BERTEPATAN dengan Tasyakur 108 Tahun khilafah atau khilafat Jamaah Islam Ahmadiyah 27 Mei 2016, Amir Nasional JAI Haji Abdul Basit-Shaheed menegaskan bahwa Pancasila selaras dengan Islam dan Demokrasi merupakan salah satu sistem yang bisa diterima karena mengedepankan nilai-nilai Islam seperti kepercayaan kepada Tuhan, Cinta kepada Kemanusiaan, Persatuan Umat, Musyawarah dan Keadilan.
Lebih lanjut Haji Abdul Basit menyampaikan bahwa dalam Islam sistem pemerintahan bisa berbentuk apa saja termasuk demokrasi tetapi yang paling penting adalah bagaimana sistem tersebut mampu memberi keadilan kepada seluruh umat manusia. Oleh karena itu, bagi Khilafat Islam Ahmadiyah di manapun berada di seluruh dunia tidak akan pernah bertentangan dengan sistem pemerintahan apapun karena Khilafat Islam Ahmadiyah selalu mengedepankan kepatuhan kepada pemerintahan yang sah dan mendorong seluruh anggota ahmadiyah setia dan mencintai negerinya masing-masing di mana mereka berada.
Kepada para muslim Ahmadi di Indonesia, Amir Nasional menyerukan agar menaati Khilafah dan selalu menyimak khotbah yang disampaikan Khalifah di tiap Jumat malam. Amir Nasional mengatakan, “Taatlah kepada Khilafat dan Khalifah. Karena khilafat itu adalah tameng atau pelindung hidup kita untuk mampu selamat. Sebab—sesungguhnya, ketaatan pada Khilafat artinya ketaatan kepada Masih Mau’ud a.s., ketaatan kepada Rasullulah saw., dan ketaatan kepada Allah swt..
Berikut kutipan lengkap wawancaranya:
AHMADIYAH dikenal dengan konsep khilafatannya, bisa dijelaskan mengapa Ahmadiyah memilih konsep khilafat dalam sistem organisasinya?
Pemilihan konsep khilafat terkait nubuatan kabar gaib yang diterima Junjungan kita Nabi Besar Muhammad saw. bahwa di akhir zaman nanti akan berdiri “Khilaafat ‘ala minhaajin-Nubuwwah” yaitu sistem khilafatan yang didasarkan atas jalan kenabian.
Oleh karena itu, dari satu sisi, Hadhrat Mirza Ghulam Ahmad a.s. adalah khalifatun-Nabi dan di sisi lain beliau adalah Nabi yang tidak membawa syariat (ajaran) baru. Beliau adalah yang terpilih sebagai Imam Mahdi a.s. meneruskan perjuangan Nabi Muhammad saw. menyebarkan ajaran Islam yang akan diteruskan oleh para khalifahnya. Oleh karena itu, setelah Hadhrat Mirza Ghulam a.s. wafat maka digantikan oleh para khalifahnya.
27 Mei dikenal sebagai Hari Khilafat Islam Ahmadiyah. Bisa dijelaskan latarbelakang mengapa tanggal 27 Mei ditetapkan sebagai tanggal berdirinya Khilafat Ahmadiyah?
Sebelum Hadhrat Mirza Ghulam Ahmad a.s. wafat, beliau sudah mengisyarakatkan bahwa qudrat ini akan terus digantikan oleh silsilah khilafat dan secara terang-terangan Hadhrat Mirza Ghulam Ahmad a.s. telah mengisyaratkan bahwa pengganti beliau adalah Hadhrat Hakim Nurudin sebagai khalifah pengganti beliau.
Maka pada saat Hadhrat Mirza Ghulam Ahmad a.s. wafat tanggal 26 Mei 1908, sehari kemudian pada tanggal 27 Mei 1908, para tokoh Ahmadiyah dan Anggota sepakat menyetujui Hadhrat Hakim Nurudin sebagai khalifah, dan oleh karena itulah 27 Mei dirayakan sebagai Hari Khilafat setiap tahun sampai sekarang.
Apa tujuan Khilafat Islam Ahmadiyah berdiri dan siapa yang memerintahkan berdirinya khilafat tersebut?
Pendirian Khilafat ini atas perintah Allah swt.—innī jā‘ilun fi’l–ardhi khalīfah (sesungguhnya Aku hendak menjadikan khalifah-khalifah di muka bumi). Khilafat Ahmadiyah sendiri merupakan perwujudan dari nubuatan Baginda Nabi Besar Muhammad saw. tentang “Khilafah’ Ala Minhajin Nubuwwah di Akhir Zaman yang tujuannya meneruskan perjuangan nabi besar Muhammad saw. untuk menyebarkan keindahan dan keunggulan ajaran Islam dengan jalan yang damai ke seluruh dunia.
