By using this site, you agree to the Privacy Policy and Terms of Use.
Accept
Warta Ahmadiyah
Youtube
  • Beranda
  • Berita
    • Mancanegara
    • Nasional
    • Daerah
  • Organisasi
    • Ansharullah
    • Khuddam
    • Lajnah Imaillah
  • Kebangsaan
  • Keislaman
  • Sosial
  • Rabthah
  • Opini
  • Siaran Pers
Font ResizerAa
Warta AhmadiyahWarta Ahmadiyah
Pencarian
Follow US
  • Berita
  • Organisasi
  • Kebangsaan
  • Keislaman
  • Sosial
  • Rabthah
  • Opini
  • Siaran Pers
© WartaAhmadiyah
NasionalPerspektif

Sulitnya menjadi anak Ahmadiyah

Last updated: 22 September 2015 15:06
By Redaksi 273 Views
Share
SHARE

SEJUMLAH anak kisaran usia tiga hingga tujuh tahun terlihat bermain di depan Wisma Transito, Mataram, Nusa Tenggara Barat. Mereka bernyanyi atau sekadar bercanda melepas tawa, sekilas tidak ada beban yang terpancar dari wajah lugu anak-anak Ahmadiyah ini.

Padahal banyak di antara mereka yang tidak bersekolah seperti teman-teman sebaya mereka.

Tak jauh dari mereka ada dua ibu yang tengah mengasuh bayi sambil menjaga dua anak perempuan lainnya, “sedang mengobrol saja melepas penat, di dalam gerah” kata seorang ibu ketika disapa wartawan BBC Indonesia, Sigit Purnomo.

Kondisi penampungan yang mereka tempati – ruangan bersekat dan sempit yang dipisahkan oleh terpal atau kain bekas – memang sangat tidak layak bagi tumbuh kembang anak-anak. Tapi bagi anak-anak ini adalah kampung halaman mereka.

“Mereka tidak tahu kampung halaman yang sebenarnya ada dimana,” kata Syahidin kordinator pengungsi Ahmadiyah di Wisma Transito, Mataram, NTB.

“Sejak mengungsi tujuh tahun lima bulan yang lalu, sudah ada 24 anak yang lahir di tempat penampungan ini,” tambah Syahidin.

“Mereka dicabut dari akarnya. Semua hilang, tinggal bayangan dan cerita saja jika ditanya soal kampung halaman.”

‘Imbas diskriminasi’

Bukan hanya kehilangan sejarah keluarga, anak-anak ini juga terancam kesulitan untuk melanjutkan pendidikan, karena tidak memiliki akta kelahiran sebagai salah satu persyaratan untuk bisa mendaftar ke sekolah.

Menurut Syahidin, anak-anak ini terkena imbas atas perlakuan diskriminasi pemerintah setempat yang dianggap telah menghilangkan hak warga negara bagi jemaah Ahmadiyah.

“Kebanyakan tidak memiliki akta kelahiran karena kami tidak memiliki kartu kependudukan, akibatnya banyak anak yang tidak bisa mendaftar ke sekolah,” kata Syahidin yang mengaku anaknya juga mengalami diskriminasi karena ditolak saat mendaftar masuk Pendidikan Anak Usia Dini, PAUD, setempat.

Syahidin menambahkan dirinya kesulitan mendapatkan dokumen kependudukan karena semua berkas miliknya termasuk buku nikah, hangus terbakar saat sekelompok massa anti Ahmadiyah menyerang kampungnya di Dusun Ketapang, Desa Gegerung, Kecamatan Lingsar, Kabupaten Lombok Barat.

SEJAK mengungsi tujuh tahun silam, sudah ada 24 anak yang dilahirkan di tempat penampungan Ahmadiyah di Mataram, NTB.
SEJAK mengungsi tujuh tahun silam, sudah ada 24 anak yang dilahirkan di tempat penampungan Ahmadiyah di Mataram, NTB.

“Ada juga yang bisa memiliki akta kelahiran karena dibantu oleh keluarga dalam pembuatannya, tetapi saat bersekolah di dalam kelas, anak-anak Ahmadiyah duduknya dipisahkan dengan anak-anak lain.”

Komnas Perempuan dalam sebuah laporan tahunan menyebut perempuan dan anak Ahmadiyah menjadi korban diskriminasi berlapis. Dalam temuannya Komnas Perempuan menyatakan anak-anak Ahmadiyah mengalami pelanggaran HAM, khususnya pelanggaran terhadap hak anak untuk bebas dari diskriminasi dan hak anak atas pendidikan.

