Makassar, (27/2/2020). “Orang Ahmadiyah manusia juga, orang Ahmadiyah itu juga muslim, bersyahadat. Dan dia punya hak untuk dihormati dan diberi kebebasan menjalankan keyakinan mereka sebagaimana pasal 29 UUD 45. Kenapa kita tidak adil kepada mereka, Kita bebas mereka juga harus bebas”, tegas DR. KH. Afifuddin Haritsah, Pimpinan Pondok Pesantren An-Nahdlah Makassar.
Pesantren An Nahdlah Kota Makassar dirintis AG.KH. Muh Harisah AS di kediamannya pada tahun 1982 silam. Berdasarkan Penuturan Pengasuh Ponpes KH. Afifuddin Harisah bahwa, warga sekitar mengusulkan agar dibuat Ponpes. Maka AGH. Muhammad Harisah AS pun mendirikannya pada tahun 1986 lalu. Saat ini Jumlah santri 800 anak didik. Ungkap KH. Afifuddin Pimpinan Pondok saat ini.
Pondok An-Nahdlah menjadi tujuan silaturahim Jemaat Makassar sejak Mln. Yaqub bertemu dengan Kyai Afifuddin dalam acara Forum Pembaruan Kebangsaan (FPK) di Balai Kota Makassar. Dalam perkenalan dan perjumaan itu, Pak Kyai menyanggupi untuk menerima Silaturahim Ahmadiyah ke Pondok Beliau. Diluar dugaan, Kyai Afif justru memberikan waktu untuk pengenalan singkat tentang Ahmadiyah dalam dialog dengan tema Sikap dan Moderasi Beragama di hadapan santri pilihan beliau, sebagai bagian kajian akademik Ponpes.
Sebelum acara dimulai Pak Kyai membuka pertemuan ini dengan beberapa kalimat pengantar sebagai berikut : “Kedatangan Ustadz Rozaq dan teman-teman ini bukan untuk mempromosikin Ahmadiyah bukan untuk mendakwahi anda untuk masuk Ahmadiyah, bukan, kemudian beliau melanjutkan. Karena kita sudah punya aliran sendiri, namanya Ahlussunnah Wal Jamaah An-Nahdliyah”.
Tapi kata beliau. kita perlu belajar dari ilmu apa yang mereka miliki, tentang keyakinan Ahmadiyah itu sendiri, supaya kita tidak lagi gampang diombang ambingkan oleh omongan-omongan sosmed, media yang sering kali melupakan bahwa orang Ahmadiyah manusia juga, orang Ahmadiyah itu juga muslim, bersyahadat dan dia punya hak untuk dihormati dan diberi kebebasan menjalankan keyakinan mereka sebagaimana pasal 29 UUD 45. Kenapa kita tidak adil kepada mereka, Kita bebas mereka juga harus bebas”. Demikian Pak Kyai menutup pengantarnya malam tadi.
Kemudian beliau mempersilahkan Mln. Muhammad Yaqub terlebih dahulu memberikan pemaparan singkat tentang sikap dan moderasi Ahmadiyah. Beliau Mencairkan stigma apa saja yang selama ini sudah membeku di lingkungan ponpes pada umumnya kepada Ahmadiyah khususnya atau kepada yang berbeda pandangan baik dalam amalan maupun ranah ilmu dan kajian. Karena, dari mereka ini (santri) akan lahir rohaniawan dan tokoh elit keagamaan dimasa yang akan datang.
Beliau menyampaikan tentang dakwah Ahmadiyah yang sudah di 213 Negara, Humanity First, Donor Darah hingga Donor Kornea Mata yang telah mendapatkan apresiasi dari MURI sebagai sebuah ormas Indonesia terbanyak Pendonor dan Calon Pendonor Kornea Mata.
