Di tengah-tengah kegiatan Jalsah Hari Khilafat, sebuah video diputar. Berisi rangkaian kegiatan perlombaan rohani dan jasmani para anggota lintas generasi. Tua, muda bahkan belia ikut menyemarakkan rangkaian kegiatan semarak Khilafat yang puncaknya kemarin, 26 Mei 2019.
Para orang tua berbagi tawa. Senyum kebahagiaan merekah. Video yang berdurasi 7 menit itu benar-benar menghipnotis mereka bahwa Peringatan Hari Khilafat di Wilayah DKI Jakarta begitu semarak.
Tak ketinggalan dengan anak-anak. Mereka adalah kekhawatiran kita bersama. Video tadi telah menjadi penawar yang menenangkan setiap hati. Anak-anak berbagi tawa dan canda. Menertawakan temannya yang tampil malu-malu saat diwancarai. Juga merasa bangga, diri mereka tengah tampil dan dilihat oleh ribuan pasang mata disini, di Kebayoran, juga di luar sana (karena acara ini disiarkan juga secara live streaming youtube).
Minggu itu. Di siang bolong yang terkenal panas di Ibukota. Sekitar seribuan orang datang berduyun-duyun untuk menyudahi rangkaian acara “Semarak Khilafat 2019”.
Rangkaian acara “Semarak Khilafat 2019” yang dimulai di “Masjid Balikpapan” Jakarta Pusat, juga menjadi penanda dimulainya kompetisi unjuk kebolehan dalam segi-segi kerohanian.
Minggu 14 April 2019. Dengan jadwal yang sepagi mungkin, jam 8 pagi, 350-an anggota lintas badan, lintas usia, mulai beradu strategi dengan waktu. Sebab, satu hal yang amat sulit di Jakarta memulai acara skala wilayah jam 8 pagi.
Atmosfer persaingan mulai terjadi. Wajah-wajah fanatik demi memperoleh emas dalam tiap lomba tak terbendung. Punggawa-punggawa tiap lomba pun turun gunung.
Hasil akhir di sesi rohani, Jemaat Kebayoran unggul. Beda tipis dengan Jemaat Depok dan Lenteng Agung.
Tak sampai seminggu. Tepatnya pada Jumat dan Sabtu, 19-20 Mei 2019. Rangkaian semarak Khilafat 2019 berlanjut di atas lapangan olah raga.
Akses ke Depok tentu tak semudah ke Jakarta Pusat. Tapi belum 8 pagi, kawasan Masjid Al-Hidayah, Depok, telah disesaki oleh para kontestan yang akan berlaga.
Hampir tidak ada yang terlambat. Iringan “nare takbir” menggema. Memekik kuat dalam tiap sanubari peserta. Memantapkan barisan dan keyakinan bahwa hari ini mereka akan mendulang banyak emas.
Dalam 2 hari “Lomba Jasmani” ini setidaknya ada 450 orang dalam 7 kontingen atau cabang se-DKI.
Dan hasil akhirnya. Tuan rumah mendapat berkah yang luar biasa. Depok langsung memimpin klasemen meninggalkan rival terberat mereka, Kebayoran dan Lenteng Agung.
Semarak Khilafat 2019 tak berhenti sampai disitu. 26 Mei masih lama. Api kompetisi harus terus menyala. Membakar setiap ghairat para anggota bahwa mereka tengah menyambut sebuah hari yang amat agung nan luhur.
Lomba Kreatif dan Lomba Menulis adalah sarananya.
Lomba kreatif berisi adu kemahiran dalam dunia digital. Para peserta ditantang untuk membuat Quote dan Slogan Cinta Khilafat. Dan tiap cabang ditantang pula untuk membuat video opini Khilafat dengan durasi 1 menit.
Lomba menulis meliputi menulis artikel dan puisi tentang keberkatan khilafat. Hasilnya, puluhan karya tercipta. Mereka mengungkapkan kecintaan mereka terhadap khilafat dalam tiap karyanya.
Bahkan, beberapa cabang sampai menetapkan waktu khusus untuk ikut serta membuat karya-karya kreatif mereka.
Perebutan hampir 10 emas tak terbendung. Adu strategi pun dilancarkan. Para pemain handal diturunkan. Dan hasilnya amat ketat.
Tidak ada satupun cabang yang bisa sapu bersih emas disini. Maksimal hanya dapat 2 emas. Sehingga, dominasi Jemaat Depok tak bergeming. Makin mantap berada di puncak klasemen.
Saat ditanya, mengapa seribu orang bisa hadir di Masjid Al-Hidayah cabang Kebayoran minggu lalu? Padahal sebelumnya tidak pernah terjadi hal demikian!
Apa yang mendorong orang-orang ini datang? Padahal, panitia, berdasarkan pengalaman yang sudah-sudah, hanya menarget sekitar 750 orang.
Jawabannya adalah ghairat semarak Khilafat masih bergelora di kedalaman kalbu mereka. Cinta terhadap khilafat terus disiram dengan air surgawi.
Tentu. Di balik semua karunia ini. Ada elemen kepanitiaan yang terus bekerja. Mereka adalah anak-anak muda generasi milenial. Mereka adalah anak kandung digital.
Mereka membuat video promo tentang khilafat. Membuat digital poster tentang khilafat. Mengatur timeline kegiatan agar ritme menuju acara puncak tetap stabil.
Mereka juga yang memastikan berbagai skenario untuk suksesnya kegiatan Jalsah Hari Khilafat bisa berjalan. Tak masalah mereka harus kehilangan banyak waktu, sebab itulah yang sering mereka irkarkan dalam janji bahwa saya bersedia mengorbankan jiwa, raga, harta, waktu dan kesempatan untuk Islam.
Pemuda-pemudi inilah yang akan menjadi sebab kemenangan Islam. Mereka akan menjadi yang paling terdepan dalam perjuangan tersebut.
Wahai para pemuda ingatlah nasihat dari Hadhrat Khalifah Tsani ra. untuk generasi muda kita bahwa “mengkhidmati agama merupakan sebuah karunia Ilahi.” (abu sayyal)