By using this site, you agree to the Privacy Policy and Terms of Use.
Accept
Warta Ahmadiyah
Youtube
  • Beranda
  • Berita
    • Mancanegara
    • Nasional
    • Daerah
  • Organisasi
    • Ansharullah
    • Khuddam
    • Lajnah Imaillah
  • Kebangsaan
  • Keislaman
  • Sosial
  • Rabthah
  • Opini
  • Siaran Pers
Font ResizerAa
Warta AhmadiyahWarta Ahmadiyah
  • Beranda
  • Berita
  • Organisasi
  • Kebangsaan
  • Keislaman
  • Sosial
  • Rabthah
  • Siaran Pers
Pencarian
  • Beranda
  • Berita
  • Organisasi
  • Kebangsaan
  • Keislaman
  • Sosial
  • Rabthah
  • Siaran Pers
Follow US
  • Berita
  • Organisasi
  • Kebangsaan
  • Keislaman
  • Sosial
  • Rabthah
  • Opini
  • Siaran Pers
© WartaAhmadiyah
Rabthah

Ahmadiyah Cilegon Hadiri Haul Gus Dur

Last updated: 26 Januari 2022 00:32
By Redaksi 366 Views
Share
SHARE

Cilegon – Ahmadiyah Kota Cilegon hadiri Haul GusDur yang ke-12. Acara yang diselenggarakan di Pondok Pesantren (Ponpes) Nurul Ta’lim Bani Yasin tersebut dihadiri oleh banyak pihak seperti perwakilan para pemuka agama, ex- intoleran, maupun muda-mudi dari berbagai agama dan kepercayaan yang tergabung dalam berbagai komunitas pada Sabtu, (22/1/2022).

Haul GusDur yang mengusung tema “Masih Adakah Nilai-nilai Toleransi di Banten?” tersebut dibuka oleh moderator, Muhammad Lutfi sebagai tuan rumah, pemilik Ponpes Nurul Ta’lim Bani Yasin.

Dalam sambutannya, Ketua Koordinator Gusdurian Cilegon yang biasa disapa Bang Taufik menyampaikan bahwa tema yang diangkat tersebut sejalan dengan salah satu tujuan komunitas/ jaringan GusDurian didirikan.

“Tema tersebut sejalan dengan salah satu tujuan jaringan GusDurian ini didirikan yakni untuk menegakkan kembali prinsip negara yang melindungi semua warganya, tanpa memandang perbedaan agama, suku, dan ras serta mempraktikkan nilai kesetaraan bagi semua warga negara dalam praktik bernegara sesuai dengan konstitusi”, tuturnya.

Di acara tersebut satu persatu dari perwakilan komunitas yang diundang dipersilakan memperkenalkan diri dan memberikan pendapatnya mengenai sosok GusDur serta menceritakan apa yang dialami komunitasnya.

Saat tiba giliran perwakilan dari Ahmadiyah, yang hadir terlihat antusias. Berbagai pertanyaan diajukan oleh para tamu undangan setelah mendengar cerita bahwa komunitas ini sering disalahpahami dan mendapatkan diskriminasi.

Para tamu undangan bertanya tentang banyak hal, mulai dari stigma masyarakat yang memandang dan menilai bahwa kelompok Ahmadiyah selalu dipandang sebelah mata dan stigma masyarakat yang memandang Ahmadiyah sebagai kelompok yang anarkis.

Kemudian, Rosi sebagai perwakilan Ahmadiyah menyampaikan bahwa fitnah yang sering dilontarkan itu membuat Ahmadiyah dicap sesat, dan membawa dampak buruk, dari diskriminasi hingga persekusi karena informasi yang tidak didapat langsung dari sumbernya.

“Fitnahan seperti orang Ahmadiyah berhajinya ke Mekkah, berkiblatnya di India, dan fitnah-fitnah keji tak berdasar lain tersebut membuat kami dicap sesat. Dan informasi yang tidak didapatkan dari sumbernya secara langsung itu membuat kami mendapat dampak buruk, dari diskriminasi hingga persekusi”, jelasnya.