Sesi berikutnya Bapak Abdul Rozaq. Beliau meyampaikan bahwa Ahmadiyah hanya sebuah jamaah yang didirikan oleh Hadhrat Mirza Ghulam Ahmad berdasarkan perintah ilahi. Jamaah ini tidak mengusung politik dan hanya murni untuk menyebarkan Islam yang sesuai dengan Ajaran Nabi Muhammad SAW.
Selain itu beliau juga mengkritisi fatwa-fatwa kafir sesat dan menyesatkan dari para ulama yang tidak sepaham dengan Ahmadiyah yang ditujukan kepada Pendiri Ahmadiyah, baik oleh ulama se Hindustan, Dunia bahkan Indonesia melalui MUI. Dengan adanya fatwa inilah sehingga Pendiri Ahmadiyah memfatwakan, agar para pengikut Beliau tidak ada lagi yang boleh bermakmum dibelakang yang ghair Ahmadiyah, untuk menghormati fatwa mereka itu. Jika tetap bermakmum kepada Mereka, berarti kita (ahmadi) itu telah melanggar doa yang mereka (ulama) selalu baca dalam Shalat yakni doa Waj’alna Lil Muttaqina Imama. Karena mereka berdoa menjadi Imam bagi orang-orang yang bertaqwa bukan menjadi Imam bagi orang-orang yang telah mereka fatwakan kafir dan sesat menyesatkan.
Selanjutya, beliau mengklarifikasi kata kafir dan sesat dari fatwa ulama tersebut dengan beberapa hadis Nabi Muhammad SAW yang menjelaskan batasan-batasan tentang Muslim. Kisah panjang yang beliau kutip adalah ketika Hadhrat Usama bin Zaid RA memenangi Perang. Dan ada musuh yang ditusuk oleh Tombak oleh Hadhrat Usama padahal Musuh tadi telah berucap : LAA ILAAHA ILLALLAAH. Berita kemenangan Hadhrat Usamah Bin Zaid RA ini membuat Rasulullah SAW begitu bahagia dan bangga. Namun ketika ada kisah yang ditusuk tombak yang dituturkan oleh Hadhrat Usama Ra. Beliau begitu nampak kecewa dan menegur alasan Hadhrat Usama RA tetap membunuhnya. Dalam kisah tersebut beliau ingin menyampaikan bahwa keyakinan itu tidak bisa diadili dengan senjata. Karena itu adalah hubugan manusia dengan sang Pencipta.
Sebagai penutup presentasi, Bapak Abdul Rozaq menyampaikan sabda dari Pendiri Ahmadiyah perihal bagaimana kedudukan yang bukan Ahmadi. Beliau mengutip :
“Kami kaum ahmadi meyakini bahwa semua kaum muslimin yang tidak masuk kedalam jamaah Islam Ahmadiyah adalah saudara-saudara kami sebagai sesama umat islam. Kami menyebut mereka dengan Ghair Ahmadi”.
Sesi terakhir dari acara ini ditandai dengan tanya jawab. Pertanyaan para santri seputar adakah Nabi, setelah Nabi Muhammad SAW, Perbedaan Ahmadiyah (Lahore) dengan Ahmadiyah (Qadian) dan dalam bentuk apa perintah dari Allah taala kepada Mirza Ghulam Ahmad untuk mendirikan Jamaah. Uraian demi uraian begitu lengkap dan jelas dipaparkan oleh Mln. Yaqub dan Bapak Abdul Rozaq dalam sesi ini yang membuat Pak Kyai begitu berterima kasih sekali atas kedatangan kita ke pondok pesantren beliau. Dan beliau menutup dengan kalimat menanggapi tentang tidak bermakmum dengan ungkapan bahwa itu hal biasa dan bahkan jikapun saya tidak suka dengan yang sedang jadi imam shalat, maka saya tidak bermakmum juga. Itu hal biasa dan sah-sah saja. Acarapun ditutup dengan Hamdalah.
Masyaallah, semoga lebih banyak lagi masyarakat yg tercerahkan dari fitnah2 terhadap jemaat..aamiin