Tidak jauh dari PLTA Mrica Banjarnegara terdapat sebuah kampung bernama Krucil. Di Kampung Krucil tinggal ratusan KK pemeluk Ahmadiyah. Ahmadiyah telah masuk Krucil sejak tahun 1940-an.
Berbeda dengan hari biasa, akhir pekan di minggu ke 4 bulan agustus suasana krucil ramai dengan kedatangan SAHABAT MKAI. Istilah ini merupakan penamaan dari rekan-rekan kolega MKAI. Mereka hadir dua hari satu malam (29-30 Agustus) untuk mencari jawaban mengenai apa itu Ahmadiyah. Tema yang diangkat pada Live In Sahabat MKAI 2015 adalah “Mengenal Ahmadiyah Lebih Dekat”
Rasa keingintahuan mengenai Ahmadiyah yang mendorong mereka hadir dengan penuh antusias. Kehadiran para Sahabat MKAI ini merupakan wujud dari penyelenggaraan live in yang kedua kalinya. Live in pertama diadakan di Manislor pada tahun lalu.
Kegiatan ini sepenuhnya didominasi dengan aktivitás observasi. Sahabat MKAI dapat menelusuri jejak perkembangan dan sejarah ahmadiyah. Tidak hanya itu obyek observasi yang disajikan antara lain sistem keuangan, pola kaderisasi, keorganisasian, peran sosial kemasyarakatan dan aqidah Ahmadiyah.
Live in kali ini dihadiri 46 Sahabat MKAI yang merupakan perwakilan 13 komunitas dari wilayah Semarang, Yogyakarta dan Wonosobo. Latar belakang mereka pun beragam mulai dari mahasiswa, organisasi pergerakan, sampai komunitas etnik. Keyakinannya pun mulai dari Islam, Nasrani maupun Hindu.
Di hari pertama live in, para sahabat MKAI disibukkan dengan kegiatan observasi. Mereka terbagi kedalam 5 kelompok. Masing-masing kelompok telah dibebani dengan satu obyek observasi yang ditentukan oleh panitia. Tiap kelompok mencari nara sumber untuk menggali dan memperoleh data informasi berkenaan obyek observasi.
Hasil observasi dipresentasikan di hari kedua dalam forum pleno. Forum ini sebagai sarana para Sahabat MKAI untuk saling tukar-menukar informasi yang ditemukan dalam observasi. Bukan itu saja, mereka juga saling tanya jawab terkait temuan dan informasi seputar apa itu Ahmadiyah.
Tak heran jika hasil observasi mereka membuka lebar informasi yang selama ini tersendat. Banyak data dan informasi yang tidak pernah mereka ketahui. Apa lagi terkait pengelolaan keuangan, dimana fitnah yang beredar mengatakan Ahmadiyah mendapat sokongan dari kerajaan Inggris.
Yang menarik juga ditemukan bahwa pola kaderisasi Ahmadiyah bahkan mulai sejak dalam kandungan. Dengan sisyem waqf e nou anggota ahmadiyah telah menyumbangkan anaknya demi kelangsungan organisasi. Sistem ini mengamanatkan bahwa seorang telah diabdikan seumur hidupnya untuk pengkhidmatan. (Aziz)
Semoga acara seperti ini dapat menjadi agenda rutin ppmkai agar paham tentang jemaat bisa diluruskan pada khalayak umum. Aamiin.