Kapuas Hulu– Lajnah Imaillah Kapuas Hulu, menggelar pengajian untuk memperkuat keislaman dan mendukung kemajuan Islam.
Kegitan ini sekaligus menyongsong 100 Tahun Ahmadiyah Indonesia, Minggu 21 September 2025.
Acara dibuka dengan tilawatil quran dan doa program ruhani untuk kemajuan Islam, dengan ruang kegiatan yang dipisahkan.
Baca juga: Tim Badminton Ahmadiyah Tanjung Medan Gelar Pertandingan Persahabatan Lawan Warga
Dalam sambutannya, Mln. Abdul Nasir selaku Mubaligh Kapuas Hulu, menyampaikan apresiasi kepada anggota lajnah imaillah, anak-anak, mubaiyiin baru, serta beberapa kaum bapak yang ikut hadir.
Tausiah pertama disampaikan Mln. Mukhlis Ahmad, yang menekankan pentingnya mengamalkan ajaran Hadhrat Rasulullah saw. dan nasihat Hadhrat Imam Mahdi as.
Dirinya mengingatkan bahwa baiat bukan sekadar janji, tetapi komitmen untuk menanamkan pedoman ajaran dalam kehidupan sehari-hari.
Baca juga: Jemaat Ahmadiyah Serang Sukses Gelar Walk Run Bike 2025, Tempuh Jarak 5 Kilometer Lebih
“Setelah berbaiat, kita harus ada perubahan dan berbeda dari sebelumnya. Hal yang pokok adalah menjauhi syirik dan menjadi pribadi yang jujur. Jika kita jujur, Allah akan memperbaiki kehidupan kita,” tegas Mln. Mukhlis Ahmad
Dirinya juga mengajak anggota untuk bersyukur kepada Allah dan mempersiapkan diri menyambut tasyakur 100 tahun Ahmadiyah Indonesia.
Tausiah kedua dari kaum Lajnah Imaillah, disampaikan Ema Rahmatunisa (Pengda Kalbar 2) yang menjelaskan hakikat dan makna sholat.
Baca juga: Jemaat Ahmadiyah Singkut Hadiri Rapat Pakem, Wadah Dialog Lintas Agama
Ia menekankan bahwa setiap gerakan dan bacaan dalam shalat memiliki makna mendalam: berdiri untuk mengingat Allah, ruku untuk menunjukkan kerendahan hati, sujud sebagai bentuk penyerahan diri, dan duduk untuk merenungi amal perbuatan.
“Shulat adalah mi‘rajul mu’minin, sarana seorang hamba berkomunikasi langsung dengan Tuhannya. Dari pemahaman ini, seseorang akan merasakan kelezatan shalat, ketentraman, dan ketenangan batin (qalbu), serta menumbuhkan kedisiplinan dan pengendalian diri dalam kehidupan sehari-hari,” ujarnya.
Kegiatan ditutup dengan pelatihan eco enzim oleh Fitriani yang berprofesi sebagai penyuluh pertanian dan diakhiri doa bersama. *
Kontributor: Sajid Ahmad S
Editor: Talhah Lukman A