AMBON – Dalam rangka merayakan dua tahun seorang Mubalig Ahmadiyah, Maulana Rakeeman R.A.M. Jumaan, yang pernah berkhidmat di Maluku, tepatnya tahun 2018-2020, Heman Human Maluku dan Jaringan Aktifis Filsafat Islam (JAKFI) Maluku menyelenggarakan Webinar “Catatan dari Maluku” dengan judul “Jejak Sejarah Islam dan Kebudayaan: Sebuah Catatan Perjalanan di Maluku”, Senin (31/8).
Catatan dari Maluku merupakan tajuk diskusi yang diangkat oleh Heman Human untuk menghargai sejumlah tokoh maupun para peneliti yang pernah datang, tinggal dan mengabdi di Maluku. Baik untuk pengabdian maupun penelitian.
Heman Human adalah sebuah komunitas sosial yang konsen menjejaringkan anak-anak muda Maluku dengan anak-anak muda di luar Maluku. Baik dalam hal jejaring, pendidikan, maupun mengintrodusir anak-anak muda di Maluku dengan sejumlah kegiatan di luar Maluku.
Dalam diskusi tersebut Maulana Rakeeman menjadi Narasumber dan Dr. Abidin Wakano, M.Ag., sejarawan Maluku sekaligus Dosen IAIN Ambon, sebagai teman diskusi. Selain itu turut berpartisipasi Dr. Ronald Helweldery, Sekretaris Umum Gereja Protestan Indonesia di Tanah Papua, Fakfak, Dr. Izzak Y. Lattu, dosen Teologi UKSW dan CRCS UGM Yogyakarta, dan Pendeta Dr. Rudy Rahabeat, pendeta GPM Ambon, Maluku. Kegiatan berlangsung selama tiga jam setengah lamanya, mulai pukul 19:00-22:30 Waktu Indonesia Timur (WIT).
Maulana Rakeeman mengajak masyarakat khususnya kaum muda Maluku untuk menggali kembali sejarah Islam di Maluku, “Perlu menggali kembali sejarah Islam di Maluku. Diperlukan ilmu Sejarah, Arkeologi, Filologi, Keramologi, Kerisologi dan Kodikologi,” ujarnya.
Selanjutnya Abidin Wakano mengapresiasi Mubalig Ahmadiyah yang pernah bertugas di Maluku tersebut, “Orang semacam Mubalig Ahmadiyah ini ibarat Mutiara di Maluku. Sayang bila pemikirannya tidak dikembangkan,” ungkapnya.
Tokoh Muslim Maluku tersebut juga mengatakan bahwa Islam saat ini terbagi dalam tiga kelompok besar, Ahlu Sunnah, Syi’ah dan Ahmadiyah.
“Saya katakan, bahwa Islam saat ini direpresentasikan oleh tiga kelompok besar. Yaitu Ahlu Sunnah (Suni), Syi’ah (Syi’i) dan Ahmadiyah (Ahmadi). Di Eropa atau Amerika, masjid yang dibangun pastilah masjid milik Islam Ahmadiyah. Saya pernah shalat di masjid yang terletak di Maryland, Amerika,” katanya sambil mengenang.
Beliau juga menambahkan bahwa Ahmadiyah telah banyak berperan, baik dalam negeri maupun di kancah internasional.
“Prof. Dr. Abdus Salam, W.R. Soepratman pencipta Lagu Kebangsaan Indonesia Raya itu adalah orang Ahmadiyah. Jadi, jangan heran bila di Eropa justru banyak tokoh Islam berasal dari Ahmadiyah. Bahkan, Ahmadiyah sudah memiliki stasiun TV Dakwah,” pungkasnya.