Wanasigra – Sabtu, 24 januari 2015 menjadi hari yang bersejarah bagi Razi Uddin, Khuddam asal Singapura yang selalu setia memakai kaca matanya itu, untuk pertama kalinya menapakkan kaki di Kp. Wanasigra, Tenjowaringin-Salawu, Kab. Tasikmalaya. Khuddam yang akrab di panggil Razi ini akan menjalani live-in selama satu bulan di Kp. Wanasigra dan ikut belajar di SMA Plus Al-Wahid. Bapak Mubarik Ahmad, pamannya yang berasal dari Indonesia yang merekomendasikan agar Razi tinggal dan belajar di Wanasigra, khususnya di SMA Plus Al-Wahid.
Tujuan pemuda berperawakan tinggi ini untuk mempelajari ilmu Al-Qur’an, Bahasa Arab, dan tentunya mempelajari ke-Ahmadiyahan. Selama satu bulan, pria yang lahir pada tanggal 17 oktober 1997 ini, tinggal di rumah Bapak Dodi Kurniawan, salah satu guru SMA Plus Al-Wahid yang rumahnya pun tak jauh dari tempat beliau mengajar. Bapak Dodi, juga adalah guru yang membantu Razi untuk belajar Bahasa Arab. Selain Pak Dodi, ada beberapa guru yang juga membantu, seperti Muballigh Pembina SMA Plus Al-Wahid, Mln. Nur Ahmad Firmansyah, yang mengajarkan tentang ke-Ahmadiyah-an. Penggemar sepakbola ini mengatakan ilmu yang ia dapatkan sangat banyak. Ia menjadi lebih memahami soal Ahmadiyah yang ternyata cukup besar di Indonesia.
Putra ke-3 dari 5 bersaudara ini, memberikan kesan pertamanya saat tiba di Kp. Wanasigra, ia bilang bahwa disini udaranya dingin, suasana alamnya masih alami, berbeda dengan di negeri singa yang udaranya panas. Walaupun sempat sakit tetapi ia akhirnya dapat beradaptasi dengan cuaca disana. Selain itu, Razi pun berkisah bahwa pada awalnya ia merasa takut, jikalau siswa/siswi SMA Plus-Alwahid tidak mau berteman dengannya, tidak mau bergaul dengannya, karena perbedaan budaya, dan tentunya karena mereka dari negara yang berbeda pula. Namun, setelah menjalani live-in selama kurang lebih empat minggu, ternyata justru kebalikan dari apa yang ia pikirkan sebelum nya. Selama disana, ia pun belajar bahasa sunda dari orang-orang di sekitarya. Tamu istimewa ini pun mengaku menyukai Siomay, juga merasa aneh dengan rasa Tempe karena tidak pernah ia makan selama di Singapura.
Di SMA Plus Al-wahid, Razi mempunyai banyak teman. Kebanyakan temannya adalah yang berasal dari Asta (Asrama Tahir Ahmad). Setiap hari ia habiskan bersama teman-teman barunyya. Mereka Tahajud, Shalat berjamaah, mengaji, belajar menghafal Al-Qur’an bersama-sama. Berbagai macam kegiatan yang belum pernah ia lakukan sebelumnya ia rasakan seperti ngaliwet, ia ikut bersama-sama siswa Al-Wahid lainnya makan bersama di atas daun pisang.
Banyak kenangan yang indah namun ujung pertemuan pun tiba. Apadaya, putra dari Tuan Kamaruddin ini memang harus kembali ke tanah airnya untuk melanjutkan pedidikan. Pada bulan desember tahun lalu (2014) Razi telah menyelesaikan pendidikannya di Yio Chu Kang Secondary School, dan pada bulan April mendatang Razi melanjutkan pendidikan nya di Polytechnic National Singapore.
Razi meninggalkan Wanasigra pada tanggal 19 februari 2015. Di jam-jam terakhir kepulangannya, ia masih sempat mengikuti kegiatan pekan Nasirat dan Athfal di cabang Wanasigra sekaligus memperingati Hari Muslih Mau’ud ra.
Tentu banyak hal yang tak akan ia lupakan dengan mudahnya, “Saya pikir saya tidak akan pernah melupakan ketika saya tinggal di Wanasigra, terutama teman-teman saya, guru-guru yang sudah membimbing saya, serta orang-orang yang ada di sekitar saya.” Itu yang ia sampaikan ketika ditanya bagaimana perasaannya ketika hendak meninggalkan tempat yang memberikan kenangan selama satu bulan ini.
Pemuda dari negeri jiran ini juga menyampaikan pesan nya untuk teman-temannya di SMA plus Al-Wahid, “Pesan saya untuk teman-teman di SMA Plus Al-wahid, apapun yang terjadi, apapun yang sedang kalian pelajari sekarang, jangan mengeluh, segala sesuatu mempunyai proses, setiap apapun yang kalian lakukan mempunyai konsekuensi, jangan menyerah, tetap kejar impian kalian untuk menuju kesuksesan. Oke?”
Begitulah, setiap pertemuan, ada perpisahan. Setiap ada yang pergi, pasti akan ada yang datang. Semoga perpisahan ini menjadi awal dari pertemuan yang selanjutnya. Kejarlah mimpi-mimpi besar kalian, hingga pada satu titik, ketika Allah mengizinkan, Allah akan mempertemukan kalian lagi. (Tahirah)
Sumber : http://ahmadiyyapriatim.blogspot.com/2015/03/pelajari-ahmadiyah-pemuda-singapura.html