Bila di Jamiah sudah terbiasa tepat waktu, maka di lapangan nanti akan terbiasa juga menyelenggarakan setiap acara peringatan hari besar Islam maupun Jemaat dengan tepat waktu pula.
BOGOR – Jamiah Ahmadiyah Indonesia (JAMAI) Bogor menyelenggarakan acara Seminar Hari Mushlih Mau’ud ra di Markaz, Sabtu (20/2). Kabid Akademik Jamiah Ahmadiyah Indonesia, Rakeeman R.A.M. Jumaan mengungkapkan seminar ini bertujuan untuk menanamkan kedisiplinan mahasiswa.
“Bila di Jamiah sudah terbiasa tepat waktu, maka di lapangan nanti akan terbiasa juga menyelenggarakan setiap acara peringatan hari besar Islam maupun Jemaat dengan tepat waktu pula,” ujarnya.
Bertindak sebagai Sadr-e-Majlis adalah Muntazim Stadium General Keluarga Besar Mahasiswa (SG-KBM) Jamiah Ahmadiyah Indonesia (JAMAI), Iman Mubarak Ahmad. Setelah tilawat Al-Qur’an oleh Padhal Ahmad dan pembacaan Nazm oleh Abdul Hakim, acara pun dibuka dengan doa oleh Kepala Bidang Kemahasiswaan, Mln. Ridwan Buton.
Setelah sambutan dari Kepala Bidang Akademik, ceramah inti pun dimulai. Sdr. Rochmad Abdullah, mahasiswa Darjah V memaparkan mengenai “Biografi Hadhrat Mirza Bashiruddin Mahmud Ahmad ra, Mushlih Mau’ud ra” secara linier. Peristiwa nubuatan, kelahiran, masa kecil, pendidikan, kekhilafahan dan kewafatan dibahas secara berurutan.
Sementara itu pembicara kedua, Ammar Ahmad menyampaikan uraian mengenai “Jasa-jasa Hadhrat Mushlih Mau’ud ra. Mahasiswa Darjah III asal Majalengka itu dengan logat Sunda yang kental dan cair mampu menarik perhatian audiens. Secara kronologis, jasa-jasa atau program agung yang telah dicanangkan oleh Hadhrat Mushlih Mau’ud ra dibahas tuntas.
Sesi tanya jawab menjadi kesempatan yang berharga di mana setiap mahasiswa dapat menyampaikan pertanyaan mengenai materi yang belum difahaminya.
baca juga: [feed url=”http://warta-ahmadiyah.org/tag/muslih-mauud/feed/” number=”3″]
Pada kesempatan yang sama, Kabid Akademik Jamiah Ahmadiyah Indonesia pun memaparkan berbagai kaidah terkait klaim Hadhrat Mirza Bashiruddin Mahmud Ahmad ra sebagai Mushlih Mau’ud ra.
“Klaim seseorang itu harus kita pegang. Kita tidak boleh mencari penafsiran di luar yang mendakwakan diri tadi,” tutupnya.
Kontributor : Rakeeman R.A.M. Jumaan
Editor : Talhah Lukman Ahmad