Sebelum memasuki salah satu kelas yang sudah dipersiapkan oleh kepala sekolah, rombongan diberikan kesempatan untuk menyampaikan maksud kedatangan kami dan memperkenalkan diri kepada guru-guru yang mengajar di sana.
Tembus Perbatasan Indonesia-Malaysia, Ajak Murid Ceritakan Isi Buku
Pendidikan merupakan pondasi dasar untuk membentuk sumber daya manusia sebuah bangsa. Jalan yang berlumpur serta terletak di batas negara, tidak menyurutkan mubaligh untuk ikut andil dalam mencerdaskan generasi bangsa.
Tempuh jarak ratusan kilomoter dengan jalan yang terjal, lumpur, serta penuh pasir , rombongan Jamaah Ahmadiyah Kalimantan Barat yang dipimpin Mln. Syihab Ahmad menuju SDN 06 Sawah, Kecamatan Aruk di daerah Sajingan Besar. Daerah tersebut berbatasan langsung dengan Malaysia.
baca juga: [feed url=”http://warta-ahmadiyah.org/tag/november-2016/feed/” number=”3″]
Selasa (8/11) petang, rombongan sampai ketujaun dan disambut oleh Kepala Sekolah SDN 06 Sawah Besar, Junardi S.Pd. Malam itu rombogan menginap di Sekolah SDN 12 Batang Air, yang memang menjadi pos para guru yang bertugas di perbatasan. Kebanyakan dari mereka berdomisili di Sambas dan setiap hari Kamis biasanya para guru ini pulang lalu kembali lagi di hari seninnya dengan menggunakan sepeda motor. Ruangan Kantor pun dijadikan markas para pejuang pendidikan ini.
Keesokan harinya atau Rabu (9/11) adalah hari yang ditunggu yaitu hari dimana rombongan bertemu dengan anak-anak SDN 06 Sawah untuk mensosialisasikan budaya membaca dengan membawa dan meminjamkan buku bagi anak-anak di perbatasan ini. Sebelum memasuki salah satu kelas yang sudah dipersiapkan oleh kepala sekolah, rombongan diberikan kesempatan untuk menyampaikan maksud kedatangan kami dan memperkenalkan diri kepada guru-guru yang mengajar di sana. Tepat 10.00 WITA kami pun dipersilahkan masuk ke kelas 4 yang telah diberitahukan mengenai kedatangan kami dengan membawa buku-buku yang bisa mereka baca.
Suasana di kelas tampak bersemangat ketika rombongan masuk dan menyusun buku-buku di meja guru. Sebelum membagikan buku, rombongan memberikan pertanyaan terlebih dahulu kepada anak-anak dan yang dapat memberikan jawaban yang benar berkesempatan untuk memilih buku terlebih dahulu. Terdapat 23 siswa kelas 4 pada saat itu. Setelah mereka mendapat buku masing-masing sesuai pilihan mereka maka mereka diberikan kesempatan membaca untuk kemudian menceritakan kembali apa yang mereka telah mereka baca. Walaupun malu-malu ada beberapa orang anak yang berani menceritakan kembali apa saja yang mereka baca di buku yang mereka dapatkan. Salah seoran siswa bernama Marius Miki pun mendapatkan sebuah buku karena dianggap telah menceritakan isi bukunya paling baik di antara yang lain.
Pertemuan itu pun diakhiri dengan mereka diperbolehkan membawa buku yang mereka baca di rumah dan mengembalikannya kepada kepala sekolah keesokan harinya untuk dipinjamkam ke kelas yang lainnya lagi. Buku-buku ini rencananya akan dipinjamkan kepada sekolah selama satu bulan dan akan diganti dengan buku yang lain pada kunjungan berikutnya.
Junardi selaku kepala sekolah pun menyampaikan rasa senang beliau melihat antusias anak-anak dalam membaca padahal ada beberapa anak yang sebelumnya terkenal dengan kenakalannya di kelas justru memberikan perhatian yang besar dalam membaca.
Laporan : Mln. Syihab Ahmad
Editor : Talhah Lukman Ahmad