri Jemaat Muslim Ahmadiyah, kepada para anggota jemaat, atau biasa disebut Ahmadi, di Sintang, Kalimantan Barat.
Ia menekankan bahwa puasa bukan hanya sekadar menahan lapar dan haus, melainkan memiliki dimensi spiritual yang lebih mendalam, yakni sebagai sarana untuk tazkiya-e-nafs (pensucian jiwa) dan tanwirul qulub (penyinaran hati).
Dalam ceramahnya, Mubaligh Daerah Kalbar menjelaskan dua tujuan utama puasa dalam ajaran Hadhrat Imam Mahdi a.s. yang harus dipahami oleh setiap umat Muslim, khususnya para Ahmadi, puasa, menurutnya, berfungsi sebagai alat untuk meningkatkan kualitas spiritual seorang Muslim, tidak hanya sebatas menahan diri dari makanan dan minuman.
Tazkiya-e-Nafs (Pensucian Jiwa), puasa sejati adalah ketika seseorang mampu mengendalikan hawa nafsunya dengan mengurangi konsumsi makanan jasmani, umat Islam dapat lebih fokus pada pemenuhan kebutuhan rohani, seperti berdoa, berdzikir, dan melaksanakan shalat.
Tanwirul Qulub (Penyinaran Hati), puasa juga memiliki peran penting dalam meningkatkan kedekatan seorang hamba dengan Allah Ta’ala, ketika berpuasa dengan ikhlas, seorang Muslim akan merasakan kehadiran Allah secara lebih nyata dalam hatinya dan akan semakin terasah dalam spiritualitasnya.
Mubaligh Daerah Kalbar juga mengutip ayat dari Al-Qur’an, tepatnya QS. Al-Baqarah: 183, yang menjadi dasar perintah berpuasa, “Wahai orang-orang yang beriman! Diwajibkan atas kamu berpuasa sebagaimana diwajibkan atas orang-orang sebelum kamu agar kamu bertakwa.”
Ayat tersebut mengingatkan bahwa puasa adalah sarana untuk mencapai ketakwaan yang lebih tinggi. Lebih dari sekadar kewajiban fisik, puasa adalah perjalanan spiritual yang bertujuan mengantarkan umat Islam pada tingkat kesalehan dan ketakwaan yang lebih mendalam.
Mengakhiri ceramahnya, Mubaligh Daerah Kalbar mengutip sebuah sabda dari Hadhrat Imam Mahdi a.s. yang terdapat dalam Malfuzat Jilid 3,”Puasa sejati adalah ketika seseorang meninggalkan satu makanan duniawi dan menggantinya dengan makanan rohani, yakni ibadah dan kecintaan kepada Allah Ta’ala.”
Menurut Hadhrat Imam Mahdi a.s., umat Islam yang menjalankan puasa dengan penuh keikhlasan akan mendapatkan “makanan kedua”—yakni ketenangan dan kepuasan batin yang jauh lebih besar daripada sekadar menahan lapar dan haus.
Dengan pemahaman yang lebih mendalam tentang hakikat puasa ini, Mubaligh Daerah Kalbar berharap agar para Ahmadi di Sintang dapat menjalankan ibadah puasa mereka dengan penuh makna.
Diharapkan puasa yang dilakukan tidak hanya sebagai kewajiban ritual, tetapi juga sebagai sarana untuk membersihkan diri, mendekatkan diri kepada Allah Ta’ala, dan memperbaiki hubungan dengan sesama umat serta dapat meraih tujuan utama dari puasa, yaitu mencapai derajat ketakwaan yang lebih tinggi dan kedamaian batin yang lebih mendalam.
Kontributor: Sajid Ahmad Sutikno