Semilir kesejukan bernuansa serius menyapa hangat para peserta Badan Pelaksana Tasyakur yang tengah berkumpul di ruang rapat. Meja kayu persegi panjang berpelitur coklat dikelilingi dan menjadi saksi bisu gigihnya para pengurus daerah, ketua cabang, tenaga ahli daerah menguras otak mencanangkan perumusan kreativitas Badan Pelaksana Tasyakur. Rumusan akhir melahirkan kesepakatan program Bakti sosial, seminar, rabtah, dll.
Di pagi yang cerah di ujung pekan bulan Oktober 2019, mentari menyorot tajam kedatangan tim Baksos dan diskusi Kebhinekaan menuju arena bakti. Sebanyak 30 insan pemegang missi Tasyakur Tim Baksos menuju lokasi Bakti Sosial di BLK Tambun Utara Kabupaten Bekasi. Penuh cinta kasih sesuai motto, JAI Jabar 01 kompak memenuhi undangan Banser NU untuk program Pemeriksaan dan Pengobatan gratis ini. Anshar, khudam, LI dari semua cabang Jabar 01 yang ditugaskan sesuai keahlian medis dan non medis siap tempur menjalankan tugas.
Sejak jam 07.00 sebagian masyarakat berkerumun penuh semangat menunggu dimulainya pemeriksaan. Tim Baksos JAI pun tak kalah semangat, segera mengangkut dan menata barang-barang perlengkapan. Cukup lama menunggu kedatangan sang meja-meja terbentang. Panas sang surya yang kian menukik tajam tidak mematahkan semangat tim untuk membangun kemitraan dengan berbagai elemen masyarakat dalam berbagai aspek kehidupan masyarakat. Sabar dan semangat 45 mewarnai derap peningkatkan peran JAI lembaga dan individu.
Alhamdulillah, tak berapa lama perangkat yang dibutuhkan datang. Tak perlu waktu lama, tim yang sudah memiliki jam terbang tinggi dalam dunia Baksos ini sudah siap memulai pelayanan. Lobi BLK berbentuk pendopo langsung dibentuk letter U. Meja pertama merupakan tempat pendaftaran, di sampingnya tempat tensi. Berikutnya, area pemeriksaan Homeophaty dan racikan obatnya. Disusul dengan meja pemeriksaan alopaty, penyerahan resep dan racikan obatnya juga. Di sisi kiri telah tersusun rapi meja pengecekan kolesterol, gula darah, dan asam urat. Terakhir, berdiri gagah di sudut, meja pengambilan obat.
Sebanyak 152 masyarakat sekitar tercatat sebagai pasien baik yang membawa kupon atau pun tanpa kupon. Di tahap awal, meja pendaftaran langsung diserbu puluhan pasien. Bagian pendaftaran ditantang untuk menangani membludaknya calon pasien. Untunglah, ketenangan penuh dan kesabaran tinggi serta kelembutan yang dimiliki oleh pengkhidmat bagian pendaftaran begitu mengagumkan. Keinginan masyarakat untuk menjadi pasien nomor satu dan paling didulukan diperiksa dapat dikendalikan dengan baik.
Satu persatu melangkah ke meja tensi. Senda gurau antara petugas tensi dan pasien membuat pasien dengan tensi mengkhawatirkan alias menegangkan menjadi terlihat rilex dan akrab. Lalu lintas pasien diatur sedemikian rupa hingga 2 homeopath dan 2 dokter tidak surut pasiennya namun berjalan tertib dan lancar. Peracik obat hemopaty dan alopaty terlihat sangat serius berkonsentrasi penuh. Menuangkan cairan dan menumbukkan molekul dan parrtikel globul. Dengan cepat bungkusan-bungkusan obat telah sibuk bermigrasi ke meja pengambilan obat. Sementara itu, cukup banyak pasien yang berminat besar dicek gula darah, kolesterol, asam urat hingga meja bagian itu tak pernah nganggur.
Tiba-tiba tertancap kejadian lucu di sudut pendaftaran. Seorang nenek tidak tahu bagaimana menjawab pertanyaan petugas tentang umur. Kemudian nenek menjawab, “Umur saya 40 tahun!”. Hahaha…si nenek berasa muda rupanya.
Nama-nama pasien di sini antik-antik sekali hingga bingung harus manggil sebutan ” Pak atau Bu” andaikan tidak melihat tulisan jenis kelaminnya. Nama indah milik regional Bekasi asli. Kemudian, kisah lucu juga terlihat di meja pemeriksaan homeophaty. Melihat angka kolesterol, gula darah, dan asam urat yang tinggi, petugas merasa penasaran dan bertanya pada seorang emak-emak. “Emangnya selama ini Emak suka makan apa sih?” Si emak terlihat tak merasa bersalah dan keukeuh bilang tak suka makan apapun. Sungguh aneh. Kok bisa ya. Tidak makan apa pun tapi angka pemeriksaan demikian tinggi. Eh….tiba-tiba si emak bicara “Saya paling kalau makan hanya ikan asin Rp 10.000 kemudian beli Rp 10.000 lagi dan seterusnya”. Hahaha….dasar si emak. Ya iyalah angkanya tinggi kalau begitu caranya.
