TASIKMALAYA – Masyarakat Adat Karuhun Urang (AKUR) Sunda Wiwitan menggelar syukuran Tahun Baru Saka Sunda yang ke 1954. Kegiatan tersebut dilaksanakan di Bale Adat kampung Nagaherang, Desa Sukahening, Kabupaten Tasikmalaya, Sabtu (22/8) malam.
Dalam kegiatan tersebut hadir para tokoh lintas iman, termasuk didalamnya Jamaah Muslim Ahmadiyah Indonesia (JAI) Tasikmalaya. Mereka juga menggelar doa bersama sebagai rasa syukur terhadap Tuhan Yang Maha Esa.
Maulana Aang Kunaefi, Mubaligh Daerah JAI Tasikmalaya, mengapresiasi acara teresebut mengingat sarat akan silaturahmi yang erat.
“Undangan ini bisa menjalin silaturahmi yang erat demi menjaga kesatuan dan persatuan bangsa. Demikian juga agama mengajarkan rahmatan lil alamin, artinya kita harus menebarkan kasih sayang kepada semua. Begitu pun dengan Love for All Hatred for None (cinta untuk semua, kebencian tidak untuk siapapun),” ungkapnya, Sabtu (22/8).
Maulana Aang menambahkan, acara malam itu menjadi momentum untuk memperat solidaritas.
“Kegiatan ini juga bisa menjadi momentum kita untuk saling menjaga dan bersolidaritas di tengah pandemi covid-19,” pungkasnya.
Selanjutnya Edi Ruhaedi, Ais Pemgampi (Penerima Tamu) Kampung Adat Ngaherang, merasa sangat bahagia atas kedatangan tokoh-tokoh lintas iman dalam acara Syukurun Tahun Baru Saka tersebut. Dia mengungkapkan, dukungan dari para tamu undangan yang hadir menjadi penyemangat bagi para warga adat.
“Dalam peringatan Tahun Baru Saka Sunda ini kami sangat bahagia karena saudara-saudara kami dari Forum Bhinneka Tunggal Ika, Ahmadiyah dan yang lainnya bisa datang kesini. Banyaknya dukungan kepada kami itu menjadi penyemangat untuk melestarikan budaya leluhur kami,” ujarnya.
Kemudian Asep Rizal, ketua Forum Bhineka Tunggal Ika (FBTI), menilai kegiatan tersebut luar biasa dan berharap dapat menjadi agenda tahunan Pemerintah Daerah (Pemda) Tasikmalaya.
“Bagi kami ini kegiatan yang luar biasa, dimana kita disini dari berbagai kelompok saling memahami antar sesama. Saya berharap kegiatan ini bisa menjadi agenda tahunan dan pemerintah bisa mengapresiasinya,” tegasnya.
Sajian khas warga adat menjadi rangkaian acara penutup yang sangat dinanti. Di dalamnya dilaksanakan makan setelah doa bersama. Hal tersebut sebagai wujud kebersamaan dan rasa syukur atas nikmat yang telah diberi Sang Maha Kuasa.