Apakah dengan memilih sistem Khilafat, Ahmadiyah mengharamkan sistem lainnya seperti demokrasi atau kerajaan? Dan apakah Khilafat Ahmadiyah akan berbenturan dengan keberadaan negara dan sistemnya dimana para Ahmadi berada di suatu negara?
Demokrasi hanyalah salah satu sistem yang dalam Islam sendiri padanannya adalah ‘musyawarah’ dan itu dibenarkan. Tetapi, sistem yang dipilih Islam bukan hanya demokrasi, bisa saja kerajaan atau yang lainnya. Dalam Islam, yang terpenting adalah bagaimana sistem dan cara pemerintahan tersebut bisa mewujudkan keadilan dan kebenaran. Karena itu, bagi komunitas Ahmadiyah di berbagai negara seluruh sistem yang ada tidak akan berpengaruh karena tidak ada konflik kepentingan. Ajaran Islam mengajarkan untuk selalu patuh dan taat kepada pemerintah yang sah, selain itu dalam Islam dikenal pemahaman bahwa cinta tanah air sebagian dari Iman. Oleh karena itu, Ahmadiyah selalu mentaati peraturan pemerintah dimanapun warga Ahmadiyah berada di setiap negara.
Bagaimana pandangan Ahmadiyah tentang asas negara Pancasila dan sistem pemerintahan Demokrasi Negara Kesatuan Republik Indonesia ?
Pancasila bisa diterima dan sama sekali tidak ada masalah karena asasnya sesuai dengan Islam tentang ‘kepercayaan kepada Tuhan Yang Maha Esa’. Demikian pula dengan sila-sila lainnya—selaras dengan Islam. Karena itu, anggota Ahmadiyah wajib patuh dan taat kepada pemerintah.
Apa perbedaan Khilafat Ahmadiyah dengan—misalnya Khilafat ISIS atau sistem kehilafatan yang dicita–citakan kelompok Islam lain, seperti Hizbut Tahrir?
Perbedaannya, mereka itu punya asumsi bahwa untuk menegakan khilafat itu perlu kekuasaan, perlu daerah yang harus dikuasai. Sedangkan bagi Ahmadiyah, itu tidak perlu. Untuk tegaknya khilafat, Ahmadiyah tidak perlu teritorial atau daerah kekuasaan; karena perjuangan khilafat Ahmadiyah [adalah] memenangkan hati setiap orang dan tidak perlu harus ada kekuasan serta teritorial dulu untuk menegakan syariat Islam. Oleh karena itu, dimanapun Ahmadi berada, tidak pernah bertentangan dengan pemerintah.
Jadi sangat berbeda sekali pengertian dan konsep khilafat Ahmadiyah dengan khilafat kelompok Islam yang lain. Bagi kelompok Khilafat Islam yang lain, untuk menjalankan khilafatan dan syariah Islam ini, perlu kekuasaan daerah teritorial dulu, baru Islam dijalankan. Sementara bagi Ahmadiyah, tidak perlu.
Untuk menegakkan syariat [adalah] menjadi orang yang saleh, jujur, khusyuk dalam salatnya. Amanah, kan, tidak perlu kekuasaan; dan itu sudah dicontohkan oleh Baginda Rasullulah Muhammad saw. dan para sahabatnya. Maka, konsep khilafat Islam Ahmadiyah dengan konsep khilafat Islam yang lain sangat jauh berbeda dan bertolak belakang.
Hal mana yang akan didahulukan oleh anggota Ahmadiyah, kecintaan dan ketaatan kepada Khalifah sebagai imam pemimpin tertinggi Khilafat atau kepada Negara dan Bangsa–nya?
Tentu saja kepada bangsanya. Karena khilafat dan khalifah, tidak akan memerintahkan hal yang melanggar syariat Islam: “Hubbul wathaan mina’l-iman—cinta tanah air itu bagian dari iman.” Maka, khilafat Ahmadiyah jelas sikapnya. Jika, misalnya, tak terhindarkan ada dua negara Islam berperang, maka masing-masing orang Islam harus membela negaranya masing-masing, termasuk muslim Ahmadiyah walaupun berhadapan dengan muslim Ahmadi di negara yang berbeda. Soal nanti bagaimana hukumnya dua orang Islam saling membunuh, misalnya karena peperangan tersebut dan soal keimanannya, itu urusan nanti antara mahluk dengan Sang Pencipta-nya—Allah swt..
Khilafat Islam Ahmadiyah telah berdiri selama 108 tahun dan kini berada di 207 negara, apa yang membuat Khilafat Islam Ahmadiyah bisa bertahan lama walaupun banyak penentangan?
