Mendengar kata LPKA (Lembaga Pembinaan Khusus Anak) Salemba mungkin ada perasaan takut dalam pikiran kita. Di LPKA Salemba ini berisi 55 anak laki-laki yang berkisar umur 14-18 tahun. Dan Alhamdulillah LI Kebayoran diizinkan untuk memberikan pendampingan.
Bermodal surat izin dari Ketua Cabang Kebayoran maka pada hari Kamis, 31 Januari 2019 jam 13.00, Ibu Parindrati, Ibu Erni, Ibu Radiah, Ibu Jihan, Dea, Ibu Monica, Ibu Helmi, Pak Maman, Pak Pupu dan Umar datang ke LPKA Salemba.
Masuk ke LPKA tidak boleh membawa apapun. Untuk dokumentasi hanya diizinkan membawa 1 kamera dan 1 hp. Tas, dompet dll dititipkan ke petugas. Untuk foto tidak boleh diambil zoom, muka anak-anak tidak boleh terlihat jelas. Kami melihat melewati beberapa pemeriksaan.
Pertama KTP kami diserahkan ke petugas dan diberi name tag “Tamu Dinas”, pergelangan tangan bagian dalam di beri 2 cap, body scanner, pengecekkan manual dan terakhir pemeriksaan cap.
Ketika kami datang anak-anak sudah duduk rapih ditempat shalat. Setelah ada sedikit sambutan dari Petugas LPKA, Bapak Riyandi acara dimulai dengan materi siraman rohani oleh Pak Maman yang berisi tentang hakikat kita diciptakan, memberi motovasi bagaimana harus menjalani hidup dengan baik dan hidup sehat ala Rasulullah saw.
Materi ke-2 diisi oleh Ibu Jihan yang menyampaikan 6 langkah cuci tangan yang benar dan games. Materi ke-3 diisi dengan sesi curhat oleh Bu Parin dan tim. Pada sesi ini anak-anak dibagi menjadi 3 kelompok, setiap kelompok didampingi oleh 2 orang.
Dari LPKA ini mereka belajar betapa berharganya keluarga. Mereka belajar bersabar menghadapi ujian ini, merenungi kesalahan-kesalahan diri, menyesal melakukannya dan mereka berjanji tidak akan megulanginya kembali. Cukup sekali ini saja merasakan tinggal di LPKA tidak ingin terulang lagi. Mereka bertekad untuk menjadi orang yang baik, bisa membahagiakan orang tua. Ingin hidup di jalan yang benar. Pada beberapa anak terbayang adik-adiknya yang lucu yang biasa diasuhnya sekarang entah siapa yang jaga.
Anak-anak tersebut mau menceritakan kesusahan, kesedihan atau rasa senang yang mereka rasakan pada para pendamping. Tak terasa waktu telah mendekati Ashar, kegiatan harus segera diakhiri. Kami izin pamit sambil memberikan makanan pada seluruh anak dan bersalaman.
Kami melihat betapa senangnya mereka dengan adanya pendampingan ini. Mereka memang bersalah tapi bukan berarti mereka harus dijauhi atau diabaikan. Justru mereka harus dirangkul sehingga mereka memasang dibutuhkan dan dihargai. Kita harus mendukung mereka untuk berubah menjadi lebih baik lagi di masa yang akan datang.
Kontributor : Ibu Jihan