Ia juga menambahkan bahwa meskipun Jamaah Ahmadiyah Indonesia (JAI) selalu mendapatkan fitnah keji tak berdasar, pihaknya tetap akan membalas kekejian tersebut dengan cara mendoakan agar orang yang melakukan kesalahan dari ucapannya dengan memfitnah tersebut sadar, dan berdoa bagi perdamaian bangsa. Hal ini sejalan dengan moto Ahmadiyah yakni “Love For All Hatred For None”   yang berati cinta untuk semua dan kebencian tidak untuk siapapun.

“Cukup jelas dalam moto ini, bahwa kami mengedepankan dan mencintai perdamaian”, imbuhnya.

Rosi pun menegaskan bahwa terhadap yang sudah merugikan dan mengancam keselamatan, JAI juga tidak segan untuk menempuh jalur hukum bila diperlukan. Karena JAI memiliki legalitas hukum dalam mendirikan organisasinya di Indonesia. Dan menurutnya, tanpa keadilan yang ditegakkan, maka perdamaian akan sulit dicapai.

Di sesi akhir diskusi, sekretaris umur thalibat JAI cilegon itu menyampaikan closing statement dengan mengutip perkataan dari GusDur.

“Tuhan tidak perlu dibela, artinya bahwa Tuhan itu tidak perlu dibela. Yang perlu dibela adalah hak-hak manusia. Arti ini sangat jelas, kemudian kata- kata yang pernah diucapkan GusDur yaitu kita sebagai manusia tidak perlu banyak berbicara, karena semakin banyak kita berbicara semakin banyak juga yang harus dipertanggung jawabkan”, pungkasnya. (Rosi/Fatikh)

 

You Might Also Like

Kagumi Desa Kerukunan di Kalbar, Mubaligh Ahmadiyah: Miniatur Indonesia

Maknai Hari Perempuan Sedunia, Lajnah Imaillah Cianjur Berbagi.

Muslimah Ahmadiyah Manislor Hadirkan Tim Volley dari 4 Desa

anggota parlemen Swedia Shadiye Heydari mengunjungi Khalifah Islam di London

Ulama Majalengka dan Jemaat Ahmadiyah Saling Bersilaturahmi dan Mendoakan

By Redaksi
Follow:
MEDIA INFORMASI JEMAAT AHMADIYAH INDONESIA
Previous Article Membedah Ahmadiyah, Jakatarub Live In di JAI Kemang
Next Article Sambut Mubalig Ahmadiyah, KH. Chaidar: Sesat dan Tidak Allah yang Tahu
Leave a Comment

Tinggalkan Balasan Batalkan balasan

Alamat email Anda tidak akan dipublikasikan. Ruas yang wajib ditandai *

You Might Also Like

Rabthah

Muslimah Ahmadiyah Manislor Silaturrahim ke Pesantren Kebon Jambu.

Redaksi 2 Min Read
Rabthah

Teringat Pesan Gus Dur, Mahasiswa Jamiaah dan STAINU Pererat Silaturahmi

Redaksi 1 Min Read
Rabthah

Dihadapan Jurnalis, Ahmadiyah Sampaikan Kontribusinya di Masyarakat

1 Min Read
Previous Next
Warta Ahmadiyah

Warta Ahmadiyah merupakan sumber resmi Jemaat Ahmadiyah Indonesia yang menyajikan ragam informasi seputar kegiatan dan pandangan Ahmadiyah mengenai berbagai hal.

Kategori

  • Berita
  • Organisasi
  • Kebangsaan
  • Keislaman
  • Sosial
  • Rabthah
  • Opini
  • Siaran Pers

Informasi

  • Redaksi
  • Kontak Kami
  • Kirim Berita

Copyright 2016 – 2023 @wartaahamdiyah.org All rights reserved

Welcome Back!

Sign in to your account

Username or Email Address
Password

Lost your password?