Bagi sebagian warga Jakarta, bahagia itu sederhana, yakni bisa jalan-jalan bareng teman atau keluarga ke daerah Puncak Bogor demi menikmati segarnya udara disana meski harus bermacet ria.
Namun rupanya bagi sebagian warga yang lain bahagia itu lebih sederhana, yakni bisa ngobrol dan bercanda bareng tetangga.
Maklum saja derasnya pengaruh individualisme di Jakarta sudah mencapai titik kronis, terkadang satu tetangga dengan tetangga lainnya sama sekali tidak kenal karena tidak pernah tegur sapa.
Kebahagiaan yang lebih sederhana tersebut rupanya nampak dari kerumunan warga di sekitar Mesjid Ahmadiyah Jakarta Utara. Warga berkumpul sambil ngobrol santai diselingi dengan candaan-candaan ringan dalam suasana kerja bakti, sungguh pemandangan yang cukup unik bagi warga Jakarta.
Gerakan sosial berupa kerja bakti sejatinya pernah digalakkan secara masif di zaman Gubernur Jokowi, kala itu kegiatan kerja bakti senantiasa beliau kampanyekan kepada warga agar rutin dilaksanakan setiap hari minggu.
Adapun bagi Jamaah Ahmadiyah Jakarta Utara sendiri program kerja bakti bareng warga ini memang sudah lama menjadi agenda rutin dan tentunya kegiatan ini selalu menghadirkan keceriaan di setiap pelaksanaanya, wajar saja jika program ini selalu ditunggu-tunggu oleh warga masyarakat.
Pak Mukhtiar, Humas Jamaah Ahmadiyah Jakarta Utara menuturkan, “Alhamdulillah Bapak RT beserta staf-staf beliau hadir dalam program ini dan tidak ketinggalan warga pun turut mendukung.”
“Ada Ibu-ibu yang menawarkan kopi kepada saya, namun dengan sangat menyesal rupanya kopi sudah tersedia, yakni kopi khas nan spesial yang mampu mendobrak stamina Sang peminumnya sehingga menjadi lebih bersemangat dan bertenaga.” lanjut Pak Mukhtiar.
Kerja bakti di daerah Tanjung Priuk ini memang memiliki manfaat yang banyak. Selain untuk tujuan kebersihan, kerja bakti membersihkan got-got berguna sebagai upaya pencegahan banjir.
Banjir sendiri sudah lama menjadi momok bagi warga DKI Jakarta, terlebih ketika beberapa tahun yang lalu Badan Nasional Penanggulangan Bencana (BNPB) merilis 50 kelurahan yang rawan banjir, termasuk diantaranya kelurahan Tanjung Priuk.
“Memang beberapa waktu yang lalu air pernah masuk ke dalam Masjid.” tegas Pak Mukhtiar.
Pemprov DKI Jakarta sendiri tidak main-main dalam program cegah banjir ini, pemerintah menganggarkan dana sebesar 3,4 triliun pada APBD 2018 untuk menangani banjir. Pos anggaran terbesar di Dinas Sumber Daya Air untuk pembebasan lahan di sepanjang garis sungai yang masuk program normalisasi yakni Ciliwung, Pesanggrahan dan Sunter.
Selain itu anggaran di atas dialokasikan untuk peningkatan alat berat, pengelolaan sarana prasarana tanggul, pengadaan pompa, pembangunan sumur serapan, pemeliharaan waduk, dan lain-lain.
Meskipun demikian, kesadaran warga masyarakat untuk senantiasa menjaga kebersihan menjadi faktor terpenting dalam rangka mencegah banjir. Terutama senantiasa menjaga volume sampah.
Itulah mengapa Rasulullah (saw) ribuan tahun yang lalu telah berpesan melalui sabda mulianya bahwa, “Kesucian adalah separuh iman.” (HR. Muslim). Adapun salah satu upaya menjaga kesucian tersebut adalah dengan tidak membuang sampah sembarangan. (IAG)