Tasikmalaya- Jemaat Ahmadiyah atau JAI Tasikmalaya menghadiri undangan dari komunitas Komponen Lintas Iman (Kompas Iman) Tasikmalaya.
Acara ini ini digelar di Sunny Café & Resto Tasikmalaya dan adapun perwakilan JAI Tasikmalaya adalah 1 orang anggota Lajnah Imaillah dan 1 orang anggota Khuddam.
Mengusung tema ‘Penguatan Konsolidasi Jaringan Civil Society untuk Membangun Gerakan Keberagaman dan Adil Gender di Tasikmalaya’, kegiatan kali ini ini mengangkat topik Isu Keberagaman dan Isu Perempuan yang dikemas dalam bentuk Forum Group Discussion (FGD).
Diikuti oleh perwakilan dari 20 komunitas berbagai unsur di Tasikmalaya menjadikan forum berjalan begitu hangat penuh persaudaraan.
Forum dimulai dengan perkenalan masing-masing peserta dengan metode yang unik.
Setiap orang harus menggambar wajah dirinya sendiri dalam sebuah kertas kemudian hasil gambar dikumpulkan panitia.
Peserta lalu menerima gambar secara acak dan dipersilakan untuk mencari seseorang yang menurutnya sama dengan yang ada di gambar kemudian mempresentasikan hasil perkenalan dengan orang tersebut.
“Metode perkenalan ini bertujuan agar peserta bisa mengidentifikasi diri sendiri dalam bentuk gambar wajah masing-masing juga sebagai langkah awal menghangatkan suasana forum, ” ujar Rifqi dari Kompas Iman Tasikmalaya .
Acara dilanjut dengan sesi pembukaan dan sambutan dari aanggota DPRD Kota Tasikmalaya, Tjahja Wandawa.
Dalam sambutannya ia menyinggung mengenai kesetaraan gender. Dimana dalam dunia politik pun kini sudah mulai memberlakukan sebanyak 30% dari anggota dewan haruslah seorang perempuan.
Menurutnya dengan ketetapan ini merupakan salah satu bukti bahwa perempuan memiliki hak yang sama dengan laki-laki.
Forum selanjutnya yaitu penyampaian materi dari Koordinator Platform M21 / Koordinator JAJ, Wawan Gunawan mengenai Keberagaman Menurut Sudut Pandang HAM.
“Agama itu harus menjadi inspirasi bukan aspirasi. Adanya hukum dalam negara sudah mengatur bagaimana kehidupan beragama yang mengedepankan toleransi dalam keberagaman,” ujarnya.
“Kalau ada satu negara yang dihuni oleh orang-orang beragam secara latar belakang baik agama, suku, bangsa maka negara itu butuh kesepakatan,” sambungnya.
Di sesi ini Wawan kembali membahas mengenai kesetaraan gender.
Menurutnya Perempuan sering dianggap ‘rentan’ yang memungkinkan kaum perempuan lebih banyak mendapat diskriminasi walaupun secara hukum telah mengatur soal memperjuangkan hak secara kolektif.’
Terakhir forum ini ditutup dengan sesi aspirasi dari masing-masing peserta.
Peserta ditugaskan untuk menulis 3 poin yaitu harapan, komitmen, dan rencana tindak lanjut ke depan terkait kehidupan beragama dan kesetaraan gender di tengah-tengah masyarakat Tasikmalaya.
Kontributor: Nusrat Amatul Majid
Editor: Talhah Lukman Ahmad