“IA juga menyebut pernyataan Menteri Agama Suryadharma Ali pada pekan lalu, yang mengatakan, Ahmadiyah perlu dilarang di Indonesia, demi menghindari kekerasan antar agama.” -SETARA
AKTIVIS-aktivis pejuang kebebasan beragama hari ini, Jumat (15/11), melaksanakan kampanye “Merayakan Toleransi, Merawat Keberagaman”. Ini reaksi atas terus terjadinya kasus pelanggaran kebebasan beragama dan berkeyakinan. Hal ini disertai minimnya upaya pemerintah untuk mengatasi persoalan-persoalan itu.
Sabtu (16/11), kampanye digelar dalam rangka menyambut Hari Toleransi Internasional. Ia diinisiasi antara lain oleh Setara Institute, Solidaritas Korban Pelanggaran Hak Kebebasan Beragama dan Berkeyakinan (Sobat KBB), Asian Moeslim Action Network (AMAN) Indonesia, Serikat Jurnalis Untuk Keberagaman (Sejuk), Lembaga Studi dan Advokasi Masyarakat (ELSAM) dan sejumlah organisasi lain.
Menurut Bonar Tigor Naipospos, Wakil Ketua Setara, peluncuran kampanye ini dilanjutkan dengan kampanye publik di Budaran HI Jakarta. Digelar juga diskusi dengan sejumlah elemen sipil dan pemerintah pada Senin dan Selasa-nya, membahas tema tentang upaya pemenuhan hak warga negara.
Menurut Naipospos, pendorong utama digelarnya kampanye ini adalah masih rentannya kekerasan dan pembatasan kebebasan beragama serta pernyataan pejabat negara “yang mengancam toleransi beragama”.
SETARA menunjukkan, selama Januri-November tahun ini telah terjadi 213 peristiwa pelanggaran kebebasan beragama.
Kasus terakhir terkait tidak adanya izin polisi kepada sekitar 6000 warga Syiah anggota Ikatan Jamaah Ahlul Bait Indonesia (IJABI) di Bandung, Jawa Barat yang hendak merayakan Asyura Nasional 1435 Hijriah 10 Muharamwarga, Rabu kemarin, setelah polisi mendapat intimidasi dari kelompok garis keras.
Ditambah lagi, pernyataan Menteri Agama Suryadharma Ali pada pekan sebelumnya bahwa Ahmadiyah perlu dilarang di Indonesia, demi menghindari kekerasan antar agama.
Kaum Syiah, Ahmadiyah dan Kristen menjadi kelompok yang rentan mengalami pelanggaran kebebasan beragama, kata Naipospos.
Jumlah kasus pada tahun ini meski kurang dari tahun 2012 yang berjumlah 264 peristiwa, namun, menurut dia, angka ini masih sangat tinggi.
“Kami memandang, penghargaan atas toleransi perlu didorong. Jika tidak, akan selalu ada masyarakat yang menderita di negara yang dalam konstitusinya mengakui kebebasan beragama ini. Itulah tujuan kampanye ini”, jelasnya dalam konferensi pers di Jakarta.
Ia menambahkan, “Kami mengajak publik untuk menghormati segala perbedaan, menghindari tindak kekerasan dan menolak politik diskriminatif.”
Kewaspadaan terhadap politik diskriminatif lewat kampanye hitam menggunakan isu agama, kata dia perlu ditingkatakan, berhubung pemilu 2014 makin dekat. (UCAN)