GARUT – Kegiatan donor darah merupakan hal yang sangat memberikan dampak besar bagi masyarakat yang membutuhkan. Di tengah sulitnya mendapatkan darah dan harganya yang cukup mahal, masih didapati sebagian orang yang rela mendonorkan darahnya secara sukarela, seperti yang dilakukan Taopik Romadon seorang Pemuda Ahmadiyah Cabang Sukasari Tasikmalaya.
Tepat pada Kamis malam (20/8) sekitar pukul 19:30 WIB, dia mendapatkan informasi di grup chat mengenai seseorang yang sedang membutuhkan darah. Dia adalah Mamad, warga Dayeuh Handap Kabupaten Garut yang menderita penyakit anemia aplastik dan sedang dirawat di Rumah Sakit Umum Daerah (RSUD) Dr. Slamet, Kabupaten Garut.
Saat itu Taopik sedang mengikuti salah satu kegiatan keagamaan yang rutin diselenggarakan oleh Jamaah Muslim Ahmadiyah Indonesia (JAI) wilayah Jawa Barat 7.
“Waktu itu saya sedang ikut kegiatan ‘Mukhotiban’. Mukhotiban adalah acara perkumpulan seluruh pengurus Ahmadiyah yang berada di desa Tenjowaringin pada setiap kamis malam, tujuanya untuk membahas bahan khutbah jum’at yang akan dibacakan oleh para khatib keesokan harinya. Kemudian saya membuka handphone dan membuka aplikasi whatsapp. Ketika itu saya melihat status whatsapp bapak Qaid (sebutan untuk ketua Pemuda Ahmadiyah) wilayah Jabar 7. Beliau me-update poster yang berisi permintaan darah golongan B,” ujarnya saat diwawancara oleh warta-ahmadiyah.org via daring, Sabtu (22/8).
Dia kemudian menanggapi status whatsapp tersebut dengan memberikan komentar dan memberitahukan bahwa dia siap untuk mendonorkan darahnya.
“Saya siap untuk donor dan kebetulan sudah waktunya untuk donor darah,” tambahnya.
Namun saat itu dikabarkan bahwa permintaan darah sudah terpenuhi. Semangatnya untuk berpartisipasi dalam donor darah pun pudar.
Dua hari kemudian, tepatnya pada Sabtu (22/8) sekitar pukul 13:22 WIB, Taopik menerima informasi permintaan darah kembali dengan pemohon yang sama. Maka tidak perlu berpikir panjang, dia langsung menyanggupi hal tersebut dan menunaikan niat awalnya yang ingin mendonorkan darahnya.
“Hari Sabtu, 22 agustus 2020 sekitar pukul 15:30 saya melakukan donor darah di UDD PMI Ciateul Garut,” ungkapnya dengan perasaan yang penuh kegembiraan.
Pria yang merupakan Ahmadi keturunan (anggota Ahmadiyah yang sudah terdaftar sejak lahir) tersebut menceritakan alasannya yang bersedia mendonorkan darahnya kepada siapa pun, termasuk orang yang tidak dia kenali. Dia juga menyebutkan bahwa donor darah adalah rutinitasnya.
“Prinsip saya kalau kita bisa memberikan sesuatu untuk orang lain kenapa tidak, kalau orang lain membutuhkan (bantuan) terus kita bisa membantu apa salahnya. Donor darah sudah merupakan hal rutinitas bagi saya yang dilakukan selama tiga bulan sekali,” tegasnya.
Diketahui Taopik telah mendonorkan darahnya sebanyak 11 kali. Dia menilai, donor darah memberikan efek positif terhadap dirinya.
“Tubuh saya menjadi terasa lebih sehat dan jika sudah melakukan donor darah terasa lebih fit,” jelasnya.
Selain memberikan manfaat terhadap tubuh secara fisik, dengan donor darah juga terjalin hubungan silaturahmi. Hal tersebut selaras dengan perintah agama yang dianut Taopik, yaitu Islam.
“Donor darah itu tidak sakit, juga tidak rugi. Melalui donor darah kita mendapat teman baru dan sangat merasa senang. Apalagi jika dapat kesempatan untuk menemui pasien yang menerima darah kita,” ungkapnya.
Di akhir perbincangan, kontributor warta-ahmadiyah.org menanyakan kembali mengenai hubungan antara Taopik dengan resipien (penerima donor). Dia menegaskan bahwa mereka berdua tidak saling mengenal.
“Bororaah (boro-boro) kenal,” pungkasnya.
Taopik Romadon tercatat sebagai anggota Keluarga Donor Darah (KDD) Desa Tenjowaringin Kabupaten Tasikmalaya. Desa tersebut mendeklarasikan sebagai Desa Siaga Donor Darah.