Yogyakarta – Gramedia Yogyakarta menyelenggarakan bedah buku Agama dan Imajinasi karya Dr. Haidar Bagir Selasa, 23 September 2025.
Acara ini dihadiri puluhan peserta dari akademisi, mahasiswa, hingga masyarakat umum, dengan menghadirkan Dr. Haidar Bagir sebagai penulis dan Dr. Fahruddin Faiz sebagai penulis pengantar.
Dalam pemaparannya, Haidar Bagir menegaskan bahwa agama seharusnya tidak dipahami secara kaku.
Menurutnya, agama perlu membuka ruang bagi imajinasi yang melahirkan seni, sastra, serta kebudayaan. Dengan demikian, praktik beragama menjadi lebih hidup dan kontekstual.
Sementara itu, Fahruddin Faiz menambahkan bahwa imajinasi dalam beragama dapat menjadi sumber inspirasi etika dan kemanusiaan.
Namun, ia menekankan perlunya kerangka moral agar imajinasi tidak berkembang secara liar, melainkan tetap sejalan dengan misi agama: menghadirkan kedamaian, keadilan, dan kemanusiaan universal.
Baca juga: Jemaat Ahmadiyah Serang Sukses Gelar Walk Run Bike 2025, Tempuh Jarak 5 Kilometer Lebih
Salah satu sesi menarik membahas Ahmadiyah sebagai contoh komunitas yang membangun identitas spiritual melalui imajinasi keagamaan.
Para narasumber sepakat bahwa kelompok seperti Ahmadiyah perlu diberi ruang dialog, sehingga toleransi dan kebersamaan di masyarakat semakin kokoh.
Mln. Murtiyono Yusuf Ismail, salah satu peserta, menyoroti bagaimana Haidar Bagir dan Fahruddin menunjukkan peran imajinasi dalam menafsirkan ayat-ayat Al-Quran.
Misalnya, gambaran neraka dan surga tentu menghasilkan persepsi berbeda tiap individu.
Baca juga: Menyongsong Tasyakur, Jemaat Ahmadiyah Neglasari Padati untuk Sholat Tahajud
Begitu pula pengalaman spiritual Rasulullah SAW yang digambarkan dengan simbol “dua busur yang bersatu”. Menurutnya, tanpa imajinasi, agama akan monoton.
Diskusi ditutup dengan pesan kuat: imajinasi perlu dikelola agar tidak liar, namun tetap dibutuhkan agar agama terus hidup, dinamis, dan mampu memperkuat pluralisme di Yogyakarta. *
Kontributor: Rakhmat Fithri Adi