Surakarta – Buya Syafii Maarif dinilai sebagai tokoh karismatik dan rendah hati dari Muhammadiyah.
Hal tersebut diungkapkan Mubalig Jemaat Ahmadiyah Solo, Mln. Muhaimin Khairul Amin usai mengikuti Muktamar Pemikiran Buya Syafii Maarif di Universitas Muhammadiyah Surakarta.
“Beliau merupakan tokoh kharismatik yang low profile (rendah hati),” katanya kepada Wartaahmadiyah.org, Sabtu 12 November 2022
Lebih lanjut Mln. Muhaimin Khairul Amin mengatakan jika Buya Syafii Maarif merupakan sosok yang secara terang-terangan senantiasa membela kelompok yang selama ini mendapat tekanan dari kalangan umat Islam sendiri seperti Syi’ah dan Ahmadiyah.
“Beliau konsen kepada problematika kemanusiaan terutama dalam upaya mewujudkan sila ke lima, keadilan sosial bagi seluruh rakyat Indonesia,” ujar Mln. Muhaimin Khairul Amin.
Menurutnya sosok Buya Maarif adalah tokoh pemberani dan siap membela kelompok yang ditindas dan kerap dicap lemah.
Maulana Muhaimin menceriakan bahwa kehadirannya bisa hadir dalam Muktamar Pemikiran Buya Syafii Maarif karena mendapat undangan resmi dari panitia penyelenggara Maarif Institut yakni Supriadi.
Direktur Eksekutif Maarif Institute Abd. Rohim Ghazali dalam sambutannya mengatakan salah satu tujuan diadakannya muktamar pemikiran Ahmad Syafii Maarif ini, agar pemikiran Buya Syafii Maarif dapat terus disebarluaskan.
“Kenapa demikian, karena buya adalah seorang tokoh yang bisa menjadi panutan dalam keislaman, keindonesian dan kemanusiaan,” ucapnya.
Lebih lanjut, Rohim Ghazali menekankan bahwa seharusnya seorang muslim yang baik bisa menjadi seorang warga Indonesia yang baik sekaligus menjadi pengamal kemanusiaan, sebagaimana Buya Syafii Maarif pernah katakan.
“Sila yang Yatim Piatu menurut Buya Syafii Maarif adalah sila keadilan sosial bagi seluruh rakyat Indonesia. Yang menjadikan Indonesia tetap utuh adalah keinginan Buya dan keinginan kita semua,” tambahnya.
Adapun, para narasumber yang menjadi pembicara dalam Muktamar Pemikiran Buya Syafii Maarif meliputi Prof Dr. KH. Haedar Nashir, Prof Dr. M. Amin Abdullah, Prof. Dr. Sofyan Anif, Prof. Ahmad Najib Burhani. Ph. D, Azhar Ibrahim. Ph. D, Dr. Romo Greg Soetomo, Dr. J. Haryamoko. SJ. Philips. J Vermonte. Ph. D, Thug Ju I An. Ph. D, Elga Saraoung, Ulil Abshar Abdal, Yayan Khisbiyah, MA, Alumni SKK I dan II.
Amin Abdullah salah satu narasumber dalam Muktamar Pemikiran Buya Syafii Maarif mengatakan bahwa ajaran Islam dewasa ini harus mulai merespon persoalan humanisme kontemporer.
“Islam dewasa ini harus mampu merespons persoalan humanisme kontemporer. Untuk melakukan itu diperlukan peninjauan kembali pada epistemologi keilmuan Islam yang selama ini masih terjebak pada metode dan pendekatan Ulum al-Din lama,” jelasnya.
Menurut Amin Abdullah, pendidikan ajaran Islam harus menjadi solusi keindonesiaan. Oleh karena itu harus ada riset lapangan terkait hal ini.
“Corak pendidikan Islam sudah seharusnya melibatkan riset lapangan dan membahas perihal kewargaan dalam negara bangsa yang tuntas dan mendasar dalam hubungannya dengan isu-isu dan paham keagamaan agar ajaran Islam dapat hadir menjadi solusi bagi keindonesiaan,” tegasnya.
Hal sama juga diungkapkan Romo Greg Soetomo bahwa Keislaman harus satu beriringan dengan keindonesiaan dan kemanusiaan.
“Keislaman harus satu nafas dengan Keindonesiaan dan Kemanusiaan. Berbeda dalam persaudaaraan dan bersaudara dalam perbedaan,” katanya.
Maka dari itu, Romo Greg Soetomo berpesan bahwa pentingnya ruang perjumpaan sebagai sarana menjauhkan tembok prasangka.
“Penting sekali ruang-ruang perjumpaan ini untuk menjauhkan tembok-tembok prasangka itu sendiri,” pesannya.
Di tempat sama, Mln. Muhaimin pun menanggapi positif kegiatan Muktamar Pemikiran Buya Syafii Maarif tersebut.
Menurutnya kegiatan ini menjadi ruang perjumpaan berbagai kalangan serta latar belakang sekaligus bisa mengenal lebih dalam pemikiran dari Buya Syafii Maarif dari berbagai pembicara.
“Kegiatan ini sangat bagus karena bisa menjadi ruang perjumpaan berbagai kalangan dan latar belakang yang berbeda,” ucapnya.
Sekaligus kegiatan ini bisa saling mengenal satu sama lain, mendiskusikan persoalan bangsa, terutama mengenal dalam pemikiran Buya Syafii Maarif itu sendiri.
“Para peserta juga bisa saling mengenal satu sama lain, bisa saling berdiskusi mengenai berbagai persoalan bangsa, dan terutama sekali bisa lebih mengenal pemikiran-pemikiran Buya Syafii Maarif yang disampaikan oleh para narasumber,” tambahnya.
Dilansir dari akun instagram @maarifinstitut bahwa kegiatan Muktamar Pemikiran Buya Syafii Maarif diselenggarakan dalam rangka menyambut perhelatan Muktamar Muhammadiyah ke-48.
Gelaran tersebut mengusung tema ‘Dari Muhammadiyah Untuk Indonesia (Islam, Kebinekaan, dan Keadilan Sosial)’
Tujuan Muktamar Pemikiran Buya Maarif ini sendiri guna mengelaborasi sumbangsih pemikiran tokoh Muhammadiyah bagi bangsa melalui salah satu kader terbaiknya, yakni Buya Syafii Maarif.
Muktamar Pemikiran Buya Syafii Maarif melibatkan banyak organisasi dan komunitas yang turut serta hadir.
Kontributor: Rafi Assamar
Editor: Talhah Lukman Ahmad