Cari jalan keluar

Dinas Pendidikan dalam sebuah pemberitaan media setempat menyebut akan memberi dispensasi dan menjamin anak-anak Ahmadiyah ini memiliki hak yang sama untuk mendapatkan pendidikan.

Tapi kenyataan di lapangan yang ditemui jemaah bertolak belakang dengan pernyataan tersebut. “Kami masih sulit mendaftarkan anak kami ke sekolah,” kata Nurhidayati yang memiliki dua orang anak.

“Perasaan sedih terutama untuk masa depan anak-anak jika mereka tidak sekolah, belum ada bayangan bagaimana masa depan mereka karena tidak tahu sampai kapan tinggal di sini,” tambah Nurhidayati.

Nurhidayati sendiri mengaku pernah diungsikan ke Wanasigra, Jawa Barat saat masih duduk di bangku SMP dulu agar bisa tetap bersekolah.

Pengurus Pusat Ahmadiyah sebelumnya memiliki kebijakan mengungsikan puluhan anak Ahmadiyah ke sejumlah daerah seperti Wanasigra dan Tasikmalaya Jawa Barat agar mereka bisa tetap bersekolah.
Tetapi kebijakan ini justru dianggap rentan mengalami eksploitasi dan perdagangan anak sehingga banyak anak Ahmadiyah yang menolak atau kembali ke Lombok, NTB.

“Psikologis anak jauh berbeda dibandingkan tinggal sendiri, hal negatif banyak yang mempengaruhi anak-anak. Sekarang sama suami mencari cara bagaimana bisa keluar dengan perlahan dari sini meski tanpa bantuan dari pemerintah. Karena saya mikir masa depan anak-anak,” ujar Nurhidayati.

BBC | Sigit Purnomo | Wartawan BBC di Jakarta

You Might Also Like

USA: Harvard Law School mengakui ayat Al-Qur’an sebagai salah satu ungkapan keadilan paling luar biasa

Diguyur Hujan, Pemuda Ahmadiyah Tasikmalaya Laksanakan Apel Kebangsaan

Pimred Tribun Medan : Kami Terbuka untuk Publikasikan Kegiatan Sosial Masyarakat dan Kebangsaan Ahmadiyah Di Sumut

Jam Gadang jadi Saksi Malam Khuddam Sumatera Barat

Perwakilan JAI Hadiri Undangan Kedubes Inggris

TAGGED:ahmadiahmadiyahIndonesiaLombok BaratMataramMUINTB
By Redaksi
Follow:
MEDIA INFORMASI JEMAAT AHMADIYAH INDONESIA
Previous Article Nasib Ahmadiyah, terlantar di negeri sendiri (BBC; Agustus 2013)
Next Article Khalifah Muslim Ahmadiyah menutup konferensi tahunan internasional MTA
Leave a Comment

Tinggalkan Balasan Batalkan balasan

Alamat email Anda tidak akan dipublikasikan. Ruas yang wajib ditandai *

You Might Also Like

AMSA dan AMSAW dalam workshop lintas iman
BeritaRabthah

Hadiri Konsolidasi dan Workshop Lintas Iman, AMSA dan AMSAW NTB Wakili Ahmadiyah

Talhah Lukman A 2 Min Read
Nasional

Tokoh Masyarakat Sawangan Baru Dukung Bazar Murah Jamaah Ahmadiyah Depok

Redaksi 2 Min Read
Nasional

Warga Antusias Hadiri Bazar Murah Lajnah Imaillah Kebayoran

Redaksi 1 Min Read
Previous Next
Warta Ahmadiyah

Warta Ahmadiyah merupakan sumber resmi Jemaat Ahmadiyah Indonesia yang menyajikan ragam informasi seputar kegiatan dan pandangan Ahmadiyah mengenai berbagai hal.

Kategori

  • Berita
  • Organisasi
  • Kebangsaan
  • Keislaman
  • Sosial
  • Rabthah
  • Opini
  • Siaran Pers

Informasi

  • Redaksi
  • Kontak Kami
  • Kirim Berita

Copyright 2016 – 2023 @wartaahamdiyah.org All rights reserved

Welcome Back!

Sign in to your account

Username or Email Address
Password

Lost your password?