Bandung, (26/5). Peringatan hari Khilafat JAI Bandung Tengah pada tahun ini dilaksanakan di mesjid Mubarak jl. Pahlawan dengan konsep diskusi lintas iman dengan topik ‘Kepemimpinan Pasca Kebangkitan / wafat Pendiri Agama : Perjalanan Historis Kristen & Islam‘.
Sebagai nara sumber dalam acara tersebut diantaranya, 1. Dr. Babul Ulun (Ijabi/Syiah) 2. Dr. St. Gera (Dosen UNPAR) 3. Dr. Bambang Q Anees (Dosen UIN Bandung) 4. Kiagus Zainal Mubarok (Jakatarub/NU) 5. Pdt. Yohan Purwanto (Gereja Kristen Jawa) dan 6. Mln. Hafizurrahman Danang (Mubaligh JAI).
Selain cabang Bandung Tengah acara ini dihadiri juga oleh cabang-cabang lain yaitu Bandung Wetan, Kidul, Kulon, Banjaran dan Cicalengka. Lajnah yang hadir 125 orang. Adapun undangan ghair Ahmadi wanita yang hadir ada 32 orang yaitu dari Fathimiyah (Syiah), GKI, SSV Katedral Bandung, Kesusteran jl. Ambon, Majlis ta’lim Khadijah, Jakatarub (NU), caleg PPP, mahasiswi UIN, LBH Bandung dan Jakarta.
Suster Gera salah satu narasumber, memang bukan untuk pertama kalinya datang ke Mesjid Mubarak. Beliau sudah beberapa kali, tapi ternyata mesjid yang pertama kalinya beliau masuki adalah Mesjid Ahmadiyah.
Awal ke mesjid Mubarak, pada saat itu pun bulan Ramadhan. Suster ini ingin sekali mengikuti i’tikaf tapi karena kesibukannya keinginan tersebut belum terlaksana. Suster Gera ingin sekali mengetahui tentang Lailatul Qadar tapi karena keterbatasan waktu hal ini belum dapat disampaikan.
Pertanyaan pertama dari para Suster ketika masuk ke dalam mesjid adalah sambil menunjuk ke tabir (gorden pembatas), “ini untuk apa?”. Disampaikan kepada suster-suster yang masih muda ini dan kebanyakan berasal dari NTT, bahwa tabir itu sebagai pembatas antara laki-laki dan perempuan agar khusu (fokus) dalam beribadah (sholat).
Seorang warga negara Uruguay bernama Jeimena yang beragama Katolik ikut dalam bersama rombongan para suster dari jl. Ambon. Waktu dikatakan bahwa ada acara di Mesjid mereka ingin sekali ikut dan masuk ke dalam mesjid. Karena beliau sebelum ini tidak mengenal agama Islam dan juga karena katanya di negara Uruguay yang dikenal hanya Katolik (agama mayoritas) dan kebanyakan juga Atheis (tidak percaya kepada Tuhan).
Kejadian unik terjadi saat mempertemukan 2 orang warga negara Jepang yang satu Suster Mariko dan Lajnah Jepang yang sedang berada di Bandung bernama Noriko bersuamikan Khudam asli Sunda. Sebelum pulang Suster ini mencari Noriko, menunjukkan foto kepada saya ingin bertemunya lagi. Walaupun berbeda keyakinan tetapi bertemu dengan sebangsa dan setanah air membuat Suster Mariko tampak bahagia.
Ibu Maria dari Gereja Kristen Indonesia Arcamanik bercerita, “Awalnya saya tidak peduli dengan agama Islam dan bisa dikatakan menutup diri. Tapi waktu pertama diajak kegiatan komunitas lintas iman ini Saya lebih membuka diri”.
Waktu mendengar ada acara Lintas Iman di mesjid, beliau ingin sekali ikut, karena ini kesempatan pertama bisa masuk ke dalam. Yang beliau tahu bahwa Islam di Indonesia hanya NU (Gus Dur) dan Muhamadiyah, sekarang jadi tahu ada Ahmadiyah juga, lalu diterangkanlah apakah Ahmadiyah itu.
Dijelaskan padanya bahwa acara yang tengah diselenggarakan ini adalah hari Khilafat, Ahmadiyah memiliki pemimpin agama yang disebut Khalifah yang merupakan kekuatan yang diberikan Tuhan kepada umat Islam.
Bu Maria mengatakan bahwa di mesjid ini ramah sekali dalam menerima tamu, sesama Muslimah saling akrab (cipika cipiki katanya). Beliau banyak belajar dalam hal ini, lalu dijelaskan bahwa dalam menerima tamu memang Islam mengajarkan seperti yang dicontohkan oleh Nabi Muhammad Saw bahwa tamu harus dimuliakan, beliaupun tertegun.
Demikian sekelumit tentang orang orang Kristen/Katolik yang pertama masuk ke dalam Mesjid, pada umumnya mereka sangat senang karena keramah tamahan. Untuk para undangan sudah disiapkan kursi terutama untuk beragama Kristen tetapi memilih duduk di bawah (karpet).
Kejadian-kejadian di atas mengingatkan pesan Huzur Al-Khamis (aba) dalam salah satu Khutbah Jum’at.
“Bila tidak dapat bertabligh dengan DALlL bertablighlah dengan AKHLAK (yang baik)”.
Kontributor : Ny. Mia, Sekretaris Isyaat LI Bandung Tengah