MANADO – Peneliti LIPI yang bekerjasama dengan Kemendikbud dan Ristek-BRIN adakan diskusi Lintas Agama di sebuah Gedung milik Yayasan Marahaen, Manado, Rabu (25/12). Kegiatan tersebut mengusung tema “Merajut Toleransi di Kota Bersehati”.
Hadir beberapa tokoh Lintas Agama, Budaya dan Akademisi yang merupakan Narasumber dalam acara tersebut. Diantaranya perwakilan dari Kristen, Budha ,Hindu, Penghayat Kkepercayaan, Gusdurian, Sejarawan , Lesbumi, NU dan FKUB. Tidak ketinggalan perwakilan dari Ahmadiyah, Maulana Hafiz Ahmad Mutu yang juga merupakan Mubalig Daerah Sulawesi Utara 1.
Masing-masing organisasi atau komunitas dibatasi untuk mengirim perwakilannya mengingat masih merebaknya pandemi Covid-19. Diskusi tersebut berlangsung selama 4 jam. Dilaksanakan dalam suasana santai namun tak mengurangi antusiasme para hadirin.
Diskusi Lintas Agama tersebut membahas beberapa hal, diantaranta penguatan toleransi, nilai-nilai luhur budaya lokal menyesuaikan dengan kondisi daerah Manado yang dikenal sebagai kota Toleran.
Dalam kesempatan itu, perwakilan Jemaat Ahmadiyah Indonesia (JAI), Maulana Haifz Ahmad Mutu menjelaskan sejarah ringkas Ahmadiyah baik di Manado maupun di Indonesia. Selain itu dia juga menyampaikan pesan Khalifah Ahmadiyah tentang kebutuhan dunia yang mendesak dan kritis saat ini, yaitu penegakan perdamaian .
“Kita harus memanfaatkan semua sumber daya dan kemampuan kita untuk mendorong masyarakat agar dapat menyebarluaskan cinta kasih dan perdamaian di setiap tingkatan,” ungkapnya.
Di akhir acara Maulana Hafiz memberikan buku Krisis Dunia dan Jalan Menuju Perdamaian yang merupakan kompilasi pidato Khalifah Ahmadiyah, kepada beberapa tokoh yang hadir.