Karena keimanan yang sudah dijanjikan Rasullulah saw. dimana Khilafat-‘ala-min-haajin-Nubuwwah ini akan terus berkelanjutan. Ini juga membuktikan bahwa Ahmadiyah ini benar. Walaupun selalu mendapat penentangan dan halangan tetapi Ahmadiyah semakin berkembang. Setiap tahun tidak kurang dari setengah juta orang masuk Islam Ahmadiyah. Mereka itu tentu saja bukan orang-orang bodoh dan pasti orang orang yang berpikir. Sehingga mau bergabung dengan islam Ahmadiyah yang ditentang. Namun karena mereka menemukan kedamaian dalam Islam Ahmadiyah dan menjalankan syariat Islam dengan baik maka di Amerika, Eropa, Rusia berbondong bondong orang masuk Islam Ahmadiyah.
Apa sumbangsih Khilafat Islam Ahmadiyah bagi umat Islam dan umat manusia selama 108 tahun ini?
Ahmadiyah telah melahirkan orang-orang Islam yang taat, patuh, dan toleran—dimanapun mereka berada. Dan itu berkontribusi pada kemajuan dan image Islam yang santun, damai, dan toleran. Hal ini berdampak pula bagi kemajuan pribadi-pribadi Islam, yang dibuktikan dengan para Ahmadi berprestasi dimanapun mereka.
(Profesor Muhammad Abdus Salam adalah ilmuwan muslim satu-satunya peraih nobel; Sir Muhammad Zafarullah Khan adalah salah satu founding fathers negara Pakistan dan pejuang Palestina; begitupun di Indonesia banyak para Ahmadi menjadi para pejuang kemerdekaan dan pasca kemerdekaan di Indonesia. –Red.)
Bagaimana pandangan Ahmadiyah tentang kemenangan Islam di Akhir Zaman? Apa maksud kemenangan tersebut dan bagaimana cara memenangkannya?
Sejatinya, syariat itu untuk individu maka setiap Ahmadi yang menjalankan syariat Islam dan menjadi mukmin sejati bagi dirinya: dia sudah mendapatkan kemenangan.
Firman Allah, “Qad aflaha’l–mu’minuun—Sesungguhnya, beruntunglah orang-orang yang beriman.” Maksudnya, mereka telah mendapatkan kemenangan, kebahagiaan, serta memperoleh keberuntungan. Mereka itulah orang-orang mukmin yang bersifat dengan sifat-sifat berikut ini: “Alladziina–Hum fii shalaati–Him khaasyi‘uuna—Orang-orang yang khusyuk dalam shalatnya.”
Ahmadi yang telah menjalankan syariat Islam dengan benar sesusai contoh Yang Mulia Nabi Besar Muhammad saw. maka akan menjadi pribadi yang terbaik dan selalu bermanfaat yang berdampak pada lingkungannya—membesar pada komunitasnya, masyarakat, dan bangsa di seluruh dunia—menjadi lebih baik. Itulah salah satu arti ‘kemenangan Islam’.
Ada satu kelompok yang mempromosikan Khilafat dan di sisi lain ada kelompok yang alergi terhadap Khilafat. Apakah Muslim Ahmadiyah akan memaksakan sistem Khilafat ini kepada semua pihak?
Dalam Islam, tidak boleh ada paksaan—“Laa ikraha fid-diin”; semua harus dengan kerelaan sendiri. Sesuatu yang indah akan menarik dan tidak perlu dipaksa. Dulupun, Islam diterima pertama kali karena kecantikan dan keindahan ajarannya. Bukan karena paksaan. Jika orang masuk Ahmadiyah maka, otomatis, dia akan ikut khilafat karena kecintaan, bukan paksaan. Namun Khilafat ini seharusnya Khilafat yang tidak bertentangan dengan sistem pemerintahan suatu negara. Buktinya, ahmadiyah telah ada di 207 negara tanpa konflik dengan pemerintahnya.
Apa pesan Bapak terhadap anggota Ahmadiyah sebagai Amir Nasional Jemaat Ahmadiyah Indonesia dalam perayaan hari Khilafat ini?
Taatlah kepada Khilafat dan selalu mendengar khotbah Hudhur di setiap hari Jumat yang berisikan segala hal tentang hidup ini. Karena beliau sebagai pemimpin tertinggi, tentu bisa melihat segala permasalahan dunia. Karena itu taatlah kepada Khilafat dan Khalifah, karena khilafat itu adalah tameng atau pelindung hidup kita untuk mampu selamat. Sebab—sesungguhnya, ketaatan pada Khilafat artinya: ketaatan kepada Masih Mau‘ud a.s., ketaatan kepada Rasullulah saw., dan ketaatan kepada Allah swt..
_
Reporter: Yendra; editor: Rām DMX