Ratusan piring berjajar memanjang. Tepat ditengahnya beragam menu kuliner khas Melayu seperti Nasi Kebuli, Semur Daging, Sayur Dalca tersaji dan begitu menggiurkan bagi sejumlah orang yang duduk lesehan di samping hidangan tersebut. Ya, pemandangan itu tersaji dalam helaran Saprahan Nusantara.
Taman Budaya Kota Pontianak, Sabtu (28/10) pagi meriah dengan lantunan lagu-lagu budaya lengkap dengan iringan musik yang khas dari berbagai daerah di nusantara. Para penonton pun dengan pakaian khas adatnya masing-masing larut dan riuh ketika menyaksikan sejumlah dari penampilan para peserta yang tampil. Mereka menikmati berbagai macam hidangan seni daerah yang jarang dapat disaksikan pada masa sekarang.
Makan Saprahan merupakan adat istiadat budaya Melayu. Berasal dari kata “Saprah” yang artinya berhampar, yakni budaya makan bersama dengan cara duduk lesehan atau bersila di atas lantai. Mereka biasanya duduk secara berkelompok terdiri dari enam orang dalam satu kelompoknya.
Dalam makan Saprahan, semua hidangan makanan disusun secara teratur di atas kain saprah. Sedangkan peralatan dan perlengkapannya mencakup kain Saprahan, piring makan, serbet, mangkuk nasi, piring berisi lauk pauk, sendok nasi dan lauk serta gelas.
Untuk menu hidangannya antara lain, nasi putih atau nasi kebuli, semur daging, sayur dalca, sayur paceri nanas atau terong, selada, acar telur, sambal bawang dan sebagainya. Kemudian untuk minuman yang disajikan adalah air serbat berwarna merah.
“Terdapat perbedaan mengenai ucapan dari pada seprah dan saprahan. Kalau di Kota Pontianak ini disebut seprah, bukan saprahan. Makna seprah artinya tidak membedakan bagi kalangan atas maupun bawah, baik dari jabatan maupun masyarakat biasa ketika makan bersama di seprah ini,” sebut Sultan Kadriah Pontianak Ke IX, Syarif Mahmud Alkadrie.
Ia juga berharap kegiatan yang tahun ini penyelenggarannya bertepatan dengan sumpah pemuda tersebut dapat menjad momentum menyatukan generasi muda dari berbagai suku dan agama.
Jemaat Ahmadiyah Pontianak yang mendapat undangan tidak ingin membuang kesempatan berharga ini. Selain sebagai ajang silaturahmi dengan warga dan sejumlah komunitas, perwakilan Jemaat Ahmadiyah Pontianak juga menjadi sarana memperkenalkan Ahmadiyah di Kota Pontianak kepada sultan. Semakin akrab dan hangat setelah perwakilan jemaat menyempatkan diri berfoto besama Sultan Syarif Mahmud Alkadrie.
Kontributor : Rustandi Inayatullah
Editor : Jusmansyah