Banyumas- Yayasan Madani Village bersama mahasiswa Fakultas Ushuluddin, Adab, dan Humaniora Universitas Islam Negeri Prof. KH. Saefuddin Zuhri mengadakan seminar bertajuk Capacity Building On Religious Literacy: Understanding Others and Being Understood.
Seminar yang diselenggarakan di hall perpustakaan UIN Purwokerto pada Senin, 28 Oktober 2024 ini mengangkat tema pentingnya literasi keagamaan untuk mendukung pemahaman lintas agama dan menghilangkan stereotip.
Acara ini menghadirkan dua pemateri utama, yaitu Pastor Fery Mahulette yang merupakan Guru Pendidikan Kristen di Yogyakarta Independent School, dan Muhammad Kholid Ismatullah, seorang akademisi agama.
Dari Jemaat Muslim Ahmadiyah, turut hadir sebagai tamu undangan Mln. Nizamuddin Sofa Adnan (Mubaligh Daerah), serta beberapa perwakilan seperti Sri Sumarti, Any Fathmawati (Pengurus Daerah Muslimah Ahmadiyah), dan Ahmad Yusuf Widodo (Pengurus Cabang Ahmadiyah Purwokerto).
Dalam pemaparannya, Pastor Fery menekankan pentingnya religious literacy atau literasi agama, khususnya dalam memahami agama dari perspektif para penganutnya, ia membagikan pengalaman masa mudanya ketika memiliki pandangan keliru tentang Islam.
Mengingat kembali masa sekolahnya di Petamburan, Jakarta Pusat, ia kerap merasa takut melihat konflik antarwarga.
Namun, pandangannya berubah ketika ia mengunjungi Kampung Ahmadiyah di Manislor, Jawa Barat, di mana ia bertemu komunitas Muslim yang ramah dan damai.
“Hal yang dirasakan berbeda jauh ketika yang dijumpai adalah umat Islam yang ramah, penuh kehangatan dan kedamaian dalam menerima umat yang berbeda keyakinan, dengan berdialog langsung dengan mereka jelas dimengerti latarbelakang dan alasan-alasan yang bisa dipahami dalam Ibadah dan keyakinan yang dijalankan,” tutur Pastor Fery.
Sejalan dengan itu, Muhammad Kholid Ismatullah mengungkapkan bahwa pendidikan agama di kampus juga harus mengajarkan cara pandang lintas agama yang objektif.
Ia menceritakan pengalaman serupa ketika berdialog dengan warga Ahmadiyah di Manislor,.
“Setelah berdialog langsung, saya mendapatkan informasi yang benar dari mereka, bukan sekadar dari literatur pihak ketiga. Ini mengubah perspektif saya tentang Ahmadiyah,” ungkap Muhammad Kholid .
Dalam sesi akhir, seminar ini melibatkan simulasi pemahaman keberagaman, di mana peserta diuji kemampuannya dalam menilai isu-isu lintas agama secara objektif.
Hal ini mendapat respon positif dari peserta yang mengapresiasi kegiatan dialogis dan penuh pemahaman ini.
Seminar Capacity Building On Religious Literacy: Understanding Others and Being Understood ini membuktikan pentingnya pendidikan dan dialog terbuka untuk mencegah kesalahpahaman antaragama serta mendorong terciptanya masyarakat yang lebih damai dan harmonis.
Kontributor: Ahmad Yusuf Widodo
Editor: Devi Savitri