Cuaca semakin menanjak, menyulam derajat celcius yang kian menggila. Cucuran keringat para petugas mengalir deras menganak sungai. Pasien mulai menyurut. Untuk sejenak, terlihat para petugas memanfaatkan waktu sempit itu dengan menyeruput yoghurt yang terasa segar-segar manis membasahi kerongkongan. Beberapa orang mulai menikmati snack pagi. Ada juga yang mengemil mie sedap rebus dan goreng yang tersedia gratis untuk panitia.
Fenomena santai tak berlangsung lama. Antrian calon pasien mulai mengular lagi. Kembali semuanya dilayani penuh cinta. Rasa salut pun terucap untuk para pasien. Mereka sopan, sabar dan bisa diatur hingga baksos ini berjalan tertib. Beberapa pasien ringkih dan lansia turut serta dalam pengobatan ini.
Waktu hampir menunjukkan pukul 13.00. Sorot sang surya tak terperikan lagi. Ruangan terbuka ini mulai terasa seperti bara namun tak terucap keluh kesah tim bakti ini. Negosiasi dengan pihak Banser mulai dilakukan. Keputusannya it’s oke Baksos bisa ditutup pukul 13.00. Rasa kasian menghinggapi ketika saat ditutup, masih ada pasien bersemangat berdatangan.
Teridentifikasi dari hasil akhir pemeriksaan berdasarkan kartu pengobatan yang masuk, telah dilayani pasien tes asam urat sebanyak 25 orang, gula darah 42 orang, kolesterol 26 orang. Asam urat tertinggi menunjukkan angka 12,00, gula darah 425, kolesterol 280. Kemudian Tim homeopathy telah bekerja keras mengobati sebanyak 20 pasien. Berikutnya, dokter-dokter allopaty telah memeriksa sebanyak 50 orang.
Banyak pasien yang menyatakan rasa gembiranya dengan diadakan bakti sosial ini. Berharap pengobatan gratis ini sering diadakan. Apalagi beberapa pasien yang ketika ditanya ternyata mereka sampai saat ini belum memanfaatkan fasilitas BPJS.
Siang kian berkelana. Saatnya tim Baksos makan, shalat, dan pulang. Sementara itu tiga anggota tim tidak bisa ikut pulang karena harus bersiap untuk program Badan Tasyakur sesi ke-2 yaitu menjadi narsum diskusi di hadapan kaderisasi peserta Kursus Banser Lanjutan. Mereka mengundang JAI Jabar 01 untuk menjadi narsum dalam diskusi kebangsaan dengan tema “Indonesia Dalam Bingkai Bhineka Tunggal Ika”. Pantang lelah menggapai berkah dan pengkhidmatan. Perwakilan Jemaat Ahmadiyah Jabar 01 maju di depan para Banser untuk missi dan kesempatan emas meluruskan kesalah fahaman ttg Jemaat Ahmadiyah serta menciptakan suasana kondusif dalam kehidupam berbangsa bernegara.
Kaget, tegang, dan haru dirasakan oleh dua orang perwakilan untuk tim diskusi kebangsaan dari Jemaat ini.
Dari awal tempat baksos dikawal oleh Banser ke tempat materi. Sebelum masuk ruangan sudah terdengar yel-yel menyambut narasumber Jemaat masuk ruangan. Sesampainya di ruangan diskusi, komandan peserta Susbalan menghadap narasumber. Menyatakan pasukannya siap diberikan materi. Berseragam celana loreng hijau dan atasan kaos senada berpadu dengan ikat kepala merah menyala.
Narasumber yang berdiri diantara bendera merah putih dan bendera hijau Anshar dan Banser ini mempersilakan komandan. Secepat kilat, sang komandan dengan sigap dan gagah
kembali ke barisan. Menginstruksikan para anggotanya untuk duduk. Pasukan hijau ini pun duduk berbaris rapi beralaskan alas duduk yang tak kalah hijaunya dari seragam pasukan. MC memperkenalkan narasumber melalui pembacaan biodata. Materi singkat sukses disampaikan dengan sumber referensi Khutbah Huzur sebagai acuan diskusi.
Sesi diskusi selesai. Ketua pasukan hijau menghadap ke Narasumber, melaporkan, “Kami telah menerima materi.” Langkah tegap ketua pasukan menghentak kembali kebarisannya. Riuh yel-yel para peserta kembali mengudara memenuhi ruang diskusi. Missi hari ini sudah tunai.
Puji syukur Jabar 01 ucapkan. Atas karunia Allah SWT dan kebesarannya dua program Badan Tasyakur dapat sekaligus langsung ditunaikan hari ini. Rembang senja merajuk mendendang sukma.
Penulis : Ny. Iim Kamilah