Subang – Badan Kesatuan Bangsa dan Politik (Kesbangpol) bekerjasama dengan komunitas Jaringan Kerja Antar Umat Beragama (Jakatarub) menggelar acara Kemah Kebangsaan di Sari Ater Resort Hotel, Ciater Subang.
Kemah kebangsaan diadakan selama 2 hari, mulai dari 29 sampai 30 Maret 2022. Acara kemah ini melibatkan beberapa Organisasi Daerah (Orda) dan perwakilan mahasiswa dari berbagai kampus se-Bandung Raya.
Pembina Jakatarub, Wawan Gunawan mengutarakan bila kegiatan ini sebagai salah satu upaya untuk optimalisasi penguatan pemahaman budaya lokal di Jawa Barat. Ia pun menyampaikan tentang besarnya potensi yang dimiliki anak muda untuk melestarikan budaya lokal.
Acara kemah kebangsaan ini diharapkan mampu untuk membuat pemuda-pemudi di daerah Jawa Barat bisa menjadi penggerak dalam melestarikan budaya lokal. Mereka dituntut bukan hanya untuk mengetahui teori saja melainkan harus bisa mempraktikkan budaya lokal yang ada.
Wawan menekankan bahwa sesuatu yang buruk bukanlah suatu budaya. Hal ini dikarenakan banyak dari masyarakat Indonesia masih salah paham dengan budaya-budaya lokal yang ada di Indonesia.
“Budaya itu berawal dari akal (pikiran) yang jernih. Budaya sebagai identitas bangsa perlu kita lestarikan bagaimanapun caranya,” ucap Wawan.
“Kadang orang bilang korupsi itu budaya. Sebenarnya itu bukan budaya tapi patologi budaya, itu dua hal yang berbeda,” imbuhnya.
Selain itu, Wawan mengingatkan generasi milenial agar mempunyai kesadaran yang tinggi untuk memahami dengan kuat pentingnya ideologi Pancasila guna menangkal paham ekstremisme dan radikalisme yang mulai menggerogoti ideologi Bangsa Indonesia.
Hal senada, disampaikan oleh Koordinator Ahmadiyah Muslim Students Association (AMSA) Indonesia, Raza Ahmad Ludhiana mengatakan bahwa mahasiswa mempunyai peran yang sangat penting di dalam menjaga dan merawat nilai-nilai kearifan lokal yang ada di Indonesia.
“Nilai-nilai kearifan lokal harus kita jaga dan rawat bersama-sama. Indonesia itu sangat beragam. Mulai dari agama, budaya, suku, bahasa, dan masih banyak lagi. Kita sebagai mahasiswa mempunyai peran penting untuk melestarikan nilai-nilai ini di masa depan. Karena kalau bukan kita, siapa lagi yang akan menjaga NKRI ini?” ujar Raza
“Mari bersama-sama kita mengoptimalisasi nilai-nilai Pancasila untuk Indonesia yang lebih baik,” lanjutnya.
Dalam kegiatan Kemah Kebangsaan ini, para peserta diminta untuk saling mengenal agar dapat mengetahui kota asal dan kebudayaan yang ada di daerah teman-temannya.
Para milenial bukan hanya dijejali materi tetapi diajak juga bersenang-senang sambil bernostalgia dengan menikmati permainan masa kecil, seperti: sondah (engklek), galasin (gobak sodor), gatrik, varian ucing-ucingan (ucing sumput, ucing-buaya), dan permainan yang lain. Mereka pun ditantang mempraktikkan beladiri silat hingga berlakon cerita rakyat “Lutung Kasarung”.
Hal ini dilakukan agar para milenial sebagai generasi penerus bangsa selalu mengingat dan bangga akan budayanya sendiri. Dengan demikian, budaya lokal yang ada di Indonesia diharapkan tidak akan tergerus dan tetap bisa bertahan di tengah derasnya arus modernisasi.
Kontributor: Gilang Prasetyo
Editor: Firmansyah